14. malam dan kelamnya

6.5K 672 32
                                    

Hiii ada yg kangen sama book ini ngga?

-

Tolong votment ya. Biar cepet update nya.

.

Setiap hari, dan setiap malam nya Jeno selalu susah tidur. Memejamkan matanya paksa pun, kantuk tak kunjung datang.

Jaemin tidak berbicara padanya, mungkin alasannya karena tadi siang. "Bodoh Jeno, seharusnya ngga ngomong hal sembarangan" gerutunya pada diri sendiri.

Dia mengalihkan atensinya pada bungkus obat yang sempat ia pungut di tong sampah kamar Jaemin. Jeno bangkit dan dengan cepat meraih ponselnya. Di carinya obat tersebut, Jeno termanung saat membaca fakta bahwa obat itu hanya di gunakan oleh pengidap gagal jantung.

Mendadak kepalanya pening dan tidak percaya, Jaemin terlihat sehat. Ya walau beberapa hari lalu dia menemukan Jaemin dalam keadaan buruk, sangat buruk.

Jeno pergi dari kamarnya, berniat untuk mencari Ibu tiri nya itu. Beruntung Bubu sedang sendirian di dapur. Ya, tengah membereskan piring-piring kotor.

"Bu" panggil Jeno.

Taeyong awalnya terkejut, karena ini baru pertama bagi mereka beradu cakap hanya berdua saja. "Ya? Ada apa Jeno?"

"Aku ... Mau tanya soal Jaemin"

Mendengar itu Taeyong segera meninggalkan pekerjaannya dan duduk di hadapan Jeno. Sorot matanya berubah sendu. Jeno tau, pasti ada yang salah. Dan kalau yang di katakan oleh Taeyong benar mengenai kesehatan Jaemin, berarti . .

"Anu, beberapa hari lalu aku menemukan beberapa obat di kamar Jaemin. Maaf lancang, tapi aku ingin mengetahuinya. Apa Jaemin mempunyai riwayat . . sesuatu?" menggigit bibir bawahnya yang sedikit kaku.

Taeyong tersenyum seraya menarik napasnya dalam-dalam. Meraih kedua lengan anak sambungnya. "Iya"

Deg.

Seolah jagat raya berhenti, dan oksigen di sekitarnya habis terhisap oleh ruang hitam. Jeno sesak. Sangat. Dadanya nyeri. Apalagi melihat ibu sambung nya itu meneteskan air mata dengan senyuman yang di paksa untuk bertahan.

"Jaemin sering sakit-sakitan dari kecil, dari waktu Bubu melahirkannya. Dulu . ."

Flashback.

"Sayang!" panggil pria tinggi yang memiliki tubuh tegap sempurna dan punggung lebar yang sangat indah di matanya.

Taeyong terpana dengan ketampanan dan pesona Seo Johnny. Laki-laki blasteran Amerika Serikat itu. Taeyong tersenyum ketika Johnny berlutut di depannya, mengelus sang calon jabang bayi yang bersarang di perutnya. "Halo anak daddy, selamat sore. Sudah lama menunggu hm?"

Anggukkan dari submisif itu ia perlihatkan. "Uhm, daddy lama sekali" katanya dengan nada mendayu.

"Haha maaf, tadi pekerjaan nya lumayan banyak. Hey, apa calon mommy sama baby ini sudah makan siang?" tanyanya mengusak rambut coklat sang istri.

Taeyong menggeleng. "Belum, nunggu daddy dulu"

Tidak ada kecurigaan di benak Taeyong. Dia selalu percaya kalau suami nya adalah pria yang setia. Walaupun sering kali Taeyong menemukan Johnny bepergian bersama teman dekatnya. Ten Lee.

Saat usia empat bulan, malam itu hujan deras, dan kilat menyambar dimana-mana. Taeyong sendirian di rumah, keadaan rumah gelap gulita karena mati lampu. Hanya ada beberapa cahaya kilat yang terlihat menyeramkan.

Taeyong ingin menangis dan menjerit meminta pertolongan dari Johnny. Namun nomor pria itu tidak dapat di hubungi.

"Hiks sayang, jangan takut eoh. Bubu disini sayang" mencoba menguatkan diri sendiri.

[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang