8. Sunday And Sundae's

3.5K 318 4
                                    

◎H a p p y    R e a d i n g◎

✨📚✨

Di minggu pagi yang cerah ini, Airil berencana membawa dirinya berlari-lari kecil mengelilingi komplek. Atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan jogging. Selain itu, ia juga akan melakukan q-time dengan caranya sendiri.

"Abang ikut dong, dek." Namun, disaat gadis itu sudah bersiap ingin pergi dan berlari, Aidan malah seenak jidat datang menghalangi jalannya.

Airil berdecak. "Ngga. Abang di rumah aja nemenin Summer sama Winter," ucapnya malas. Kalau Aidan ikut, yang ada nanti q-time nya tidak akan berjalan lancar.

Aidan menatap adiknya merana. "Yahhh! Padahal Abang mau beli cilok Kang Haris di taman komplek tau!" curhatnya.

"Aku beliin aja deh."

"Deal. Nih duitnya. Ntar, sisanya buat kamu. Oiya. Kamu hati-hati juga." Setelahnya menyerahkan selembar uang seratus ribu pada Airil, Aidan kembali kedalam rumah. Ia pergi dengan raut wajah bahagia karena nanti cilok kesukaannya akan dibawakan Airil. Seneng pake banget.

Airil menganga. Ia baru tahu jika Aidan bisa se-random ini. Tapi, biarlah. Uang jajannya bisa bertambah kalau begini. Aidan sungguh baik hati. Tidak seperti Guntur, kakaknya dulu. Hih.

Jika diibaratkan, mereka berdua itu bagaikan bumi dan langit. Perbedaan mereka banyak sekali. Jika Aidan tidak pelit, maka Guntur sebaliknya. Dia itu sangat pelit. Bukan. Lebih tepatnya pelitttttttt pakeeee bangetttt.

Waktu itu, Guntur pernah membeli semua varian dan bentuk permen yupi di alfamart. Lalu, dengan tampang watadosnya, ia menjejerkan semuanya diatas meja ruang tamu dan memakannya seorang diri.

"Bang! Bagi dikit dong!" Airil memelas.

Guntur menoleh. "Ngga."

"Yaelah. Pelit amat sih, Bang. Aku adek Abang atau bukan sih? Nyebelin bet dah."

"Ngga. Lo anak pungut."

Selain pelit, Guntur itu juga nyebelin. Mulutnya pedes banget kayak sambel di warung-warung bakso. Pokoknya jangan pernah adu mulut sama dia kalau ngga mau darah tinggi deh.

"Dasar dedemit!"

"Bodo."

Namun sayangnya, Aidan dan Guntur juga memiliki kesamaan. Mereka berdua sama-sama berwajah tampan diatas rata-rata. Nah. Inilah yang membuatnya sedikit kesal. Guntur itu GGS. Ganteng Ganteng Setan.

"Loh, dek? Belum pergi juga?"

Airil terkesiap, tersadar dari lamunannya karena teguran pelan Viona. "Iya, Ma. Ini juga mau pergi. Dadah!"

"Hati-hati ya, nak! Mama ngga mau nanti ada warga yang dateng gotong kamu."

"Sip! Mama tenang aja."

Kaki-kaki jenjang milik Airil mulai menapaki jalan berlapis aspal komplek. Sesekali, gadis itu juga menendang batu-batu kerikil yang menghalangi jalannya. Pagi ini, udara terasa sejuk. Airil suka itu. Lagian, siapa yang tidak suka coba?

Terimalah lagu ini, dari orang biasa
Tapi cinta ku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga, aku tak punya harta
Yang ku punya hanyalah hati yang setia
Tulus pada Haechan dong!

Airil terkikik geli diakhir lagu, hingga orang-orang yang melihatnya bergidik ngeri. Hah. Gadis itu memang aneh.

✨📚✨

Tiga puluh menit kemudian, Airil sampai di taman komplek. Untung saja hanya ada satu penjual cilok disini. Jadi, kemungkinan besar itulah Kang Haris yang dimaksud abangnya.

What The Hell?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang