Aku berlari menyusuri koridor rumah sakit. Langkahku terasa berat dan keringat ku menetes mengotori ubin putih itu. Aku masuk ke ruangan Paviliun dan mendapati mamak sedang berbaring pasrah tetapi menyambutku dengan jemari nya yang gemetar.
Aku langsung menghamburkan diriku ke pelukan mamak. Ia menepuk nepuk punggung ku seirama dengan deru tangisan ku."Aiihh, malu lah kau. Masa udah jadi tentara nangis nangis." Kata Mamak berusaha menghibur aku dengan suara nya yang serak.
Aku tak memperdulikan perkataan Mamak. Beliau memang sedikit tidak tau suasana. Bisa bisa nya masih mengatakan hal seperti itu dengan kondisi nya yang kritis.
"Sastra.." panggilnya lirih.
Tangisan ku terhenti. Aku langsung menatap wajah Mamak dengan serius.
"Menikah lah kau, Mang. Umur Mamak ga lama lagi. Tinggal kau sendiri yang belum menikah. Abangmu sudah menikah. Supaya bisa Mamak Saur Matua."
1. Mang; kependekan dari Amang yang merupakan sebutan untuk anak laki laki
2. Saur Matua; tradisi Batak yang merupakan meninggal dalam keadaan bahagia, karena anak dari yang meninggal sudah menikah"Jangan ngomong kayak gitu, Mak. Sastra belum siap." Kata ku jujur.
Sontak, suara Mamak menipis. Nada nya seperti menahan tangisan. Ia melepas tanganku dari genggaman nya.
"Sastra, ikut aku keluar." Panggil Pedro abang ku.
"Siap, Bang." Aku menuruti perkataan Bang Pedro dan mengikuti langkahnya meninggalkan ruang rumah sakit.
Plak...
Satu tamparan mendarat lepas di pipi kanan ku. Aku menunduk ketakutan. Aku sangat takut apabila Pedro marah.
"LU GA DENGAR MAMAK TADI NGOMONG APA?" Bentak nya keras.
"LU TU DISURUH NIKAH TOLOL! LU HOM* YA GAMAU NIKAH?" Bentak nya lagi.
Aku tak membalas amarah Bang Pedro.
"KALAU DI TANYAIN ITU HARUS JAWAB, BISU!" Bentak nya sambil menarik kerah seragam dinas ku.
"GUE BELUM SIAP NIKAH! LAGIAN APAAN MATI PAKE ACARA ADAT SEGALA PAS NINGGAL. INI JAKARTA MEN. KALAU LO MAU ADAT ADAT AN BEGITU, LO KE KAMPUNG AJA!" Aku mengeluarkan seluruh isi pikiran ku.
Plak... plak.. plak...
Bang Pedro menamparku bertubi tubi.
"LO JANGAN SOK NGERASA PALING KOTA DEH. MAU LO DI BUANG KE AMERIKA SANA, YA KALO LO BATAK, YA BATAK AJA." Ucapnya geram.
"GUE GAMAU TAU. MAMAK NINGGAL, HARUS SAUR MATUA!"
"LABEL NYA DOANG AKMIL, NYARI CEWE MASA SUSAH. GA GUNA LO DI SEKOLAHIN MAHAL MAHAL, KALAU OTAK LO GA JALAN."
Bang Pedro menghujani ku dengan caci maki nya. Percayalah, jauh di lubuk hati, aku membenarkan ucapan Bang Pedro.
Bang Pedro menghela napas berat. Ia melepas genggaman nya dari kerah baju ku.
"Dalam 2 minggu ini, lo harus dapet cewe!" Kata nya sambil menunjuk jari nya ke arahku lalu pergi entah kemana.
Aku masuk ke ruangan Mamak dan mendapati Mamak sedang tertidur pulas. Syukurlah, ia tidak mendengar perdebatan kami.
Aku duduk tepat di pinggir tempat tidur Mamak sambil berpangku tangan. Sungguh, aku bingung hendak mencari wanita dimana lagi.
***
"Panggilan untuk Monra Damanik untuk menghadap Pak Siagian sekarang."Suara TOA sekolah bergema memanggil namaku. Detak jantungku sudah tidak karuan. Entah apa kesalahan yang ku perbuat di masa masa akhir SMA ku. Dengan sigap, aku langsung berlari dari kelas menuju ruang guru. Tepatnya, langsung ke meja Pak Siagian, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Into His Pariban
RomanceNIKAH KONTRAK DENGAN PARIBAN!?!??!?! Sastra Hamonangan Siagian adalah seorang perwira lulusan Akademi Militer. Kepintaran, jabatan, dan wajahnya yang bersahaja membuat ia sangat pemilih dalam urusan memilih pasangan hidup. Oleh sebab itu, di usia ny...