Vote + coment ya.
-
Jeno menggigit ibu jarinya, mendengarkan rekaman itu sendirian di rumah Haechan, ya anak itu sudah memberikan kunci cadangan rumah ini kepada Jeno. Tidak ada orang lain selain dirinya. Jeno mengumpat tertahan. "Gila.. pria brengsek ini"
Sebentar lagi jam pulang sekolah, pasti Haechan akan menyempatkan datang kesini karena sebelumnya Jeno sudah mengirim pesan kepada anak itu.
Pintu terbuka, Haechan datang seperti dugaan nya. Anak itu merusuh dan ingin segera mendengarkan dan melihat semua bukti yang di kirim oleh Minju padanya. Haechan melotot sempurna, giginya bergemelutuk hebat. "B-bajingan ini! Bangsat!" Maki anak itu.
"Sekarang apa lagi rencana nya Jen?"
"Sebenarnya aku berpikir bahwa masalah ini tidak ada hubungan nya dengan masalahku dengan Jaemin kali ini. Tapi, kita bisa memanfaatkan situasi dan bukti ini untuk mengancam ayah ku juga"
Haechan mengernyitkan keningnya bingung. "Maksudmu?"
"Kau tau kan ayah ku sangat benci orang ini, maksudku ayahmu. Aku akan memberikan semua bukti ini kepadanya kalau dia setuju aku dengan Jaemin"
Haechan melongo. Walau begitu ide Jeno bisa di bilang bagus. "kau yakin??"
"Yakin"
"Yasudah aku percaya, intinya aku mau orang ini menderita seperti apa yang ibu dan aku rasakan semasa ibu masih hidup" titah pemuda Tan itu.
Jeno mengangguk, menutup kembali laptop serta memasukan USB itu kedalam kantung kecil yang berada di saku nya. "tapi kau harus ingat ya, jangan menyuruh ku dan Jaemin kabur selagi rencana yang satu ini belum selesai"
"Iya iya bawel deh~" Haechan membeo.
-
"Jeno" panggil Taeyong ketika Jeno masuk ke rumah itu. "Jaemin, dia masih tidak mau menemuiku" cicitnya pelan. Submisiv itu terlihat sangat terpukul.
Jeno menghela napas panjang. "perlu waktu bu" jawabnya.
"Sampai kapan? Aku ibu nya. Kau yang sudah membuat anak ku jadi seperti itu, dia menderita karena mu Jeno" sentak Taeyong. Matanya memerah dan sedikit berair.
Tau, Jeno tau ini kesalahan yang di lakukan nya. Tapi itu tidak benar, justru Jaemin yang mengatakan dengan jelas bahwa dia menderita hidup disini. "maaf"
"Kau sudah menghancurkan kehidupan Jaemin, kau menghancurkan impian nya" Taeyong mulai terisak.
"Bohong" anak itu berdiri di anak tangga yang terakhir, Jaemin keluar dari kamarnya. Penampilan nya sudah jauh lebih baik daripada pagi tadi. Semua karena Jeno.
"Sayang" Taeyong hendak menghampirinya namun Jaemin lebih memilih untuk mundur.
"Berhenti Bu" suaranya masih serak. Ia menggeleng kuat. "Jeno enggak buat Nana menderita, Jeno enggak hancurin hidup Nana. Justru Jeno yang bikin Nana mengenal apa itu kasih sayang yang sebenarnya" ujar Jaemin, suaranya gentar, tangan nya terkepal di kedua sisi tubuhnya.
Jejak air mata kembali membasahi pipi pucatnya. "Bubu egois, Bubu setuju buat gugurin bayi yang di kandung Nana. Bu, kenapa dulu bubu biarin Nana hidup? Sedangkan Nana enggak punya Ayah seperti mereka. Kenapa Bubu berusaha buat mempertahankan dan menghidupi Nana? Karena Bubu sayang aku kan??"
Taeyong terdiam, dia tidak mampu berbicara apapun lagi, Jaemin terlihat sangat tidak baik.
"Aku juga sayang anak ku Bu!" Teriaknya histeris. "Bubu enggak pernah nanya apa kemauan Nana! Bubu hanya mengurung Nana dengan obat-obatan yang bubu kasih!! Sampai kapan Bu???? Sampai Nana mati sebagai anak yang enggak kenal dunia luar?" Jaemin kembali berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nomin
Teen FictionTolong ingatkan kepada Jaemin, bahwa Jeno adalah saudara nya. tidak baik menjalin hubungan yg lebih dari sekedar saudara ataupun teman. Semenjak kedatangan Jeno yg kembali dari Amerika. Lalu, sikapnya yg selalu melindungi serta menjaga Jaemin. Memb...