Jieun duduk di depan piano, diam memandangi tuts putih di sana. Di rumah lamanya juga ada grand piano putih seperti ini. Sebelumnya piano tersebut hanya pajangan, tapi setelah Jiho datang rumahnya terasa seperti istana eropa karena setiap pagi Jiho selalu memainkan satu karya musisi zaman Baroque. Meski begitu Jieun tak ingat sama sekali dengan apa yang Jiho mainkan karena tak tertarik sama sekali.
Kini Jieun menekan satu tuts dengan ketukan asal sambil melamun. Namun ia berangsur berhenti ketika suara ketukan sepatu terdengar mendekat.
Jieun spontan menoleh begitu pintu terbuka. Dan Yoongi dengan Hoodie hitam serta menenteng sebuah paper bag memasuki ruangan seraya membersihkan pakaiannya dari sisa salju yang menempel.
"Salju sudah turun?" Tanya Jieun.
"Iya, aku tidak tahu akan turun secepat ini." Balas Yoongi sembari merogoh paper bag, lalu meletakan sebuah kotak di atas piano.
Jieun meraih kotak tersebut lalu membukanya. Kue jahe khas natal tersusun rapih di dalamnya.
"Aku dapat gratis dari toko baru yang membagi-bagikan di pinggir jalan, entah bagaimana rasanya." Yoongi menerangkan sambil mencomot satu kue dari kotak, lantas melahapnya.
Jieun menghela napas pelan seraya meletakan kotak dari tangannya, "Jika saja pak Daewoo tidak melakukan perjalanan bisnis, akan menyenangkan berada di rumahnya di musim seperti ini sambil menghias pohon natal. Coba katakan perjalanan bisnis macam apa di akhir tahun?"
Yoongi dengan mulut penuh hanya bisa mengedikan bahu tak tahu.
Dan Jieun semakin tak bersemangat. Biasanya natal menyenangkan. Tapi... natal lebih menyenangkan jika punya keluarga.
"Tidak apa, di sini juga ramai kalau natal." Celetuk Yoongi.
Sementara Jieun hanya memandang pemuda yang sibuk menyeret piano bench itu. Yoongi lantas duduk di samping Jieun, dan yang bersangkutan spontan menjauhkan kursinya.
"Apaan deh."
"Aku belum mendengar sesuatu dariku hari ini."
"Aku sudah mendengarmu mengoceh sejak pagi sampai malam ini tiba."
Yoongi terkekeh, "Bukan itu."
Yoongi lantas mulai menekan tuts. Dan Lantunan denting menghiasi ruangan yang tadinya hening.
"Natal hari minggu. Berarti kamu tidak akan ada di sini, ya?"
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Jieun, Jemari Yoongi sontak berhenti. Ia menoleh ragu, "Aku... akan berusaha ada di sini saat natal."
*******
"Sering banget gaul sama si pucat itu. Kamu sudah jadi sahabatnya, ya?" Seloroh Heejin.
"Bukan aku yang ingin bergaul dengannya. Dia yang selalu menghampiriku. Aku ada di sana dia ke sana, aku ada di sini dia ke sini. Kamu kan tahu sendiri dia penggemarku." Tukas Jieun tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Sesekali tertawa kecil hingga membuat Heejin penasaran.
Sembari meletakan teko air minum, kepala Heejin menjulur mengintip ponsel Jieun untuk melihat apa yang membuat gadis itu menahan senyum.
"Yoongi selucu itu sampai kamu sumringah?"
Jieun lantas melirik tajam, "Najis." Gadis itu segera memperbesar foto yang tengah ia lihat, "Yang lucu Aerin, dia anak kecil yang sering bermain denganku. Lihat, tangannya kecil sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescendo
FanfictionJieun kehilangan orang tuanya, ekonomi keluarganya ambruk, bahkan kehilangan sang Kakak saat melalui krisis terbesar dalam hidupnya. Impian Jieun untuk bergabung dalam tim nasional basket juga kandas setelah kecelakaan menimpanya sebelum pertandinga...