14. Airil, Si Detektif Abal-abal

1.8K 143 2
                                    

●H a p p y   R e a d i n g●

✨📚✨

Setelah acara ulang tahun sekolah yang dilaksanakan dalam beberapa hari ini selesai, Airil kembali memulai penyelidikannya terhadap masalah yang sedang dihadapi Luna. Penyelidikan ini sempat tertunda karena acara ulang tahun sekolah itu sendiri. Mengingatnya saja, membuat Airil jadi kesal setengah mati.

"Ril. Gue pulang dulu ya. Pak Dadang udah sampe soalnya." Luna menunjuk mobil BMW hitam keluaran terbaru didepan gerbang sekolah. "Oiya, lo mau nebeng ngga?" tawar Luna kemudian.

Airil menggeleng cepat. "Ngga usah, Lun. Hari ini gue lagi bawa motor juga soalnya." Selain itu, rumahnya dan Luna juga berlawanan arah. Jadi, jika ia menumpang, ia malah akan menyusahkan Luna dan supirnya. Kecuali jika ada hal mendesak, barulah ia akan menumpang pada Luna.

"Oh, yaudah. Gue pulang dulu ya. Lo hati-hati! Jangan ngebut!" ucap Luna mengingatkan.

"Iya-iya, gue janji bakal hati-hati! Lo tenang aja." Airil tersenyum manis. "Sana! Pak Dadang pasti udah nungguin lo."

Luna mengangguk. Gadis itu langsung berlari menuju gerbang, tepatnya menuju mobil BMW yang sudah terparkir disana. Bersamaan dengan itu, Airil juga langsung pergi ke parkiran sekolah untuk mengambil motornya.

"Gue ikutin Luna-nya sekarang atau entar aja ya?"

Airil terdiam sejenak. Jika ia mengikuti Luna sekarang, kemungkinan akan ada hal-hal berguna yang bisa didapatkannya nanti. Namun, tak menutup kemungkinan ia malah mendapati hal sebaliknya. Tidak mendapatkan info berguna apapun.

"Emm. Ikutin ajalah! Sekalian refreshing." Airil berharap keputusannya ini akan membuahkan infomasi berguna yang diperlukannya esok hari.

Airil segera mengendarai motornya keluar lingkungan sekolah. Tetapi, ketika ia sudah berada diluar gerbang, ia sudah kehilangan jejaknya Luna. Sial! Mengapa ia jadi seceroboh ini?

Airil melajukan motornya mendekati salah satu siswi yang tengah berdiri tak jauh tempatnya. Sepertinya dia sedang menunggu jemputannya. "Permisi. Liat mobil hitam yang tadi parkir didepan gerbang itu pergi kemana ngga?" tanya Airil sambil menunjuk tempat mobil Luna terparkir tadi.

Siswi itu menoleh. "Kalau ngga salah sih, mobil itu pergi kearah sana, Kak." ucapnya sembari melirik bagian kanan jalanan.

"Oh gitu. Makasih ya!" gadis itu mengangguk pelan seraya tersenyum manis pada Airil.

Airil bergegas mengendarai motornya kearah perginya mobil Luna yang diberitahu siswi tadi. Gadis itu juga sedikit menambah kecepatan motornya agar ia tak terlalu kehilangan jejak Luna dan supirnya.

Dua puluh menit lewat berada di jalanan, Airil akhirnya menemukan keberadaan Luna di kediamannya sendiri. Disebrang sana, gadis itu sedang berbincang dengan seorang wanita muda. Namun, Airil tak yakin pembicaraan mereka berdua adalah pembicaraan yang baik. Semua itu terlihat dari wajah Luna yang jauh dari kata ramah. Datar dan tanpa ekspresi.

Airil berdecak. Dari sini, ia tidak akan mendapatkan informasi apapun. Mungkin memarkirkan motornya sedikit lebih dekat dengan mereka, bisa membuatnya mendapatkan semua hal yang akan diperlukannya.

"Luna. Sekali ini saja. Tolong dengarkan penjelasan, Tante. Kesalahpahaman kamu membuat Tante selalu dihantui rasa bersalah."

"Kesalahpahaman apa? Kebenarannya, anda yang membuat kedua orang tua saya tiada. Tidakkah semua itu cukup?"

"Kamu salah paham, Luna. Tante difitnah. Semua kecelakaan itu direncanakan. Dan Tante masih berusaha untuk menyelidikinya. Kamu-"

"Cukup! Saya muak mendengarkan pembelaan diri anda yang tidak ada habis-habisnya. Anda adalah pelakunya. Meskipun, kejadian itu sudah bertahun-tahun lalu, saya tetap tidak akan bisa melupakannya dan memaafkan anda begitu saja. Sebaiknya, anda segera pergi dari sini."

What The Hell?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang