29. malam dan kelamnya

3.9K 321 6
                                    

"yah, buktinya sudah terkirim. Gimana nih?" Seringai nampak di bibir Jaemin, tangannya menutup mulutnya yang sedikit terbuka.

Orang-orang itu menarik tubuhnya untuk berhadapan dengan Johnny, Jaemin memang selalu memimpikan sosok Ayah kandungnya, namun saat di lihat secara langsung. Dia hanya jijik dengan pria yang kini tengah tersenyum ke arahnya itu. "Kau tidak merindukan Papah?" Tanya Johnny.

"Untuk?" Tanyanya.

Johnny terkekeh pelan. "Kau mengirimkan buktinya kepada siapa?" Tanya Johnny dengan intonasi yang penuh penekanan.

Ia mengangkat bahunya sembari berdecak pelan. "Entahlah, aku hanya mengirimnya dengan asal." Johnny yang mendengarnya hanya bisa tertawa sumbang. Mencengkram dagu Jaemin dengan sangat kasar.

"Kau menyebalkan, sama seperti Ibumu."

"Maaf? Bukannya kau yang lebih menyebalkan ya?" Jaemin menatap pria itu datar, dirinya memang sangat takut. Tetapi kalau dia menunjukkan rasa takutnya, orang-orang seperti mereka malah makin semena-mena.

Di lihatnya Jeno masih menjaga kesadarannya, meskipun luka di kepala dan sekujur tubuhnya tidak main-main. Haechan pun berusaha untuk membantu Jeno bangkit dari sana, namun sepertinya kaki lelaki itu patah akibat di injak oleh bawahan Johnny.

"Saya tanya sekali lagi, kau mengirim bukti itu kepada siapa?!" Intonasinya meninggi, Jaemin memejamkan matanya beberapa saat sebelum kembali bertatapan dengan mata legam milik Johnny.

"Aku tidak tau."

"Katakan dengan benar!" Sentaknya seraya mencekik leher Jaemin. Jaemin mengerjap, napasnya tersenggal akibat cekikikan kuat milik Johnny.

"LEPAS!" Teriak Jeno sembari mendorong para bawahan Johnny, hal itu seperti serangan mendadak yang membuat mereka terhuyung karena merasa belum siap.

"Anak kurang ajar!" Pekik salah satunya, mereka menahan tubuh Jeno dengan sekuat tenaga, meskipun lukanya cukup parah namun tenaga Jeno tidak bisa di remehkan.

"J-jen..."

"Singkirkan tanganmu brengsek!"

"Katakan, kalau kau masih berniat untuk tidak mengatakan nya. Maka, lelaki itu akan mati di tanganku." Ancam Johnny.

Jaemin memukul keras tangan Johnny, namun sepertinya pukulannya tidak berarti bagi pria tua sepertinya. Jaemin hampir kehilangan napasnya jika saja suara tembakan yang mengarah ke langit-langit tidak terdengar olehnya.

Cekikan Johnny melonggar. "Kau melaporkanku kepada polisi?!"

"K-kau... Di tangkap." Seru Jaemin dengan suaranya yang kembali tercekat akibat cekikikan nya yang kembali menguat.

"Pak kita harus melakukan apa?"

"Apalagi? Lawan para polisi itu." Titahnya.

"Baik." Katanya, sebelum orang-orang itu pergi, mereka kembali menghajar Jeno habis-habisan sampai kesadaran lelaki itu hilang sepenuhnya. Jaemin menjerit ketika melihat luka sobekan menganga di kening Jeno yang membuatnya berdarah lumayan banyak.

"SIALAN KAU! KENAPA KAU MELAKUKAN INI SEMUA KEPADA KAMI?!" Teriak Jaemin, memberikan banyak pukulan pada tangan Johnny yang masih mencekiknya. Tangisannya pecah. "Kau keparat sialan! Kau bukan Papah ku!"

"Owh, ini semua akibat dari perbuatan mu sendiri yang memanggil polisi menuju kemari." Sahut Johnny.

Haechan mencengkram kuat selimut yang sejak tadi menyelimuti tubuhnya. Dia sangat ketakutan, namun yang di lakukan Jaemin dan Jeno akan sia-sia kalau dia terus merasakan hal itu. Haechan mengambil vas bunga yang berada di dekatnya, membiarkan para bawahan Johnny pergi keluar untuk menghadang para polisi yang kini sudah mengepung rumahnya.

[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang