4. Dia Lagi

5.9K 483 2
                                    

◎H a p p y   R e a d i n g◎

✨📚✨

Esoknya, Airil bersiap-siap kembali ke sekolah dengan ogah-ogahan. Semua hal yang dipikirkannya semalam menjadi boomerang tersendiri baginya. Jika memang benar dirinya masuk novel itu bagaimana nasib ia kedepannya nanti?

Ceklek.

"Adek udah siap belum? Abang udah nunggu didepan tuh. Kalau entar ditinggalin, kamu nangis." ucap Viona memperingati. Dia menatap garang Airil yang masih saja sibuk bercermin.

Airil menoleh lesu. "Ma. Aku boleh libur sehari aja ngga?" pintanya.

Tatapan Viona jadi semakin garang. "Kamu sakit engga, tapi minta libur. Ngga boleh."

Airil menatap Viona murung. "Ayolah, Ma. Kepala aku pusing banget tau." Ia berpura-pura memegangi kepalanya lalu memasang raut wajah menahan sakit. Gadis itu pintar sekali berakting.

"Pokoknya ngga boleh. Lagian tumben banget kamu minta libur kayak gini. Biasanya kamu ambis banget buat pergi ke sekolah. Katanya mau ngerebut juara paralel yang biasanya dipegang Laskar sama Serena. Kenapa? Adek udah nyerah?"

"Hah?" Airil menganga dengan wajah pias. Gawat! Ternyata, ia memang benar-benar masuk ke dalam novel yang dibacanya saat itu. Sial.

"Udah. Jangan hah, hah, lagi. Abang udah nungguin kamu dari tadi tuh. Mama mau turun dulu." Viona langsung menutup pintu kamar Airil dan kembali turun kebawah.

Airil mengambil ranselnya malas. Dengan langkah lambat, ia pergi mengikuti jejak Viona dan mendapati Aidan yang sedang menunggunya sembari melirik-lirik kecil arloji ditangannya.

"Yuk, Ril!" Airil mengangguk. Ia segera mengikuti langkah Aidan keluar rumah.

"Adek! Ini kotak bekal kamu. Mama lupa ngasihnya tadi."

Saat Airil hendak masuk kedalam mobil Aidan, Viona tiba-tiba sudah berada tepat disampingnya bersama kotak bekal berwarna-warni dipelukannya.

"Kok kotak bekalnya kayak punya anak TK sih, Ma? Gamau ah!" Airil kembali menyodorkan kotak bekal itu pada Viona.

"Mama ngga terima penolakan. Lagian, cuma ada itu. Ngga ada yang lain." ucap Viona jujur. Ia kembali menyodorkan paksa kotak bekal itu.

"Adek ambil ajalah. Mama udah cape-cape masak buat kita. Abang aja juga kayak gitu kotaknya." Aidan memperlihatkan kotak bekal yang persis sama pada Airil.

"Iya deh. Aku ambil aja." pasrah Airil. Ia segera memasukkan kotak itu kedalam ranselnya. "Makasih, Ma." ucapnya.

"Bagus! Anak pinter!" Viona mengelus lembut kepala Airil sebentar sebelum akhirnya pergi meninggalkannya bersama Aidan.

Airil menatap kepergian Viona dengan senyum kecil. Jika dilihat-lihat, Viona dan Ibunya, Anita memiliki banyak kesamaan. Apalagi tentang kotak bekal ini. Hah. Airil jadi merindukan ibunya itu.

✨📚✨

"Bang, aku masuk dulu ya. Abang hati-hati dijalan." ucap Airil mengingatkan.

Aidan mengangguk. Kemudian, dia kembali melajukan mobilnya menuju kantor tempat dirinya bekerja.

Merasa Aidan sudah benar-benar pergi, Airil berbalik dan menghampiri pos satpam yang terhalang oleh pagar sekolah.

"Pak. Tolong bukain dong. Saya-kan cuman telat dikit." Airil memohon pada satpam itu agar dapat membukakan pagar untuknya.

Satpam itu menghampiri Airil. "Maaf, Neng. Ini sudah menjadi peraturan. Walaupun, Neng cuma telat sedikit tetap saja." ucapnya tegas.

What The Hell?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang