Dua jam yang lalu, hujan mengguyur kawasan sekitar. Bel pulang sudah berbunyi beberapa menit setelahnya, Jaemin berdiri di ambang pintu kelas menatap kosong ke arah lapangan, dimana ada Mark dan juga Haechan yang tengah berada dalam satu payung yang sama.
Entah kenapa, dada nya terasa sesak dan nyeri. Menepis perasaan cemburunya, Jaemin kembali masuk ke kelas dan mengemas buku-bukunya kedalam tas.
Helaan napas berat terdengar, sebelum dia terkejut melihat Jeno sudah berdiri di ambang pintu sambil memerhatikan dirinya dengan wajah datar. Jaemin berdecak, sungguh ia kesal dengan saudara tiri nya satu ini. Berani sekali dia mencium Jaemin di depan Mark?!
Hey, ciuman hanya khusus di lakukan oleh pasangan! Bukan saudara, lagi pula Jaemin baru mengenalnya beberapa hari.
"Minggir" sentak Jaemin kesal karena Jeno menghalangi langkahnya. "Jen, minggir" ia kembali menegur Jeno.
Jeno mendengus, menegakkan tubuhnya dan berdiri tepat di depan Jaemin. Menarik lengan si manis dengan paksa.
"Jeno!!" gerutunya, namun sama sekali tidak mendapat respon dari Jeno yang terus saja menyeretnya.
Ini menyebalkan. Sungguh.
Menyuruh Jaemin untuk masuk kedalam mobil, Jaemin mendengus meskipun ia tetap menurut.
"Gak usah narik-narik, bisa kan?"
"Emangnya kalau enggak di tarik, kamu mau pulang bersama?" timpal Jeno yang balik bertanya.
Memejamkan matanya rapat-rapat. "Serah, cepet. Mau pulang"
Jeno memerhatikan wajah Jaemin yang terpejam, dia bergerak mendekatkan tubuhnya kepada Jaemin. Jaemin yang merasakan ada pergerakan dari Jeno, cepat-cepat dia membuka matanya dan terkejut melihat Jeno dengan jarak sedekat ini. Mata rusanya membola sambil sesekali mengerjap.
"M-mau .... apa?"
Hidung mereka bersentuhan, hembusan napas Jeno yang menyentuh kulit pipinya terasa hangat. Tidak, Jeno tidak menciumnya kali ini. Dia hanya menarik sabuk pengaman di jok Jaemin yang belum lelaki itu pasang.
Jeno kembali pada posisi duduknya yang semula, memasang sabuk pengamannya. Kemudian menyalakan mesin mobil dan mulai membawanya pergi dari kawasan sekolah.
Jaemin masih belum mendapat kesadarannya, jantungnya bergerak sangat cepat. Mata nya semakin bulat sempurna, dengan mulut yang sedikit terbuka.
Sedetik kemudian, dia menggeleng kuat. Merasakan pipinya yang memanas, memalingkan atensinya ke arah kaca jendela mobil.
Jaemin benar-benar malu. Bagaimana bisa otaknya berpikiran hal yang jorok. Pasti sudah ada yang tidak beres dengan otaknya. Ia menggerutu dalam hati, sedangkan Jeno masih fokus menyetir mobilnya.
Baik, mungkin hanya Jaemin yang merasakan malu saat ini. Dia berdehem pelan sebelum membuka pembicaraan untuk memecah keheningan yang tercipta disini.
"T-tadi . . kenapa tiba-tiba masuk ke toilet?"
"Aku mencarimu" ucapnya dengan nada dingin. Jaemin mendesah ringan, mengubah posisi duduknya menjadi sedikit menghadap ke arah Jeno.
"Untuk apa?"
"Memastikan kau baik-baik saja. Ayah, dan Bubu yang menyuruhku" jawabnya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Jaemin yang memasang wajah kesal.
Memastikan baik-baik saja, lalu mencium nya? Begitu??
"Tapi kenapa kau mencium ku! Kau tau, itu sekolah. Ini Korea bukan Amerika, ciuman masih di anggap tidak wajar jika di lakukan di sekolah Jen" ia mendengus di akhir kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nomin
Teen FictionTolong ingatkan kepada Jaemin, bahwa Jeno adalah saudara nya. tidak baik menjalin hubungan yg lebih dari sekedar saudara ataupun teman. Semenjak kedatangan Jeno yg kembali dari Amerika. Lalu, sikapnya yg selalu melindungi serta menjaga Jaemin. Memb...