CHAPTER 2
"Rinta." Langkah Rinta berhenti di tempat. Menyadari itu adalah suara yang cukup ia kenali, cepat-cepat Rinta mengusap wajahnya kasar terutama pada bagian mata. Membalikkan badan, Rinta memaksa senyum di wajahnya. "Bisa kita bicara sebentar?"
"Mas Arfi? Maaf mas, tapi Rinta harus buru-buru balik ke RS." Rinta segera membalikkan badan dan melanjutkan langkahnya.
"Rinta, bersediakah kamu menikah dengan saya?"
Jantung Rinta berdebar hebat. Langkah kakinya hingga berhenti di tempat dan sulit digerakkan. Belum lagi saat Arfi melangkah ke hadapannya. Mata Arfi menatapnya kian lekat seolah tidak ada keraguan disana. Nada suara laki-laki berumur 28 tahun itu pun tak terdengar goyah, malah sebaliknya.
Rinta tak tahu harus menjawab apa. Ia harus sedikit berbohong. "Ma-maaf mas, tapi kan Rinta pa-pacarnya Novan. Adik mas sendiri." Hanya kalimat itu yang bisa keluar dalam situasi ini.
Mengangguk kecil, Arfi menjawab dengan wajah datar. "Dia cuma bisa jadi pacar kamu. Tapi saya, bisa jadi suami kamu."
Arfi pastikan, Rinta pasti tidak tahu jika sebenarnya ia mendengar obrolannya dengan Novan di cafe. Arfi sudah tahu jika mereka baru saja putus, beberapa menit tadi.
Mata Rinta terlihat berkaca-kaca, sudut bibirnya bergetar. Ia menundukkan pandangan. Ia pasti sudah terlihat amat menyedihkan dihadapan kakak laki-laki Novan.
Pengemis kepastian? Menyedihkan.
"Mas Arfi, Rinta-"
"Dia cuma bisa kasih harapan dan janji sama kamu. Tapi saya bisa menikahi kamu bahkan sek-"
"MAS ARFI!" Teriak Rinta untuk menghentikan ucapan Arfi. "Cukup! Rinta udah cukup terlihat menyedihkan dihadapan adik mas. Jangan buat Rinta semakin malu dihadapan mas, atau bahkan keluarga kalian semuanya!" Bentak Rinta setengah tertahan.
"Kamu kira saya bercanda?" Arfi tersenyum remeh. "Saya berani ke rumah sakit sekarang juga untuk melamar kamu ke ayahmu. Kalo kamu nantangin saya."
Rinta diam melihat keseriusan Arfi. Sepanjang ia mengenal Arfi, laki-laki ini bukanlah laki-laki banyak bicara sana-sini. Bahkan orangnya terkesan kaku dan serius. Entahlah, mungkin karena usianya yang sudah matang. Rinta tak begitu banyak mengenal Arfi. Ia tahu Arfi dan sekelebat sifatnya hanya dari Novan. Dan itu belum juga tentu benar.
Rinta menghembuskan nafas pelan. Mengapa semuanya jadi seperti ini? Baru saja ia putus dari Novan. Dan belum terhitung satu jam, kakak laki-laki dari mantan kekasihnya itu malah melamarnya secara tiba-tiba. Ditengah terik matahari, disudut parkiran pula.
"Saya tanya sekali lagi. Bersediakah kamu menikah dengan saya?" Tanya Arfi dengan tatapan intens pada Rinta.
"Ak-aku.."
"Saya mau kamu menjawab tanpa ada paksaan dari diri kamu. Jawab dengan tulus dan ikhlas, sebagaimana sekarang saya melamar kamu." Arfi memperdalam tatapannya pada Rinta yang sedari tadi menunduk. "Jawaban kamu hanya iya atau nggak. Kalo kamu jawab enggak, saya akan berhenti detik ini juga. Tapi kalo kamu jawab iya, setelah ini saya akan langsung jumpai ayah kamu di RSUD untuk melamar langsung kamu sebagai bentuk keseriusan saya."
Lama Rinta diam dalam bisu.
"Rinta, jadi gima-"
"Iya."
Rinta dan Arfi saling tatap dalam waktu yang lama. Jawaban Rinta salah satu langkah besar yang akan mereka tempuh bersama. Entah bagaimana reaksi kedua belah keluarga nanti. Karena yang seharusnya menikah dengan Rinta adalah Novan, bukan kakak laki-laki Novan, Arfi Muljadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan impian
Romance"Saya bisa menikahi kamu. Dia, cuma bisa jadi pacar kamu, tapi saya bisa jadi suami kamu." ***** "Bisa nggak sekali aja setiap ketemu nggak usah bahas soal nikah?!" "Kamu udah janji bakal nikahin aku! Dan kamu tau kan ayahku udah sakit-sakitan. Aku...