17. dua

197 26 1
                                    

lanjutan..

siang tadi vee menjemput sean di rumah itu, ia dengan mobilnya melaju ntah ketempat apa namanya hanya dialah yang tau. saat ini keduanya sedang larut oleh hembusan angin hutan, tempat yang sedang dilalui keduanya dengan berjalan kaki.

sean ikut berhenti saat merasakan bahwa vee juga sedang terdiam didalam berdirinya. tanpa melepaskan tautan tangan mereka, vee langsung mengecup bibir sean lembut.

hanya kecupan rindu dan tidak lebih. pipi sean merona seiring dengan hembusan angin hutan yang agak sedikit kencang yang juga menghembuskan poni tipis sean.

"dia tidak mau berhenti tumbuh ya" ucap vee sambil terus membelai satu titik keras di sisi kiri kepala sean.

"em iya, tapi ini terlihat hanya saat kita bertemu saja"

vee menajamkan matanya, dia kesal dengan hukum yang berlaku, karena hukum itulah sean merasakan sakit dikepala nya, itu juga yang membuatnya terkadang bisa tiba tiba melamun hingga keterusan saat berjalan.

sentuhan di sisi kepala sean berhenti, saat ini vee sedang berusaha memindahkan "sementara" anak tanduk itu ke dirinya, ia tidak ingin sean merasakan sakit saat sedang bersamanya.

"omong omong, kau sangat tampan hari ini tuan jack" goda sean dengan raut wajah serius, sementara vee, ah wajahnya masih akan selalu merah padam saat mendapat kalimat itu dari sean. walau sudah berapa kalipun sean mengatakannya.

"sean berhentilah, aku akan menendangmu ke sumur itu kalau kau mengatakan kebohongan seperti itu lagi."

kalimat vee memang terdengar sangat mengerikan, tapi apa kalian percaya bahwa vee mengatakannya sambil menarik sean untuk kemudian didekap nya.

sean sudah biasa diperlakukan begitu, jadi dengan wajah merona ia ikut memeluk tubuh kekar vee yang harum seperti disiram ribuan bunga mawar.

"pacarku sangat gemuk sampai jari jari tangan kananku bisa menyentuh siku tangan kiriku" sarkas nya

sean menggumam kesal di dekapan dada vee, tapi tidak lama kemudian sean menepuk bokong vee kesal.

"hei tuan seharusnya kau sadar diri, lihatlah tubuhmu ini, aku dapat merasakan tulang tulangmu" ucap sean seraya meraba punggung vee yang terasa bagian tulang nya.

"aku menjadi kurua seperti ini karena kita sudah tidak bertemu dua minggu lamanya"

mereka berdua terus melepas rindu dengan keadaan vee yang masih mendekap sean. tapi tak lama kemudian sean mulai protes karena ia kepanasan, vee dan sean pun melanjutkan perjalanan mereka menyusuri hutan itu.

"kita sampai" saat mengatakan itu vee kembali menautkan jari jemari nya dengan milik sean, setelah beberapa menit yang lalu sean minta untuk melepas tautan mereka dan memilih untuk membelai salah satu tupai hutan yang mereka temui di perjalanan tadi.

"eh aku baru tau kalau ada kursi taman di tengah hutan ini"

"ini pertama kalinya kau melihat hutan ini sean"

"AHAHAHA KAU BENAR!, oh astaga kenapa ini lucu sekali"

vee hanya bisa menggeleng melihat tawa lepas sean yang begitu menawan di bawah  sinar matahari sore, vee kemudian membawa sean duduk di kursi yang berada ditengah tengah hutan itu.

sean dibuat kewalahan dengan detak jantungnya yang tidak bisa terkontrol begitu vee terus menatapnya dengan tatapan tajam. ada apa dengan vee?

"kamu kenapa sayang hm?" tanya sean, tangannya membelai kedua pipi vee dengan sangat lembut.

tatapan tajam tadi tidak berubah, yang berubah hanya sekarang secara tiba tiba air mata jatuh dari kedua sisi mata vee yang membuat sean terkejut bukan main. meski begitu sean mencoba untuk menghadapi kejadian itu dengan tenang, perlahan jari jemari sean yang membelai pipi vee bergerak perlahan menghapus air mata yang mulai berjatuhan.

ntah ada apa dengan sean, tapi saat ini mereka berdua sama sama menangis di bawah siraman sinar matahari sore yang sebentar lagi akan mengucapkan selamat tinggal untuk hari ini.

"vee sangat sayang sean"

jantung sean berdegup kencang mendengar penuturan yang tidak disangka sangka. manik mata keduanya bertemu saat ini, membuat keduanya merasakan sesuatu aneh yang menyerang hingga ke urat nadi.

"aku menyayangi mu sean, aku cinta sean ku, sampai rasanya aku tak mau kamu melihat orang lain selain aku, sampai rasanya aku rela untuk di penjara hanya denganmu untuk waktu yang lama, untuk selamanya"

tanpa membiarkan sean mencerna kalimat itu, vee langsung mendekap erat tubuh sean yang mulai dingin dikarenakan angin sore yang berhembus dengan kencang nya.

"sampai rasanya aku bisa saja memotong kaki mu agar tidak dapat untuk pergi kemanapun, dan hanya bersamaku sepanjang waktu" saat suara vee mulai tercekat jari sean hadir untuk memberikan penenang pada punggung vee yang gemetar.

"vee"

"maafkan aku karena sudah terlahir sebagai iblis"

"maafkan aku sean"

sean tidak kuasa menahan air matanya, ia juga tidak suka melihat seorang vee yang ia kenal sebagai pria gagah nan kuat ini sekarang tengah memeluknya dengan rasa penyesalan yang seharusnya tidak boleh menjadi penyesalan.

"maafkan aku, karna aku kau jadi merasakan sakit setiap harinya sejak kita menjalin hubungan terlarang ini sean.."

"dengar ini vee"

sean melepas pelukan vee, menggenggam erat kedua bahu vee, membawa manik mata mereka agar menatap satu sama lain. begitu perih nya hati sean melihat pemandangan didepannya, vee benar benar terlihat tidak berdaya.

"kau ingat kan saat kau menyatakan cinta padaku"

vee mengangguk rapuh.

"sebelumnya kau sudah mengatakan siapa dirimu sebenarnya, makhluk apa sebenarnya dirimu, dan apa tujuan mu datang ke kota ini."

tangan kanan sean berusaha menghapus setiap air mata yang berjatuhan dari matanya.

"aku sudah menerima semua kebenaran itu sebelum aku mengatakan aku menerima ajakan untuk menjadi kekasih mu vee"

vee kembali mendekap tubuh sean, kali ini dengan sangat lembut, ia hanya ingin tenang saat mengatakan semua ini.

"tapi aku tidak suka melihatmu kesakitan karena hukuman atas hubungan terlarang ini sayang, aku benci melihatmu menahan rasa sakit yang diakibatkan tanduk yang mulai tumbuh dikepala mu sean"

"maafkan aku, aku tidak ada kuasa untuk mengambil tanduk itu untuk selamanya, aku, yang bisa aku lakukan hanya mengambil rasa sakitnya untuk sementara waktu dan, tanduk itu akan kembali kepadamu saat matahari terbenam"

vee membelai lembut rambut sean, ia bahkan hampir frustasi memikirkan bagaimana cara agar menghilangkan tanduk itu untuk selamanya.






e.n.d 💐




makasii request nya sygg NiBintari 😘

21 des, 21

|selling lové  《𝓸𝓷𝓮 𝓼𝓱𝓸𝓽》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang