22. malam dan kelamnya

5.1K 453 7
                                    

Sepulang dari rumah sakit,Jaemin benar-benar mengetahui fakta yang sangat mengejutkan juga membuatnya sedikit terpukul. Jaemin belum membicarakan masalah ini dengan Jeno, dia pun meminta dokter tadi untuk tidak mengatakan apapun kepada Jeno.

Saat makan malam tiba pun Jaemin hanya menikmati makanan nya dengan lesu, dia banyak diam. Pandangan Bubu tentu saja menangkap kejanggalan dari anak semata wayangnya. Setelah sesi makan malam berakhir, semua kembali kedalam kamarnya masing-masing, jangan lupakan Haechan yang kini tinggal bersama mereka. Anak itu sudah lebih dulu meluncur kedalam kamar nya.

Taeyong menghampiri Jaemin yang masih memandangi gelas kosong di depannya. Satu tepukan di bahu dapat membuyarkan lamunan Jaemin. "E-eh?? Bubu, ada apa?" Jaemin mendongak, dia terkejut bukan main.

Taeyong tersenyum simpul, mengusak rambut Jaemin lembut. "Nana nggak biasanya ngelamun kayak gini. Nggak baik loh" Taeyong menjawil hidung bangir anaknya. "Kalo ada masalah, ceritain ke Bubu"

Sorot matanya meredup, ia melipat bibirnya kedalam kemudian menggeleng kecil. Jaemin tidak bisa mengatakan hal ini sekarang, Bubu tentu saja tidak akan menerima soal kenyataan ini. Jaemin terpaksa harus menarik kedua sudut bibirnya agar tersenyum di hadapan orang yang paling dia sayangi.

Bubu, maafin Nana.

"Nana baik-baik aja kok! Nana kan anak yang kuat hehe. Bu masakan nya Nana kurang suka" Jaemin menunjuk makanan di piringnya yang masih banyak sisa makanan yang tadi sempat di ambilkan oleh Taeyong.

Lelaki cantik itu tersenyum maklum, ia kembali mengusak rambut anak semata wayangnya. "Karna ada udangnya?"

Jaemin mengangguk sambil mengerucutkan keningnya. "Maaf ya? Besok Bubu nggak masak itu lagi. Tadi Daddy yang minta masakin seafood" kening Jaemin di kecup olehnya. "Yasudah sana ke kamar mu, tidur yang nyenyak okey?"

"Uhm! Okey!" Jaemin mengecup pipi Bubu nya, lalu tersenyum lebar sembari melambaikan tangan ke arah nya. "Selamat malam Bubu! mimpi indah! Hehe" Jaemin pergi ke kamarnya.

Setelah pintu kamar di tutup, anak itu kembali murung. Jaemin memegangi perutnya yang terasa sakit. Dia mendongak menatap langit-langit kamarnya. Apa Bubu akan memaafkan nya setelah tau anak yang di besarkannya malah dapat menghancurkan kehidupan semua nya?

Jaemin bingung, dia kalut, dia menyesal dan tidak tau harus berbuat apa untuk kedepannya.

"K-kamu.." Jaemin menunduk melihat perutnya yang masih rata. "masih belum waktunya kamu ada" tangisan nya pecah.

Jaemin membekap mulutnya agar orang luar tak dapat mendengar suara tangisannya.

"Nana minta maaf"

-

Pagi-pagi begini Haechan sudah menghebohkan seisi rumah dengan teriakannya. Taeyong yang sedang mempersiapkan sarapan hanya bisa terkekeh heran melihat manusia hyperactive seperti nya.

Mereka semua menjalankan rutinitas seperti biasa. Jaehyun yang akan pergi bekerja, Taeyong yang akan melakukan semua aktivitas rumahan di bantu dengan asisten rumah tangga mereka. Lalu ketiga anak-anak itu yang tengah bersiap untuk pergi sekolah. Mereka berada di satu mobil yang sama.

Jeno sadar bahwa Jaemin nya banyak diam. Mungkin dia harus mengajak anak itu bicara tanpa ada nya Haechan yang akan menganggu moment mereka.

Sesampainya di sekolah Jeno langsung mengajak Jaemin pergi ke taman belakang, beruntung nya Haechan pergi menuju ruang club kesenian nya.

"Nana" panggilnya seraya menyentuh kedua bahu Jaemin.

Netra coklat di depannya bergulir resah seolah menghindari tatapan darinya. Jeno bergumam pelan. "Apa yang dokter itu katakan? Kenapa harus di sembunyikan dariku?"

[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang