Haiii, meskipun ceritanya udah tamat, tetep vote dan komen ya sebagai dukungan kalian pembaca setiaku꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡
-
Salju turun begitu lebat di pertengahan bulan Desember, beberapa orang memilih untuk tidak beraktivitas diluar ruangan karena suhu udara yang teramat dingin membuat tubuh mereka merasa nyilu dan juga kaku.
Hamparan putih itu mengerebungi halaman, atap, dan juga jalanan. Namun ada satu anak yang sangat keras kepala malah bermain di halaman rumahnya, membuat boneka salju setinggi tubuhnya yang setara dengan pinggang orang dewasa.
Syal merah mengalung di lehernya, juga tudung rajut yang berada di kepalanya hampir menutupi sebagian besar kepala anak itu.
Dia meracau sambil menggigit ujung wortel sampai setengahnya, lalu setengahnya lagi dia tancapkan pada boneka salju yang ia buat, dekorasi hidung untuk si boneka saljunya. Anak kecil yang kini berusia lima tahun itu melirik ke arah rumah mereka, mansion kecil yang berada di pedesaan, dengan nuansa putih gading nya.
Sorot mata nya menatap jenaka pada seseorang yang kini berdiri di depan teras sembari berkacak pinggang, dengan apron berwarna pink muda yang melekat di tubuh rampingnya.
"Lagi-lagi! Kamu bisa sakit Jisung!" suara nya meninggi, melihat wajah merah anaknya yang terlihat kedinginan namun tetap keras kepala untuk bersembunyi dan memainkan salju di depan mansion mereka.
Jisung meledakkan tawanya, bersembunyi di balik boneka salju yang juga tak cukup untuk menyembunyikan tubuhnya. Jaemin memijit keningnya yang berdenyut sebab kenakalan anak semata wayangnya. Dari arah dalam terlihat Jeno yang masih mengenakan piyama navy, menghampiri Jaemin.
"Sudah ketemu?" tanya pria berahang tegas itu sembari memeluk pinggang Jaemin dengan salah satu tangannya.
Di tunjuknya Jisung yang masih mengeluarkan suara kikikkan geli sambil bersembunyi di balik boneka salju. Submisive itu mengerang kesal. "Anak mu tuh! Ngeyel banget?? Udara hari ini lebih dingin dari pada kemarin loh! Kalo dia sakit gimana???" Jaemin mengomeli.
Jeno menatap anaknya yang malah mengedipkan mata genit ke arah mereka berdua, kemudian mengusap wajah kantuknya. "Astaga, kenapa mirip denganku waktu masih kecil ya, sayang?" ujar Jeno dengan cengiran khas di wajah tampannya.
Jaemin melengos malas. "Yakan anakmu! Duplikat Jung Jeno!" submisive itu mengerang sekali lagi, dengan wajah memerahnya akibat suhu yang begitu menusuk kulitnya yang sensitif.
"Iya sayang, anakmu juga kan?"
"Ahh! Menyebalkan! Urus saja anakmu, aku akan menyiapkan sarapan!" dia menyingkirkan tangan Jeno di pinggangnya, kemudian berlalu masuk kedalam rumah dengan langkah yang berdentum-dentum di lantai kayu mansion mereka.
Jeno menggeleng heran. Meskipun hanya memakai piyama navy yang tak begitu tebal, Jeno memberanikan diri menembus hujan salju yang semakin lebat, terdengar suara bersin-bersin anaknya yang masih bersembunyi meskipun sudah tentu ketahuan sejak tadi. Jeno berlutut di depan anaknya. "Tuh kan bersin-bersin." Jeno berujar, dia membenarkan syal merah Jisung yang sedikit melonggar.
"Ayo masuk, nanti Buna mu marah loh? Kita enggak bisa makan sup bawang nanti." kata Jeno.
Jisung mengangguk, dia memeluk leher Daddy nya, membiarkan tubuh mungilnya itu di angkat dalam gendongan Jeno. Sebelum memasuki mansion, Jeno melihat area sekitar, di susul dengan helaan napas panjang yang mengepul ke udara seperti asap. "Sepertinya, salju tahun ini memang sangat lebat." katanya, kemudian membawa Jisung kedalam rumah.
Anak kecil itu kemudian berlari menuju dapur setelah membuka mantel nya yang sudah basah oleh salju. Anak itu terlihat mengekori Jaemin kemanapun Buna nya berjalan, Jeno yang melihatnya tak bisa menahan suara kekehan yang keluar dari mulutnya. Dimana Jisung seperti seekor anak ayam yang menguntit ekor induknya, Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nomin
Teen FictionTolong ingatkan kepada Jaemin, bahwa Jeno adalah saudara nya. tidak baik menjalin hubungan yg lebih dari sekedar saudara ataupun teman. Semenjak kedatangan Jeno yg kembali dari Amerika. Lalu, sikapnya yg selalu melindungi serta menjaga Jaemin. Memb...