28 ; Pamit

16.2K 1.2K 38
                                    

28. Pamit.

      Malam ini, Zaviar masih enggan untuk pulang. Cowok itu tetap pada pendiriannya untuk menginap di kos san Seyla sampai wanita itu mau ikut pulang ke apartementnya lagi.

Keduanya duduk lesehan di ruangan depan yang hanya di lapisi karpet. Dua mangkuk mie instan di tambah telur terlihat tersaji di depan mereka.

Hujan masih belum reda, namun tidak sederas tadi sore. Karena Seyla merasa lapar, jadi ia berinisiatif untuk memasak mie instan untuknya dan Zaviar. Untung saja ia masih menyetok beberapa mie di dalam lemari makannya.

Wanita itu mulai memakan mie nya sebelum tadi ia meniupnya terlebih dahulu. Menghiraukan Zaviar yang kini memandang ragu pada makanan di depannya.

"Makanan kayak gini emang sehat?" tanyanya ragu.

"Sehat gak sehat, yang penting bisa nge ganjel perut," ketus Seyla dan kembali melanjutkan makannya. Namun Zaviar lebih dulu merebut mangkuk wanita itu.

"Lo lagi hamil, kalo anak gue keracunan gimana?"

Oke anak gue. Seyla merasa ada kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya. Mungkin itu respon anaknya yang kelewat senang karena mendengar ucapan ayahnya?

Seyla berdehem. Lalu merebut kembali mangkuk mie nya. "Gue gak punya makanan lain. Lagian di luar hujan, makan aja yang ada,"

"Lo gak makan? Atau gak mau? Sini buat gue aja,"

Zaviar menjauhkan mangkuk mie nya dari Seyla agar wanita itu tidak bisa menjangkaunya. Sebenarnya ia juga lapar, tapi ia sedikit ragu untuk memakan makanannya.

"Gue kan udah bilang, kita pulang aja ke apartement, nanti gue beliin banyak makanan yang sehat deh. Mau ya?" bujuk rayu Zaviar.

Seyla menggeleng. Ia masih butuh waktu. Ia juga tidak mau berharap lebih pada Zaviar, Seyla takut merasakan kembali kekecewaan. "Lo aja yang pulang. Amanda pasti nyariin lo,"

"Seyla, gue udah gak punya hubungan apapun lagi sama dia. Seperti yang lo bilang dia cuma masa lalu gue. Sekarang fokus gue cuma satu, itu lo. Masa depan gue," Zaviar berucap dengan lembut dan tulus. Tatapan mata tajam yang biasanya Seyla dapatkan kini menjadi lebih lembut.

Zaviar menggapai tangan istrinya. "Mau ya?"

Seyla nampak berpikir, seketika sebuah ide terlintas di otaknya. "Kak, lo mau kan gue kasih kesempatan kedua?" Seyla menatap Zaviar serius.

Zaviar mengangguk tanpa ragu.

"Gue punya satu permintaan, kalo lo sanggup buat menuhin permintaan gue. Gak cuma gue kasih kesempatan kedua, tapi gue juga mau ikut lo pulang. Gimana?" Seyla akan mencoba memanfaatkan situasi ini untuk mengubah Zaviar ke jalan yang lebih baik lagi.

Dari itu semua Seyla akan bisa melihat seberapa serius nya Zaviar yang katanya ingin memperbaiki rumah tangga mereka.

Seyla hanya tidak ingin jatuh di lubang yang sama lagi.

"Permintaan apa?"

"Jawab dulu! Sanggup apa nggak?"

Zaviar terlihat mengangguk. "Oke, gue sanggup. Demi kalian berdua," ujar Zaviar yang di tujukan untuk Seyla dan calon anaknya.

"Saat ujian kelulusan nanti, rank lo harus masuk sepuluh besar dari satu angkatan. Lo juga harus belajar merubah penampilan lo, dan gak bikin onar lagi. Apalagi keluar masuk BK tiap hari, pokoknya kurang-kurangin nakalnya," Seyla tersenyum penuh kemenangan.

"Lo tenang aja, gue bakal bantu lo buat belajar nanti," lanjut Seyla saat melihat keterdiaman Zaviar.

"Mana bisa. Lo baru kelas sebelas, sedangkan gue kelas dua belas, yang ada nilai gue tambah anjlok," seru Zaviar tak setuju.

ZAVIAR and HIS MISTAKES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang