7. Tak Sesuai Harapan

4.1K 330 4
                                    

◎H a p p y    R e a d i n g◎

✨📚✨

"Ma. Aku berangkat ya."

Airil bangun dan bersiap-siap lebih cepat dari biasanya karena hukuman yang diberikan Bu Sunny padanya dan Luna. Ini sedikit menyiksanya. Ditambah lagi dengan ucapan Noah yang masih melekat dipikirannya, hingga membuat gadis itu hampir tak tidur semalam.

"Cepetin dikit ya, Pak. Hoamm!"

See? Gadis itu bahkan sampai terus-menerus menguap diatas motor. Hingga bapak ojol yang menumpanginya, tertawa kecil melihatnya.

"Nak. Genggeman kenceng ya. Bapak ora pengin sampeyan jatuh tiba saka motor Bapak," ucap pria paruh baya itu dengan nada bergurau.

Airil mengerjap. "Ah iya, Pak." Meskipun sedikit tak paham dengan apa yang diucapkan bapak ojol itu, Airil tetap menganggukinya seakan mengerti.

Sepuluh menit kemudian, mereka sampai tepat pada pukul enam lewat lima menit. Setelah membayar biaya ojolnya, Airil bergegas melangkahkan kakinya kedalam gerbang sekolah yang kebetulan sudah terbuka lebar untuknya.

"Pagi, Neng!"

Airil terperanjat. Gadis itu langsung menoleh kebelakangnya. "Pagi juga, Buk." Dia tersenyum manis pada petugas kebersihan itu.

Airil kembali melanjutkan perjalanannya menuju perpustakaan. Ia berharap ruangan yang sesak akan buku-buku itu sudah terbuka sekarang. Jadi, ia tak bersusah payah untuk menunggu terlebih dahulu.

"AIRILLLL!"

Suara Luna kembali mengagetkan Airil. Suasana lorong sekolah yang masih kosong, membuat suara gadis itu jadi terdengar lebih nyaring. Hah. Airil bersyukur ia tak memiliki riwayat penyakit jantung. Ia juga berharap tubuh ini juga begitu. Kalau tidak, beuh. Entah bagaimana nasibnya nanti.

"Tadi gue ke rumah lo, niatnya mau bareng. Eh, tapi lo-nya udah pergi duluan."

Airil mendelik. Masih kesal dengan teriakan Luna tadi. "Oh aja ya."

"Lo kenapa sih? Tumben banget kalem gi---eh?! Lo ngga tidur?" Luna menatap wajah Airil risau. Kantung mata gadis itu terlihat jelas. "Jangan bilang, semua ini karena Noah?"

Airil langsung menggeleng cepat. "B-bukan kok! Ini tuh karena gue marathon nonton drakor! Nah. Iya!" elak Airil sambil tersenyum kikuk.

Mata Luna memicing curiga. "Lo ngga boong kan?" tanya Luna tak percaya. Ekspresi Airil terlalu bisa dibaca olehnya.

"Mending kita, bersihin perpus aja sekarang." Airil mempercepat langkahnya karena perpustakaan sudah berada tak jauh dari mereka. Ia langsung masuk kedalamnya, meninggalkan Luna yang terdiam kaku disana.

Sepertinya, Airil memang masih memikirkan ucapan Noah padanya. Sial. Entah siapa yang mengajarkan bocah itu.

"Luna! Ayo masuk!"

✨📚✨

Satu jam kemudian, Airil dan Luna selesai membersihkan sebagian perpustakaan. Mereka berdua bekerja sama dan saling membagi tugas dengan sangat baik.

"Laskar. Kita istirahat bentar ya," ucap Luna sembari mengajak Airil duduk di sampingnya. "Ril. Udah! Duduk sini."

Laskar mengangguk. "Hm." Setelahnya, dia pergi meninggalkan kedua gadis itu entah kemana.

"Lun. Lo laper ngga?"

"Agak sih. Hehe." Luna menatap Airil cengegesan. "Emang kenapa?"

"Kebetulan gue bawa sandwich. Lo mau?" Airil memperlihatkan kotak bekal berisi roti lapis dengan irisan buah stoberi dan krim yang baru saja diambilnya dari dalam ranselnya.

What The Hell?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang