32. Kesalahpahaman, Lagi

201 9 3
                                    

●H a p p y    R e a d i n g●

✨📚✨

Airil memilih untuk kembali ke kelas daripada harus ke taman belakang yang bisa saja memancing phasmophobia-nya keluar ataupun perpustakaan, sebab ia belum siap menghadapi bejibun pertanyaan penjaganya yang galaknya melebihi Pak Dani, si guru sejarah paling killer.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi."

Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, ia juga merasa sedikit takut untuk masuk kelas. Tetapi opsi inilah yang menjadi pilihan terbaik untuknya. Walaupun ia harus sanggup menghadapi siapapun guru yang sedang mengajar saat ini.

"Airil!"

Begitu mengetahui jika Dania yang membuka pintu, Airil langsung merasa senang bukan kepalang. Nasibnya sungguh baik kali ini.

"Dania!" Airil tersenyum lebar hingga menampakkan deretan giginya. "Ada guru yang lagi ngajar ya?" tanya gadis itu sambil melirik kecil ke dalam kelas.

Dania terkekeh geli. "Ada! Tapi, cuma Pak Aditya  kok!" kemudian, menggiring Airil untuk masuk ke dalam kelas bersamanya.

"Airil. Sudah sehat?"

Pertanyaan yang diajukan Aditya membuat seisi kelas yang awalnya sibuk mengerjakan catatan kimia memilih memusatkan perhatian mereka pada Airil ketimbang harus kembali menuliskan senyawa karbon turunan alkana yang tak tanggung-tanggung banyaknya.

"Udah agak mendingan dikit kok, Pak."

Setelah berusaha menganalisa kejadian yang menimpanya saat bertemu dengan Rea berdasarkan respon orang-orang di sekitarnya, sepertinya ia kehilangan kesadaran saat itu dan selama itu juga.

"Saya senang mendengarnya." Aditya tersenyum lembut sebagai respon. "Silahkan kembali ke tempat dudukmu."

"Baik. Makasih banyak sebelumnya, Pak."

Tetapi, belum sempat gadis itu mendudukkan diri di bangkunya, Aditya akhirnya menyadari ketiadaan Luna bersamanya.

"Omong-omong, Airil. Dimana Luna? Kenapa kalian tidak kembali bersama-sama ke kelas?"

Airil praktis berbalik menghadap guru kimia baru pengganti Miss Irene itu. Dengan senyuman kikuk, ia perlahan beralasan. "Dia ... izin ke toilet sebentar, Pak! Nanti juga bakalan balik lagi!" cetusnya cepat.

"Ya sudah. Kalau begitu, teruskan catatan kalian. Dan ingat! Harus selesai hari ini juga ya. Saya tidak menerima keterlambatan." kata Aditya sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas.

Perintah mutlak pria itu langsung dilakukan oleh seisi kelas tanpa bantahan apapun. "Baik, Pak!"

"Ril! Lo tau materi apa aja yang harus dicatetkan?"

Tetapi, baru hendak mengeluarkan pulpen dari dalam ranselnya, Airil malah mendapati bisikan Xaviera dari belakang yang membuatnya seketika terlonjak dari bangku. "Astaga, Xav! Gausah bisik-bisik gitu juga kali!"

Bukannya langsung meminta maaf, si pelaku pengkagetan malah ikutan kaget. "Ih! Gue-kan cuma nanya!" dengusnya. "Gara-gara lo, gue jadi hampir jantungan juga nih!"

"Airil? Xaviera? Sudah selesai catatannya?"

Interupsi Aditya sontak perdebatan kecil Airil dan Xaviera terhenti seketika.

"Belum, Pak." jawab kedua gadis itu berbarengan.

"Terus? Kok saya lihat kalian malah asik berbicara?"

Wajah mereka berdua langsung tertekuk malu begitu mendengar sindiran itu. "Maaf, Pak."

Aditya menghela napas panjang sembari sesekali membenarkan kacamata yang bertengger di wajahnya. "Lanjutkan catatannya cepat." setelahnya, pria itu kembali duduk dan tampak mengerjakan tumpukan kertas yang entah apa isinya.

What The Hell?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang