26 ; Bertahan atau menyerah?

17K 1K 73
                                    

“Rasa cinta akan semakin terasa ketika kita kehilangan dan sadar bahwa betapa kita telah menyia-nyiakan,”

***


26. Bertahan atau menyerah?

      Malam tiba, waktu menunjukkan pukul 21.15 WIB. Kini Seyla berada di dalam kamar barunya bersama Ellgar. Perempuan itu duduk di atas kasur setelah menyelesaikan ritual mandinya.

Suara percikan air dari dalam kamar mandi berhenti, menandakan bahwa acara mandi Ellgar telah selesai.

Dengan rambut yang masih basah, Ellgar keluar memakai piyama tidurnya.

"Kenapa belum tidur? Tadi katanya capek," Ellgar ikut duduk di sebelah Seyla. Perempuan itu terlihat melamun dengan tatapan kosong.

"Sey," panggil Ellgar pelan seraya memegang bahu perempuan itu.

Seyla langsung tersadar dan mengusap tengkuknya gugup. Sebenarnya ia merasa bersalah pada Ellgar, di saat malam pertama pernikahan mereka, pikiran Seyla masih tertuju pada Zaviar. Cowok itu terus memenuhi pikirannya sejak tadi.

"I–iya, ini mau tidur," Seyla membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan canggung.

Ellgar ikut membaringkan tubuhnya di sisi Seyla, ia tersenyum tipis saat melihat Seyla yang mulai memejamkan kedua matanya. Tak membutuhkan waktu lama, Ellgar juga ikut terlelap dalam tidurnya.

Seyla membuka matanya perlahan saat melihat Ellgar yang sudah tertidur lelap menghadap ke arahnya. Ia menggerakkan tubuhnya perlahan untuk turun dari ranjang agar tidak membangunkan Ellgar.

Setelah memastikan Ellgar tidak terganggu, Seyla keluar dari kamar menuju dapur yang terletak di lantai satu. Ia dan Ellgar memang masih tinggal di rumah kedua orangtua cowok itu.

Sesampainya di dapur, Seyla menuangkan air putih ke dalam gelas. Mungkin dengan minum ia bisa sedikit merilekskan pikirannya.

"Butuh uang berapa kamu? Saya bisa kasih kamu uang berapa pun yang kamu mau. Asal kamu ceraikan anak saya dalam waktu dekat,"

Seyla berbalik dan mendapati Rania—Mama Ellgar yang tengah menatapnya sinis dengan kedua tangan yang melipat di dada.

Rania memang baik pada awalnya, namun saat wanita paruh baya itu mengetahui bahwa Seyla tengah hamil di luar nikah dan Ellgar berniat menikahinya, Rania dengan tegas menentang keputusan putranya.

Namun apa boleh buat, Ellgar tetap keras kepala dan tidak akan mengubah keputusannya.

Dan itu membuat Rania membenci Seyla, ia berpikir bahwa Seyla hanya memanfaatkan Ellgar saja.

Memang saat Seyla lumpuh dan tinggal di rumahnya, Rania hanya tahu bahwa Seyla kecelakaan karena ulah kekasihnya. Karena itulah Rania bersedia untuk menampung Seyla beberapa hari, karena merasa prihatin dengan keadaan perempuan itu.

Ellgar itu putra semata wayangnya. Ia sudah menyiapkan masa depan yang indah untuk putranya. Ia juga sudah merencanakan perjodohan Ellgar dengan putri sahabatnya. Namun semua itu harus hancur karena perempuan aib di hadapannya ini.

"Saya gak akan menceraikan Ellgar, tante. Maaf,"

"Maaf kamu bilang? Saya akan memaafkan kalo kamu mau menceraikan anak saya! Dia itu masih punya masa depan yang cerah, bukan kayak kamu yang masa depannya udah hancur," sinis Rania. "Anak saya gak salah apa-apa, tapi dia malah mau bertanggungjawab atas anak haram itu,"

"Stop, tante! Jangan sebut anak saya anak haram, tante gak berhak," sentak Seyla tidak terima.

Rania tertawa sinis. "Memang itu kenyataannya kan? Inget, Seyla! Saya gak akan pernah menganggap kamu sebagai menantu saya. Ellgar gak pantes bersanding dengan wanita bekas kayak kamu," ujar Rania lalu melangkah pergi meninggalkan Seyla.

ZAVIAR and HIS MISTAKES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang