09. malam dan kelamnya

7.6K 759 33
                                    

Jeno menepikan motor yang di kendarainya di halaman rumah mereka. Setelah membantu Jaemin melepas helm yang sedikit kebesaran di Jaemin, Jeno menoleh ke arah mobil hitam yang terparkir di halaman rumahnya.

Jaemin mengerjap, dan menatap Jeno bingung. Ia mengangkat bahunya.

Desiran hangat dapat Jaemin rasakan, dengan cepat dia berlari kedalam rumah di susul dengan Jeno yang mengikutinya dari belakang.

Bau harum aroma masakan dan suara berisik dari arah dapur terdengar hangat. Jaemin berbinar. "BUBU!!!" pekiknya sangat antusias. Menabrak tubuh Bubu nya lalu memeluknya sangat erat.

Taeyong yang baru saja pulang dua jam lalu, mendapat pelukan tak terduga dari anak nya kesayangannya. "Eyyy coba liat kelakuan Nana. Di belakang ada Kakak sama Daddy tuh" ujar Bubu dengan suara nya yang selalu terdengar merdu di telinga Jaemin.

Sedetik kemudian, semburat merah terpancar dari wajahnya, perlahan telinganya juga ikut memerah.

Jaemin mendesah ringan. "Kenapa ngga telpon Nana dulu?? Kan Nana bisa jemput Bubu ke bandara bareng Jeno" ujar si manis sembari melepas pelukan dari Bubu nya.

Ia tersenyum ke arah Ayah sambungnya. "Hehe" kemudian menyengir riang.

Membuat Jaemin bahagia itu sederhana, keharmonisan keluarga baru nya adalah salah satu nya.

"Kalian sudah sangat dekat ya?" tanya Taeyong kepada Jeno yang tengah memerhatikan interaksi mereka. Jeno berdehem pelan, dan mengangguk sopan ke arahnya.

"Iya Bu, aku dan Jaemin sudah menjadi dekat. Itu berkat sifat Jaemin yang ramah" kata Jeno. Yang membuat Jaemin merona karena nya.

"Bagus kalau begitu, kami jadi nggak perlu khawatir kalau harus ninggalin Jaemin sendiri di rumah, karena sekarang ada kamu Jen" ucap sang kepala keluarga.

Jeno mengangguk. "Iya Ayah"

Mereka berempat mencium aroma gosong di belakang sana. Taeyong membola. "AYAM NYA!!"

-

Malam ini keluarga kecil itu tengah menghabiskan waktu bersama di ruang tengah. Jeno merasa ada secercah kehangatan baru dalam hidupnya.

Melihat Ayah nya tersenyum, Jeno jarang sekali melihat itu dulu. Tapi sekarang, pria itu selalu tersenyum seolah dirinya benar-benar sangat bahagia.

Begitupun Na Jaemin yang kini tengah duduk di antara Jaehyun dan juga Taeyong. Seperti bayi kecil yang berada di tengah kedua orang dewasa.

Jeno meneguk minuman kaleng miliknya. Bahagia . . tapi rasanya ada yang aneh dengan hatinya..

Haruskah dia benar-benar menganggap Na Jaemin sebagai adik nya?

Jaemin tertawa riang ketika Taeyong menceritakan seluruh pengalamannya di luar sana. Terlebih dia membelikan Jaemin hadiah kecil seperti souvernir jalanan yang membuat anak itu semakin kegirangan.

"Jen kami juga membelikan ini untukmu" ucapan Taeyong membuyarkan lamunan singkatnya.

"Untukku?" tanya Jeno ragu.

Taeyong tersenyum ramah, memberikan gantungan kunci untuk Jeno. "Supaya kunci motor mu gampang di temukan, aku membelikan ini. Maaf ya, ini tidak terlalu isti—"

"Terimakasih Bu, aku menyukainya" potong Jeno, tersenyum simpul ke arahnya dan menerima hadiah itu dengan senang hati.

Taeyong ikut tersenyum.

"Ceritakan, bagaimana kehidupan sekolah barumu?" tanya Jaehyun.

Jeno terdiam sejenak, lalu memandang Jaemin aneh. Sedangkan si manis malah terkesiap mendapat tatapan intens dari Jeno. "Flat, tapi ada sesuatu yang membuatku nyaman Ayah" kata Jeno jujur.

[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang