15. Sisi lain Zaviar.
Di tengah lampu yang temaram, Zaviar termenung di luar balkon kamarnya. Jarinya mengapit sebatang rokok yang sesekali cowok itu hisap dan menghembuskan asapnya ke atas.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, namun cowok itu sama sekali belum mengantuk. Ada sesuatu hal yang mengganjal dihatinya, tapi Zaviar tidak tahu apa itu.
Zaviar menghela nafas kasar sebelum akhirnya mengambil jaket juga kunci mobilnya yang berada di atas nakas. Mungkin dengan menghirup udara malam bisa membuatnya sedikit mengantuk.
Cowok itu mengendarakan mobilnya dengan kecepatan sedang tanpa adanya arah tujuan. Tadinya ia akan menggunakan motor, namun berfikir jika kemungkinan tiba-tiba bisa saja terjadi hujan membuat Zaviar mengurungkan niatnya.
Zaviar sedikit menajamkan matanya saat melihat siluet orang yang ia kenal. Itu seperti, Seyla? Ia memelankan laju mobilnya sebelum akhirnya berhenti di pinggir jalan.
Masa bodoh dengan parkir sembarangan. Yang ada di otaknya hanya kenapa Seyla ada di jalanan tengah malam begini? Apalagi bajunya terlihat basah. Bukannya gadis itu menginap di rumah Amel?
Zaviar membulatkan matanya saat melihat tubuh Seyla yang akan tumbang. Apalagi saat melihat ke arah kiri, mobil melaju kencang.
Jika Seyla jatuh pingsan, otomatis gadis itu akan terjatuh ke arah jalan. Dan berakhir tertabrak mobil tersebut.
Zaviar berlari secepat yang ia bisa.
Bruk
****
"Sakit Ma hiks .... ampun!!" Seyla meringis sakit saat tanpa aba-aba Amel menjambak rambutnya dengan keras. Padahal dirinya kini tengah mengepel lantai kamar mandi dengan posisi berjongkok.
Seyla benar-benar tidak menyangka jika Amel wanita yang jahat. Perempuan itu berhasil menyembunyikan sifat aslinya selama bertahun-tahun lamanya.
Amel mengeraskan genggaman tangannya pada rambut Seyla. "Kenapa baju saya belum kamu setrika, Hah?" sentak Amel.
"I-iya Ma, nanti Seyla kerjain. Sekarang Seyla bersihin kamar mandi dulu ya?"
Sebenarnya tubuh Seyla sudah lelah. Dari tadi siang sampai malam ia terus-menerus melakukan pekerjaan ini itu, dan hanya istirahat sebentar. Apalagi keadaan nya yang tengah hamil muda, membuat Seyla cepat merasa lelah.
Tapi sepertinya Amel tidak peduli dengan keadaannya. Terbukti bahwa penyiksaan yang di lakukan Amel tidak sampai di situ, wanita itu mengambil shower dan mengaturnya agar bersuhu dingin.
Lalu tanpa belas kasihan dan memikirkan bahwa hari sudah malam, Amel mengguyur tubuh Seyla dan menampar kuat pipi gadis itu.
"Kerjakan semuanya! Makanya jangan lelet. Saya tidak mau tahu, setelah selesai dengan pekerjaan kamu, angkat kaki dari rumah ini! Saya tidak sudi tidur serumah dengan kamu," ujar Amel dan pergi setelah melempar shower nya ke sembarang arah.
"Hikss ... hikss,"
Seyla memeluk lututnya, tubuhnya gemetar karena kedinginan. Gadis itu terisak pelan, takut Amel mendengar dan kembali memarahinya.
Kenapa hidupnya seperti ini? Tidak cukupkah Tuhan mengambil Papa-nya.
Seyla menghapus air matanya kasar. Menangis tidak akan merubah keadaan bukan? Lebih baik ia dengan segera menyelesaikan tugasnya dan keluar untuk memikirkan cara melaporkan Amel tanpa harus membahayakan calon bayinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAVIAR and HIS MISTAKES
Roman pour Adolescents"Gue hamil," Seyla berucap pelan. "Terus gue harus apa? tanggung jawab? gak mungkin. Lagian malam itu gue gak sengaja. Dia ada karena kesalahan." sahut Zaviar tanpa beban. "Terus gue harus nanggung ini sendirian?" "Kalo gak mau ribet. Lo gugurin jan...