19. Telepon Mila

2K 248 3
                                    

Uring-uringan di tempat tidur pada malam hari sudah sering Ilen lakukan. Sekarang, ia tengah berunding dengan pikirannya sendiri, ingin menelepon Mila atau tidak.

Mereka memang pernah sekelas di SMA, tetapi tidak termasuk akrab. Namun, di pesta pernikahan kemarin, Mila terlihat senang dengan kehadirannya. Ya, hanya anugerah saja yang bisa menarik Ilen untuk tidak mager datang ke tempat dipenuhi banyak orang.

Terhitung, sudah beberapa kali ia absen dari nikahan temannya, itu semua karena tubuh Ilen tidak mau beraktivitas lebih.

Bagi Ilen, kerja dari pagi hingga sore, itu sudah merupakan aktivitas yang bisa menghabiskan banyak energinya. Jadi, di malam hari ia harus istirahat, di hari libur ataupun tidak, malam tetaplah waktunya untuk mengumpulkan energi untuk besok.

"Gue chat dulu kali, ya?" tanya Ilen pada diri sendiri. "Siapa tahu dia kaget ada nomor baru yang nelpon."

Yah, mau bagaimana lagi? Ilen mendapatkan nomor Mila dari grup SMA. Mila juga pasti tidak menyimpan nomornya.

Ilen menghela napas terlebih dahulu, menunggu chat-nya dibaca oleh Mila.

Sekali seumur hidup, Ilen dibuat kepo seperti ini. Ia hanya ingin tahu apa yang membuat Nial sangat membenci Raga. Terlebih, kehadiran Fay di kantor tadi, yang membuat wajah Nial dipenuhi rasa khawatir hingga terlihat pucat.

Ada lagi yang membuat Ilen penasaran, Fay sempat ingin membawa nama Raga di percakapan mereka, tetapi Nial dengan lihai menghalagi itu.

Ini semua jelas bukan karena Nial tak ingin membuat Ilen marah lagi karena menyangkutpautkan dengan Raga, tetapi Nial hanya ingin menyembunyikan sesuatu agar Ilen tak perlu tahu siapa Raga.

Bicara soal Nial dan Fay, ternyata ada kesalahpahaman masa lalu yang hari ini terungkap. Nial tidak pernah selingkuh, dan Fay adalah kakak ipar Nial.

Fakta yang membuat Ilen sedikit terkejut, tetapi ia sama sekali tidak menyesal. Entah mengapa, mungkin karena hatinya bukan milik Nial lagi.

Mila: Oh, Ilen. Gue sama suami gue baru aja bahas lo tadi.

Mata Ilen membulat sempurna saat membaca balasan chat dari Mila.

Ilen: Suami lo bilang apa?

Waktu yang tepat untuk menanyakan semuanya pada Mila. Ya, teman SMA-nya itu pasti tahu ada apa antara Raga dan Nial.

Mila: Telepon aja, ya. Sekalian, gue mau minta maaf soal sikap suami gue.

Benar-benar istri yang bertanggung jawab.

Ilen: Oke.

Di detik kemudian, telepon dari Mila terlihat di layar. Ilen segera menggeser layar ponselnya untuk mengangkat panggilan.

"Halo," sapa Mila dari seberang.

Ilen berdeham terlebih dahulu. "Halo."

"Len, maafin Sadam, ya. Sumpah, dia nggak maksud nyakitin lo." Mila merengek.

"Iya, gue maafin, kok, tapi dengan syarat."

"Apa tuh?"

Ilen menggigit bibir bawahnya, sangking tak sanggup mengatakan syarat yang ia inginkan. "Hm ... lo mau nggak nyeritain ke gue, kenapa Nial anti banget sama Raga?"

"Suami gue juga minta gue buat jelasin ini ke lo. Tapi, yah, gue nggak mungkin masuk ke masalah orang. Kita, kan, nggak begitu akrab."

Ilen dibuat cengengesan. Benar juga, nampak sekali datang saat perlu saja. Dan kalimat itu sangat tertuju pada Ilen.

Pak Bos MantankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang