20. malam dan kelamnya

7.2K 558 17
                                    

Di tatap nya langit kelabu yang sejak tadi bertandang di atas sana. Seolah tuli, dengan beberapa kicauan burung-burung yang hendak mencari rumah untuk mereka berteduh. Jaemin dan Haechan duduk di atas kursi kayu, tepatnya di salah satu taman yang dekat dengan sekolah mereka.

Haechan menunduk, sedangkan Jaemin mendongak ke atas. "Kayaknya sebentar lagi bakalan hujan" Ujar pemuda yang memiliki senyuman sempurna itu, ia kemudian menepuk bahu Haechan. "Kita tunggu Jeno dulu ya? Sehabis itu, mari berkunjung sama-sama ke rumah ku"

Walau berat akhirnya Haechan mengangguk. Menemui Bubu, tidak akan ada masalah lain kan? Paling tidak, dia akan mendapat perlakuan buruk mungkin..

"Iya" Jawab Haechan berat hati. "Apa bubu mu akan menerima ku?"

Jaemin tersenyum lagi. "Tenang, bubu orang nya baik kok"

"Maaf, udah nunggu lama?" Jeno baru saja datang. Memberikan hoodie mint milik Jaemin. "Punyamu, ketinggalan di loker" Katanya. Jaemin dan Haechan ikut berdiri.

"Lama!" Haechan berdesis, sedangkan Jaemin terkekeh geli melihat respon Haechan yang menurutnya terlalu berlebihan.

"Makasih ya" Seru Jaemin, Jeno mengangguk seraya mengusap rambut kekasihnya gemas. Haechan semakin mendengus di buatnya.

"Udah! Ayo pergi sekarang, bentar lagi hujan" Cibir lelaki tan itu seraya menelisik tajam ke arah pasangan di depannya. Dasar tukang tebar kemesraan.

Mereka bertiga kemudian pergi dengan mobil Jeno, Jaemin yang memintanya. Tentu saja, karena tidak mungkin kan mereka akan naik motor secara bersamaan? Resikonya tinggi!

Sesampainya di kediaman milik keluarga Jung, Jaemin mempersilahkan Haechan agar ikut masuk. "Aku gugup" Katanya.

"Alay" Sahut Jeno.

Haechan berdecak. "Sialan"

"Tenang.." Ucap Jaemin. Mereka bertiga kemudian masuk kedalam rumah, tercium bau harum masakan khas rumahan yang tengah Bubu buat dari arah dapur.

Jaemin bersemu sambil tersenyum lebar. "Nana pulang~" Ia berseru, kemudian menghampiri Bubu yang merentangkan tangan ke arah nya. Jaemin berhambur memeluk tubuh Bubu nya.

"Huh untung kamu pulang cepat, bubu khawatir kamu bakalan kehujanan. Di luar mendung banget" Bubu merapikan rambut Jaemin yang sedikit berantakan. Pelukan mereka terlepas, di sana Jeno nampak tersenyum, menyapa ibu sambung nya.

"Ada yang ingin bertemu" Kata Jaemin. Bubu mengernyitkan dahi nya bingung.

"Bertemu?"

"Iya!" Jaemin mengangguk, lalu sedetik kemudian Haechan muncul, menyusul langkah Jeno dari belakang. Tatapan mereka bertemu satu sama lain sebelum akhirnya Haechan memutusnya, menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Jeno? Ingin sekali mengejek anak itu, tapi dia tidak mau ambil resiko kalau setelahnya Jaemin akan menendang dia jauh-jauh.

Bubu mematung di tempatnya, begitu juga Haechan yang masih menunduk seolah akan mengumpulkan keberaniannya. "Chanie?" Panggil Bubu.

Haechan mendongak, bulir air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Haechan kalut. Jeno menghampiri Jaemin yang masih menunjukkan senyumannya.

"Benar, kamu Haechan?" Tanya Bubu sekali lagi seraya mengambil langkah pelan. Haechan mengangguk lalu berlari mendekap tubuh lelaki submisif cantik di depannya.

Taeyong terkekeh lalu balas memeluk tubuh Haechan erat. "Astaga, sudah besar ya kamu. Cantik banget" Pungkas Bubu seraya mengusap punggung sempit milik Haechan.

"M-maaf"

"Tidak usah minta maaf. Ini bukan kesalahan mu, itu hanya masa lalu" Ucap Taeyong, menangkup wajah sembab anak lelaki di depannya. Haechan memang sekilas mirip dengan Ten sahabat nya. "Aku yang harusnya minta maaf, tidak bisa berkunjung ke pemakaman ibu mu saat itu"

[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang