CHAPTER 10
Flashback
"Novan, kamu jangan PS terus dong! Tolong anterin dulu ini sambal ayam orek jagoan mama kerumah Indra."
Novan yang sedang asik disofa sambil selonjoran main PS tampak mengabaikan mamanya. "Jangan Novan ma, hari-hari Novan tuh udah sibuk sekolah terus lanjut les ampe sore. Nggak ada waktu banget Novan happy-happy main PS gini. Mama suruh mas aja."
"Barusan mama ngintip mas Arfi lagi belajar tadi di kamarnya. Udah ah jangan ganggu dia."
"MAS !! MAMA SURUH ANTAR MAKANAN KE RUMAH SAHABAT MAS TUH!!" Teriakan Novan membuat mama yang sedang memegang mangkuk berisi sambal ayam orek bikinannya itu tampak sebal. Ia memelotot tajam pada si bungsu itu.
"Kamu apa-apaan sih Nov! Mama kan-"
Pintu kamar Arfi tiba-tiba terbuka, pemuda berkaos lengan panjang dengan celana pendek itu keluar dari kamar dan langsung mengambil mangkuk ditangan sang mama. Ia langsung pergi menuruni tangga dan pergi kerumah sebelah.
Sepeninggal sang anak yang paling bisa diandalkan itu, mama terus mengomel pada Novan karena kesal. "Mama bilangin papa ya kamu Novan supaya guntingin semua kabel PS-nya! Biar tau rasa!"
Sementara wajah datar Arfi langsung berubah tersenyum melihat anak laki-laki yang duduk diatas kursi roda, tampak asik mewarnai sembari menemani ibunya memasak sayur di dapur.
"Mas Arfi!"
"Hai Indra!" Arfi menghampiri anak laki-laki seumuran Novan itu untuk mengelus kepalanya lalu meletakkan mangkuk bawaannya ditengah meja makan. "Sambal ayam orek dari mama, tan."
"Wahh makasi banyak!"
"Indra mau makan ma!"
Tante Yunda pun mengisi nasi dan lauk untuk Indra yang mengatakan ingin makan didepan rumahnya bersama Arfi. "Temenin bentar ya, Fi. Tante potong buah dulu." Arfi hanya mengangguk, kemudian mendorong kursi roda Indra kedepan rumahnya.
"Enak, Ndra?"
"Enak!"
Arfi tersenyum tipis melihat Indra yang makannya berantakan akibat gerakan tangannya yang tidak stabil dalam usaha memasukkan makanan kedalam mulutnya. Sesekali bahkan liurnya menetes hingga mengenai celemek Silikon yang menggantung dilehernya. Arfi mengambil tissue dikantung kursiroda yang Indra duduki lalu membersihkan sudut bibir Indra pelan. Arfi tak mengatakan apapun, bahkan untuk meminta Indra makan lebih hati-hati dan bersih.
miuww.. miueww..
Perhatian Arfi dan Indra teralihkan pada seekor kucing dengan perut besar yang tampak sedang mengandung. Indra tampak antusias dan menepuk-nepuk pelan sandaran tangan kiri kursi rodanya.
"Kucing, Ndra!" Arfi melihat Indra yang dengan tangan kanannya yang bergerak tidak stabil, berusaha memberikan ayam dari piringnya pada kucing hamil besar itu. Tapi kemudian niatnya urung. Indra tak jadi memberikannya. "Kenapa nggak jadi dikasih ayamnya, Ndra?"
Indra tampak diam sejenak menatap ayam di piring makan diatas pangkuannya. "Nanti dia nggak bisa jalan kaya aku, mas."
Arfi terdiam mendengar ucapan Indra yang menusuk, menurutnya. Ditambah tatapan Indra yang sendu, Arfi mengerti meskipun bibirnya tersenyum jika ia terluka. Indra tetaplah anak yang memiliki perasaan.
"Ndra, nggak gitu. Kasih aja ayamnya, biarin dia makan. Dia nggak akan kenapa-napa."
Indra memang paling percaya dengan ucapan Arfi. Apapun yang Arfi katakan, Indra tanpa pikir panjang bisa langsung patuh dan menurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan impian
Romance"Saya bisa menikahi kamu. Dia, cuma bisa jadi pacar kamu, tapi saya bisa jadi suami kamu." ***** "Bisa nggak sekali aja setiap ketemu nggak usah bahas soal nikah?!" "Kamu udah janji bakal nikahin aku! Dan kamu tau kan ayahku udah sakit-sakitan. Aku...