******
24 September 2021
sama seperti yang dikatakan seseorang untuk menghiburku
Kenangan sekecil apapun sulit untuk melupakannya
Meski seiring berlalunya waktu, aku akan tetap tertahan di tempat yang sama
Di bawah sinar jingga matahari, kita menari bersama tanpa bayangan
Tak ada yang memastikan akan adanya perpisahan
Kita bertemu dalam kenangan yang indah
Kita berbaring bersama, saling berbagi kisah sedih masing masing
Tak ada akhir yang menyedihkan
Aku akan menemuimu dalam kenangan ini selamanya.
Forever young~
Forever we young ~
Bahkan jika ini mimpi buruk, aku tak akan bangun selamanya.
Vokal emas Jieun membuat instrumen dan lirik lagu ini makin bermakna. Tepuk tangan serta sorakan penonton menggema jelas di telinga dan Jieun membuka matanya.
Jieun baru saja menyelesaikan lagu terakhirnya untuk konser hari ini. Sorotan lampu menyinari dirinya yang tengah berdiri di atas panggung. Ratusan pasang mata kini tengah memandangnya, tentu saja ia adalah bintangnya di sini, semua orang kemari hanya untuk Jieun.
"IU! IU! IU!"
Begitu, teriakan para penggemar yang menyerukan nama panggung Jieun, IU.
******
29 Januari 2013
"Selamat jalan."
Jieun membungkuk sopan setelah turun dari taksi. Sang sopir lantas mengangguk dengan senyuman sebelum pergi.
Jieun segera duduk di bangku halte bus. Ia melepaskan ranselnya kemudian meletakan ransel tersebut di sampingnya.
Sebenarnya setelah turun dari kereta, Pak Daewoo berpesan agar Jieun diantar dengan taksi sampai tujuan, namun Jieun pikir lebih baik naik bus agar tarifnya lebih murah, ia jadi punya uang lebih untuk dimasukan ke dalam dana darurat.
Sembari menunggu bus, Jieun mengeluarkan buku serta pulpen untuk menulis sesuatu. Meski memiliki ponsel yang punya fitur catatan, Jieun tetap membawa buku karena sudah terbiasa. Buku dan pulpen menjadi barang bawaan wajib jika ia pergi. Kebiasaan ini dimulai sejak ia belajar menulis lagu bersama Yoongi. Dulu Jieun lebih nyaman menulis di buku dan seringkali mendapat inspirasi ketika keluar, jadi ia selalu membawa buku untuk mencatat idenya.
Ketika sedang menulis, mendadak ponsel Jieun berdering, ia reflek meletakan bukunya di bangku kemudian beralih pada ponselnya.
"Iya paman, aku sudah sampai."
"Bagus, gimana dormnya? Apa layak ditinggali? Kamu sudah bertemu dengan trainee lainnya? Apa mereka baik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescendo
FanfictionJieun kehilangan orang tuanya, ekonomi keluarganya ambruk, bahkan kehilangan sang Kakak saat melalui krisis terbesar dalam hidupnya. Impian Jieun untuk bergabung dalam tim nasional basket juga kandas setelah kecelakaan menimpanya sebelum pertandinga...