16. WAKTU DENGAN ALANA

407 47 2
                                    

CHAPTER 16

Minggu depan, Rinta akan mulai masuk kerja setelah sekian lama fakum dari dunia kesibukan kerja. Sebelum ayahnya sakit, ia adalah seorang guru di sekolah swasta. Ia yang menyukai dunia anak-anak, senang berada di lingkungan kerjanya itu. Namun sayangnya Rinta tak lagi bisa melanjutkan kontrak usai kondisi ayah semakin parah. Tepatnya, ia harus mengundurkan diri secara hormat dan mengambil langkah untuk fokus pada perawatan ayah.

Rinta cukup tak sabar menunggu kesibukannya minggu depan. Meskipun tak lagi bekerja di sekolah swasta dan bertemu anak-anak lucu di setiap pagi, tapi setidaknya Rinta senang karena bisa bertemu orang baru yang nanti akan jadi kliennya.

Belum lagi sang suami yang terlihat mendukung apapun keputusan Rinta. Arfi sekalipun tak memaksakan dirinya untuk gabung ke perusahaan meskipun jika Rinta mau, dia punya banyak peluang. Rinta tak enak bergabung ke perusahaan dengan semua orang mengenalnya dan statusnya sebagai istri direktur. Memang semua orang akan berlagak baik didepan, tapi lain lagi sikapnya dibelakang, bukan? Belum lagi disana ada Novan. Rinta tak mau mulut jahat Novan mengatakan yang tidak-tidak tentangnya pada para karyawan lain. Bukannya berprasangka buruk, Rinta hanya berusaha menghindarinya. Menghindari hal yang membuatnya tak nyaman dan tertekan selama bekerja disana. Memangnya nyaman jika sudahlah dirumah mertua ia selalu bertemu Novan, lalu di kantor juga bertemu sang mantan? Kan tidak lucu baru bekerja sebulan sudah merengek pada suami minta resign.

Rinta hanya berharap, kesibukannya itu akan mengikis waktunya untuk terus termenung dan mengingat ayah, serta mantan kekasih yang sebentar lagi akan menikah.

Ponsel didalam saku Rinta bergetar. Ia melihat nomor tak dikenal menelponnya. Rinta mengangkatnya tanpa bicara lebih dulu.

"Halo, mbak Rinta?"

Kening Rinta berkarut. "Alana?"

"Mbak Rinta sorry, aku minta nomor mbak ke Novan hehe..."

Rinta yang sedang berada di dapur rumah mertua sambil makan buah potong kini bangkit dari kursi. Ia mengambil mangkuk berisi buah potongnya dan membawanya pergi ke halaman belakang. Rinta duduk ke sebelah kolam ikan agar bisa bicara dengan nyaman.

"Iya Alana nggakpapa. Ada perlu apa kamu telepon mbak?"

"Mbak, bisa nggak ya nanti jam 11 ini aku ajak mbak Rinta ke Butik kebaya untuk pilih rok kebaya yang mau aku pakai untuk acara pengajian?"

Dalam diam Rinta menggigit bibirnya. Kenapa harus dia? Kenapa Alana tidak mengajak Novan saja? Dan setau Rinta, Alana punya satu kakak perempuan juga. Apakah Alana sengaja memanas-manasi hatinya sebagai mantan Novan. Pasti Alana sudah tahu kan hubungan Rinta dan Novan sebelumnya.

Ah, atau Novan belum bilang?

"Bisa nggak mbak? Sebelumnya sorry banget tiba-tiba gini."

"Bi-bisa kok bisa."

"Mbak, makasih banyak ya. Nanti aku jemput mbak Rinta."

Setelah teleponnya dengan Alana, calon istri Novan berakhir. Rinta memutuskan untuk menelpon Arfi.

"Emangnya kamu nggakpapa nemenin Alana?"

"Ya Rinta nggakpapa. Emangnya kenapa?"

"Pake nanya. Alana kan calon istrinya Novan. Novan kan-"

"Mas udah, mas. Rinta nggak mau bahas hal itu." Potong Rinta dan terdengar kekehan geli dari seberang telepon.

"Yaudah kalo mau pergi ya pergi aja. Banyakin senyum, jangan merengut nanti."

Pernikahan impianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang