18. malam dan kelamnya

6.5K 595 39
                                    

sungkeman dlu yu, ini hp baru balik dari konter-,

Mereka memutuskan kembali untuk pergi ke tempat kediaman Haechan. Sebelumnya sudah mengisi perut mereka yang kosong terlebih dulu. Jaemin mengetuk pintu ber cat putih itu untuk yang kesekian kalinya, sebelum Haechan benar-benar keluar dan membukakan pintu untuknya.

Dari dulu Jaemin tau lelaki ini tidak pernah menganggap dirinya ada, atau bisa di katakan Haechan membenci Jaemin. Tapi perbuatannya kali ini membuat Jaemin terperangah. Menatap ke arah Jeno tidak percaya.

"Nana.." gumam Haechan dalam pelukannya.

"Y-yah?"

"Maaf" katanya sambil terisak.

Kedua alisnya bertemu samar. Dengan ragu Jaemin memutuskan untuk membalas pelukan Haechan yang begitu erat memeluk tubuhnya. "Hei dari dulu aku nggak pernah marah sama kamu, kamu nggak ada salah kok Chan" seru Jaemin di sertai kekehan.

Haechan terdiam, menyeka sudut matanya yang basah. Jaemin mungkin tidak tau apa yang sebenarnya sudah terjadi, bahkan di masa lalu. Haechan rasa, Jaemin adalah anak tak berdosa yang terpaksa lahir ke dunia. Meraih kedua tangan milik saudara nya. Helaan napas terdengar. Sedangkan Jeno sudah tau apa yang akan terjadi setelah ini.

Pengakuan dari Haechan.

"Kita bersaudara" seru Haechan.

"Eh??" Jaemin tersentak pelan. "Maksud? Aku nggak ngerti apa yang kamu bilang . ."

Menarik napas dalam-dalam sebelum memberanikan diri menatap manik rusa di depannya. "Percaya sama aku Na, kita saudara. Ayah kita adalah orang yang sama. Aku dan kamu adalah dua anak yang lahir dari ibu yang berbeda"

"Aku, saudara tiri kamu"

"Chan, haha. Kamu kalo becanda jangan ngarang kayak gini dong. Oh besok jangan lupa datang ke sekolah, tugas mu banyak. Aku sudah salin sem—"

"Na!" Haechan menyentak pelan. Mengguncang pelan tubuh jaemin. "aku nggak lagi bahas tentang sekolah" ucapnya penuh penekanan.

Jaemin menatap Jeno sekilas sebelum kembali menatap Haechan yang terus mengguncang tubuhnya dengan pelan. "S-seo Johnny?" Gumamnya pelan. Haechan terkekeh mendengar nama itu di sebutkan.

"Ya! Itu orang brengsek yang telah melukai hati bubu dan juga ibu ku" tukas Haechan di sertai decihan.

Tubuh Jaemin lemas seketika. Dia menatap Jeno lagi, meminta agar lelaki itu untuk duduk bersama mereka berdua. Jeno sejujurnya sedikit kesal melihat Haechan yang sedari tadi menempeli tubuh Jaemin, namun bukan itu urusan nya yang sekarang.

"Na" Haechan kembali memanggilnya. Jaemin menoleh canggung. "Maaf ya? Saat itu aku benar-benar cemburu melihat Mark terus mendekatimu, padahal aku kan pacarnya. Ya, sekarang sudah mantan"

Jeno menyunggingkan senyumnya. "Menyesal?"

"Cih, Na. Tolong singkirkan orang ini, aku tak menyukainya" cercah Haechan, kembali memeluk lengan Jaemin.

Jaemin mendesah keheranan. "Dari mana kau tau kalau kita itu bersaudara?"

"Ibu ku sering cerita. Memangnya bubu tak pernah menceritakan hal itu padamu huh?" Ia mendengus. "tapi, bubu keren sih. Bisa meninggalkan orang brengsek seperti ayah, tidak seperti ibu ku yang selalu mengemis belas kasih sayang dari pria bajingan seperti dia"

"Hey" Jaemin mengerucutkan bibirnya. "Jadi, kau tidak membenciku lagi Chan?" Haechan mengangguk.

"Masih"

[ ✔ ] Malam, dan kelamnya - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang