12. PESTA DAN KABAR BAHAGIA

351 42 8
                                    

CHAPTER 12

"Novan!" Om Romi yang sedang mengobrol tak sengaja menoleh kearah Novan. Ia datang tak sendirian, namun dengan menggandeng mesra seorang gadis yang tampak tersenyum malu-malu. 

Tak hanya perhatian Rinta, tapi semua orang kini menoleh menatap Novan yang datang paling terlambat.

Mereka berjalan perlahan diiringi senyum manis dan mulai menyapa anggota keluarga dengan ramah.

"Mas Novan sama siapa tuh?" Gumam Dinan.

Aleysha yang entah sejak kapan ada didekat mereka menjawab. "Itukan mbak Alana, pacarnya mas Novan. Waktu nikahan mas Arfi sama mbak Rinta, mas Novan juga bawa mbak Alana. Kamu nggak tau, Din?"

"Waktu nikahannya mas Arfi kan aku sibuk berburu makanan enak sama temen-temenku."

"Yahh kudet!"

Disaat semua orang tengah fokus menatap Novan yang datang bersama kekasihnya. Namun hanya ada satu pria yang terus menatap satu perempuan yang menjadi fokus kedua matanya. Sama seperti mata anggota keluarga yang terus memperhatikan Novan dan Alana yang sedang bercengkrama dengan para tetua dari keluarga. Begitupun mata Arfi tak ingin berpaling dari melihat Rinta yang berkobar rasa cemburu? Sepertinya begitu.

Arfi sadar, tatapan Rinta amat terluka. Bagaimana bisa Rinta yang bersama Novan sudah bersama selama 2 tahun lebih tidak pernah dikenalkan pada keluarga besar, tapi hanya dikenalkan pada keluarga inti, papa, mama dan Arfi. Tapi, Alana yang baru bersama dengan Novan yang mungkin beberapa waktu terakhir, langsung Novan gandeng ke pesta keluarga. Itu tindakan amat berani.

Disana, Rinta merasa kecil hati dan tak pantas. Bahkan berada ditengah keluarga ini. Keluarga kaya dan penuh hangat. Seketika segala kekurangan yang ia miliki jadi momok tersendiri membuatnya berkecil hati.

Arfi terus menatap Rinta, bergelut dengan pikirannya. Akankah seharusnya Rinta menggerakkan jempolnya pada Arfi, atau malah memperlihatkan kode wilayah yang lain. Ia tak melakukannya. Padahal Arfi sengaja menatap Rinta untuk menangkap sinyal kode wilayah mereka.

Hingga sekarang Novan dan Alana berdiri di dekat Rinta dan para sepupu yang lain. Mereka tampak menggoda Novan dan Alana yang kini tampak semakin tersenyum malu.

"Hai mbak Rinta. Senang ketemu lagi sama mbak." Seru Alana seraya tersenyum manis pada Rinta, usai menyapa sekilas para anak gadis di keluarga besar.

"Iya, mbak juga." Rinta tersenyum pada Alana, tanpa menoleh pada Novan sekalipun.

"Udah lama mbak?" Pertanyaan itu berasal dari Novan. Bahkan ia memanggil Rinta dengan panggilan yang semestinya, mbak? Dengan menguatkan hati, Rinta menatap Novan dan menjawab dengan tenang. "Nggak seberapa lama."

"Yaudah, sayang ayo kita masuk ke dalam. Nenek pasti ada di dalam." Novan merangkul bahu Alana dan membawanya pergi.

Rinta terus memperhatikan punggung Novan yang menjauh, dan tangan yang biasa menggenggam tangannya itu, kini berada dipundak gadis lain.

Tak sengaja matanya menatap kearah Arfi yang entah sejak kapan menatapnya begitu lekat. Saat mata mereka saling temu, Arfi mengangkat kedua alisnya.

Rinta diam sejenak menatap sang suami dari kejauhan. Perlahan, sudut bibir perempuan itu melengkung menciptakan sebuah senyuman manis. Namun kedua mata itu terlihat sedikit berbinar.

Senyuman yang seolah menandakan kode wilayah, Rinta nyaman, enjoy... dan Rinta nggak papa. Padahal aslinya Arfi tau jelas apa yang istrinya itu rasakan.

Arfi mengangguk dua kali sebelum ia memalingkan wajah kearah lain. Bukannya apa-apa, ia hanya tak sanggup melihat wajah Rinta yang dilapisi senyuman yang menyakitkan.

Pernikahan impianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang