06. malam dan kelamnya

8.6K 793 53
                                    

Tok tok tok

Suara ketukan pintu menggema dalam sebuah ruangan yang minim pencahayaan nya. Jaemin yang baru saja terbangun dari tidurnya, dengan berat hati ia berjalan untuk membuka gorden dan juga pintu kamarnya.

Matanya masih tertutup rapat, seolah ia tak mau untuk membukanya.

"Morning"

Baru saja suara rendah itu masuk ke indra telinganya, Jaemin mengerjapkan mata bulatnya dan langsung menatap terkejut ke arah Jeno yang kini berada tepat di hadapannya. Dengan kaos putih tipis yang membalut tubuh atletisnya, celana pendek khas orang bangun tidur. Jaemin meneguk salivanya, dia jadi takut sendiri.

"A-apa? Kenapa pagi pagi begini kau membangunkan ku huh?" mengusak wajahnya yang masih mengantuk.

Jeno berdecak. Dia tidak di ijinkan masuk dulu gitu?

Oke, Jung Jeno sebaiknya kau berkaca. Tidak mungkin Jaemin mengijinkanmu masuk ke kamarnya.

"Ada paket" kata Jeno sembari memberikan kotak paket kepada Jaemin. Jaemin mengangguk pelan. Dia sampai lupa kalau dia memesan hoodie baru.

"Oh, terimakasih kak"

"Ya"

Dan setelahnya Jaemin menutup kembali pintu kamarnya. Jeno juga sudah kembali ke kamar miliknya.

Membuka paket itu dengan semangat, "keren!!" pekiknya gemas sembari memeluk erat hoodie itu. Di lihat, jam baru menunjukan pukul enam pagi. Tidak ada yang salah kan kalau Jaemin pergi jogging?

Toh, dia malas kalau terus-terusan menjadi remaja jompo.

Setelah beberapa menit bersiap, Jaemin pergi keluar untuk melakukan aktivitas pagi. Omong-omong sekarang tanggal merah, jadi dia bisa sedikit terbebas dari tugas sekolah yang menumpuk.

Melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum berangkat. Pintu utama rumahnya kembali terbuka, menunjukan sosok Jeno yang tengah memakai pakaian jogging. Matanya mengerjap berkali-kali.

"K-kamu juga lari pagi?"

"Tentu saja. Dari dulu aku sering melakukannya" timpal Jeno.

Pantas saja otot tangan dan perutnya begitu menonjol, Jeno sering berolahraga. Jaemin menyentuh perutnya, mencoba menghitung ada berapa kotak yang ia punya. Nihil, perut Jaemin rata.

Melihat Jaemin yang cemberut sembari mengusap perutnya membuat Jeno gemas sendiri. Tapi dia tidak mau tertangkap basah kalau sedang menyembunyikan senyumannya.

"Aku duluan" kata Jeno cepat, kemudian pergi dari hadapan Jaemin sambil berlari-lari kecil.

Jaemin semakin memajukan bibirnya. "Kita kan bisa bareng!" anak itu merengek walaupun dia mengikuti Jeno dari belakang.

Setelah lama berkeliling, Jaemin jadi kelelahan sendiri karena terus mengikuti Jeno dari belakang. "Tenaga nya sekuat apa sih?? Nggak capek apa??" ia mendumel pelan.

Tak jarang Jaemin melihat ada beberapa gadis yang secara terang-terangan menggoda Jeno dan memuji laki-laki itu dengan kata tampan, dan juga hot.

Oh ayolah, apa mereka tidak mau melirik Jaemin?? Dia kan juga tampan, walaupun jauh dari kesan 'hot' itu.

Jeno berhenti untuk mengikat tali sepatunya, sembari menunggu Jaemin yang lari nya lamban seperti anak kecil.

Dia terus saja mencibir sampai tidak tau kalau orang di hadapannya tengah berjongkok. Jaemin membola, jantungnya seolah berhenti berdetak.

Gawat, aku akan terjatuh.

Memejamkan matanya rapat-rapat.

Bugh.

[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang