27. Ide Piknik Luna

347 26 0
                                    

◎H a p p y   R e a d i n g◎

✨📚✨

"Rillllll!!! Lo beneran udah maafin gue-kan?"

Airil menghela napasnya sesaat. Langkah kakinya juga ikut terhenti. "Lo udah ngulang kalimat itu dari kita keluar kelas tadi, Lunaaa!!! Apa ngga capek mulut lo itu, hah?!" geramnya. Ck! Bagaimana tidak? Sudah terhitung dua puluh kali, Luna mengucapkan hal yang sama terus-menerus sedari tadi. Padahal-kan, ialah yang seharusnya meminta maaf.

Merasa mendapat kesempatan untuk berbicara, Luna lantas segera berdiri di depan Airil. "Makanya lo harus iyain ajakan gue tadi! Piknik yang gue rancang pasti gabakalan bikin lo nyesel deh! Dijamin seribu persen!"

Airil merespon dengan anggukan seadanya. Yah, mau tidak mau ia terpaksa menuruti kemauan piknik ala-ala sahabatnya ini jika ingin hidup tenang kedepannya. "Yaudah, iya! Tapi, inget! Lo ngga mau, ada kata maaf lagi keluar dari mulut lo. Deal?"

"Deal!!!" setuju Luna.

Kedua gadis itu kembali melanjutkan langkah mereka menuju parkiran. Namun, setibanya di sana, mereka malah mendapati seseorang yang sungguh tak terduga, berdiri di samping motor Airil sembari memainkan ponselnya.

"Airil! Akhirnya lo dateng juga!" ucapnya tampak senang dengan kehadiran Airil.

Airil tersenyum manis mendengarnya. "Hai, Ren! Anw, kenapa nyari gue?"

"Nah! Betul! Sejak kapan lo sama Airil punya hubungan sedeket itu? Sampai lo rela nungguin dia di sini!"

Airil terbelalak. Astaga! Ia lupa jika dirinya sedang bersama Luna sejak tadi. Gadis cerewet itu pasti sedang memikirkan hal yang tidak-tidak tentang Serena saat ini. Atau yang paling buruknya, dia akan memulai drama lagi!

"Luna! Nanti gue bakalan jelasin ke lo! Pokoknya sekarang tugas lo diem!" bisik Airil dengan nada penuh ancaman. Semoga aja dia bisa membaca dan memahami keadaannya sekarang.

Namun ternyata, menyuruh Luna untuk tidak berkicau sebentar, sama susahnya dengan mengajak anak paud berdamai. Baru sebentar dibisiki, gadis itu malah tambah berang bak singa betina yang tak sudi anaknya di ganggu oleh hewan lain.

"Udah lo apain si Airil, hah?! Sampai gue di suruh tutup mulut dulu gara-gara keberadaan lo di sini!"

Ya gusti! Kenapa dia jadi makin salah paham begitu?! Tambah runyam sudah masalah ini.

"Gue cuma mau ngomong sebentar sama Airil. Kenapa lo yang sewot? Sementara, yang mau gue ajak bicara aja, kelewat santai kok!" balas Serena tak mau kalah. Memangnya siapa cewek ini? Anak presiden saja bukan. Seenaknya saja menghakimi orang.

"Yaiyalah gue sewot, orang gue sahabat kecilnya! Lah situ siapa? Temen aja bukan, apalagi saudara."

Prok! Prok!

Tepuk tangan Airil mengehentikan perdebatan mereka. "Teman-teman yang kusayangi. Harap sudahi pertikaian kalian sampai sini saja ya? Tangan saya sudah gatal ingin menampol mulut  gerombolan para siswa yang tengah bergosip ria tentang kalian berdua. Tentu saja, pasti, kalian tak ingin kejadi-"

Bukannya menuruti ucapan Airil, kedua gadis itu malah melakukan hal yang sama sekali diharapkan. Mereka benar-benar sudah di luar nayla! Eh, nalar!

Luna bersama Serena menghampiri salah satu gerombolan yang dimaksud Airil. "Permisi, geulis. Kalau mau ngomongin kita, mending di depan aja. Nih, kita berdua sampai udah bersedia buat kalian, lho!" pinta Luna seraya tersenyum ramah. Ingat! Ramah dalam artian yang buruk, untuk orang buruk juga ya, teman-teman!

What The Hell?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang