22. Pertikaian Kecil

821 79 3
                                    

◎H a p p y   R e a d i n g◎

✨📚✨

Setelah sore itu, Luna benar-benar melupakan semuanya tanpa terkecuali. Meskipun sedikit kecewa, mau tak mau Airil harus tetap menerimanya jika tidak ingin siapapun terluka. Cukup hanya dirinya saja yang menanggung semua beban itu.

Dan hari ini, ia akan melanjutkan tugasnya untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh para tokoh novel ini. Kalau sesuai catatannya, seharusnya hari ini ia membantu Laskar. Iya. Laskar si pemeran utama.

Namun, kalau menurut perintah tulisan bercahaya itu, setelah membantu Luna ia seharusnya membantu Serena setelahnya. Sebab, tepat setelah masalah Luna selesai, ia langsung dipertemukan dengan Serena di halte bus, ditemani dengan rintik hujan yang turun ke bumi saat itu.

Walau begitu, semoga saja tidak akan hal buruk yang menghampirinya jika ia menyelidiki sedikit masalah Laskar terlebih dahulu.

Tapi, ada satu hal yang menjadi kendalanya. Dalam masalah Laskar, ia hanya tahu jika yang menjadi titik permasalahan cowok itu adalah ayahnya sendiri.

*Kalau kalian lupa, coba baca lagi chapter 13 ya, bear!

Seingatnya, ia pernah memergoki Laskar tengah berbicara dengan Laras lewat telepon saat dirinya hendak ke toilet. Ia samar-samar mendengar jika Laras dan Laskar sedang membicarakan ayah mereka. Namun, dari nada suaranya, Laskar terdengar sangat-sangat membenci ayahnya itu.

Kalau di novel sendiri ... wait!

Oh iya! Ia baru ingat, jika di dalam novel, permasalahan pribadi para tokohnya itu tidak terlalu diceritakan. Masalah Serena pun demikian. Yah, memang ada satu sampai dua paragraf yang mendeskripsikannya. Tetapi, itu pun tidak terlalu mendetail. Di sana hanya dituliskan jika Laskar itu bermasalah dengan ayahnya, Reno. Dia membenci ayahnya karena merasa pria itu sudah berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri. Laskar merasa ayahnya itu sudah sangat mengkhianati ibunya, Hanum.

Airil menghela napasnya kasar. "Bisa-bisanya, kemaren itu, gue baca novel yang alurnya kayak sinetron gini. Mana gue bangga juga pas nyelesein semua bab-nya lagi." Ia merutuki dirinya sendiri yang malah terlihat bodoh jika diingat-ingat itu. Ck! Jangan ditiru ya!

"Ya, walaupun alurnya berbelit kayak sinetron gitu, masih ngga masalah si. Cuma. Endingnya itu loh yang bikin greget. Masalah yang si penulis kasi buat tokoh-tokoh ceritanya itu, ngga dikelarin?! Ni, si penulis punya masalah idup apaan si?! Bikin darah tinggi aja!"

Oh iya! Satu hal lagi yang perlu kalian tahu. Saat ini, Airil sedang berada di taman belakang sekolah ya! Jadi mau sebanyak apapun dia mengoceh sendirian tidak jelas, no problem! Karena, di taman ini jarang ada siswa atau sisiwi yang lalu lalang. Meskipun sedikit tidak terawat, taman belakang ini masih worth it untuk dijadikan tempat mengadu nasib. Apalagi bel pulang sudah berbunyi sedari tadi.

"Berisik."

Airil terlonjak. Gadis itu sontak langsung berdiri tegak, lalu dengan cepat mengedarkan pandangannya ke tiap inci taman belakang sekolah itu. "Anjir! Si-siapa lo?!" ucapnya spontan. "Keluar lo! Jangan sampe kuda-kuda gue keluar sia-sia ya, setan!!" Airil pun langsung memasang posisi kuda-kuda yang pernah ditunjukkannya sebelumnya.

Brak!!

"AAAA!! ANJIR!! SETAN BENERAN LO?!" pekik Airil histeris saat mendengar suara gedubrak dari sebalik semak-semak di depannya berdiri.

Namun, seperkian detik kemudian. Laskar muncul dari semak-semak tersebut sembari membersihkan tubuhnya dari tanah dan daun kering yang menempel karena tak sengaja terjatuh tadi. "Ck. Setan, setan. Ini gue."

What The Hell?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang