Double up!
20. Hancur.
Seyla terjaga dari tidurnya. Dengan gerakan perlahan, gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk.
Setelah semalam pertengkaran kecilnya dengan Zaviar, Seyla memilih tidur di sofa seperti biasa.
Di antara lampu yang temaram, Seyla masih dapat melihat dengan jelas Zaviar yang tertidur dengan tenang di atas kasurnya.
Perlahan ia mendekat, memastikan bahwa Zaviar memang tertidur lelap. Setelahnya, Seyla duduk di bibir ranjang. Dengan hati-hati ia membawa tangan kekar Zaviar untuk ia letakkan di perutnya yang terlihat membuncit.
Menggerakkan nya seolah-olah Zaviar sedang mengelusnya dengan lembut.
Dari semenjak hamil, Seyla memang ingin Zaviar untuk mengelus perutnya. Mungkin itu keinginan calon bayinya untuk di elus oleh Papa-nya. Tapi ada daya? Bahkan Zaviar tidak menganggap keberadaan calon bayinya.
"Kamu mau di elus Papa 'kan? Ini Mama udah kabulin keinginan kamu. Maafin Mama karena belum bisa bikin Papa kamu nerima kita berdua," lirih Seyla pada perutnya.
Setelah lima menit di posisinya, Seyla berniat kembali tidur. Namun tubuhnya terjatuh di samping Zaviar saat cowok itu menarik tangannya dengan kuat.
Memeluknya dengan erat. Bahkan sebelah tangan Zaviar kini mengelus perutnya dari belakang.
"Jangan pergi!" suara berat itu terdengar pelan di samping telinga Seyla.
Perlahan Seyla membalikkan tubuhnya menghadap Zaviar. Cowok itu masih menutup matanya, kemungkinan tadi Zaviar hanya mengigau.
"Jangan pergi," lagi, lirihan itu kembali terdengar. Namun kini raut wajah Zaviar terlihat cemas.
Seyla mengelus punggung Zaviar dengan lembut, supaya cowok itu lebih tenang dalam tidurnya.
"Amanda,,"
Deg
Seyla menghentikan gerakan mengelus punggung Zaviar saat cowok itu meracau kan nama Amanda.
****
"Seyla, lo belum pulang? Ini udah mau sore banget," Ellgar menghentikan motornya saat melihat Seyla yang masih berdiri di depan gerbang sendirian.
Ellgar baru saja selesai rapat Osis dan beberapa siswa-siswi yang juga ikut rapat sudah pulang terlebih dahulu. Sekolah juga sudah terlihat sepi, belum lagi cuaca yang mendukung semakin membuat suasana begitu mencekam.
Ia juga berniat pulang, namun saat melihat Seyla sendirian ia mengurungkan niatnya.
"Gue nunggu Zaviar,"
Sebelum berangkat sekolah, Zaviar menyuruhnya untuk pulang bersama dengan alasan takut Seyla pergi lagi dengan Ellgar.
Ellgar melihat sekeliling. "Lo serius? Gak mau bareng aja sama gue?" tawar Ellgar.
Seyla menggeleng. Ia tidak ingin membahayakan janin nya dengan berdekatan dengan Ellgar.
Cowok dengan pakaian rapihnya itu menghela nafas panjang. "Ya udah, gue duluan. Kalo ada apa-apa, segera kasih tau gue!" titah Ellgar. Melihat Seyla yang mengangguk, Ellgar kembali melajukan motornya meninggalkan Seyla sendirian.
Seyla menggerutu kesal pada Zaviar. Sebenarnya cowok itu niat tidak sih mengajaknya pulang bersama. Sampai satu jam di sana pun Seyla masih belum melihat tanda-tanda kedatangan Zaviar.
Kakinya sudah terasa kram karena terlalu lama berdiri.
Ting!
Suara notifikasi pesan dari ponsel Seyla berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAVIAR and HIS MISTAKES
Novela Juvenil"Gue hamil," Seyla berucap pelan. "Terus gue harus apa? tanggung jawab? gak mungkin. Lagian malam itu gue gak sengaja. Dia ada karena kesalahan." sahut Zaviar tanpa beban. "Terus gue harus nanggung ini sendirian?" "Kalo gak mau ribet. Lo gugurin jan...