Bab 3: Sastrawan Nyinyir

202 16 4
                                    

Semenjak Sastra membangunkan ku, aku jadi tidak bisa tidur lagi. Dia memang sangat menyebalkan. Bermulut nyinyir seperti ibu ibu beranak lima. Andai saja aku bisa mengunci mulutnya dengan gembok, mungkin aku sudah melakukan nya sekarang juga!

Waktu menunjukkan pukul 03.30 WIB dan aku masih tidak bisa tidur. Tiba tiba, perut ku berbunyi meminta makan. Ku langkahkan kaki ku ke dapur dan iseng iseng mengecek isi kulkas. Kulkas keluarga Pak Siagian terisi penuh dengan sayur, tahu, dan tempe.

"Pantesan cepet kaya. Makanan nya tahu, tempe, sama sayur." Gumam ku tak sadar.

Aku menghela nafas panjang. Tiba tiba, resep masakan yang sering aku buat di kost an terpikir oleh ku. Sup tahu dengan bayam!
Tanpa basa basi, ku ambil tahu dan bayam di dalam kulkas. Lalu aku iris bawang putih 2 siung dan bawang merah 2 siung. Setelah itu aku tumis semua bahan dan selesai!

Aku memakan masakan ku yang lezatnya tiada tara ini. Ditambah dingin nya udara membuat aku dan perutku bahagia.

"Hoi! Siapa suruh lo masak?" Tegur laki laki dari ambang pintu dapur.

"Perut gue." Jawabku tak peduli dan lanjut makan.

"Lo ga ada etika bertamu apa gimana sih? Baru masuk rumah orang udah masak masak." Si Sastrawan nyinyir ini pun kembali mengomeli aku.

"LO PELIT BANGET DAH! INI CUMA TAHU AMA BAYEM. GAADA TUH GUE SURUH LO GRABFOOD JAM SEGINI." Jawabku membela diri.

"EH LO SUMPAH YA-" Perkataan nya terpotong dan ia langsung pergi ke kamarnya.

Mau makan aja ga tenang, batin ku

***
Aku tidak tau lagi harus bersikap bagaimana dengan cewek tidak sopan seperti Montea! Makan seenak nya saja tanpa mengajak dan bahkan memasak kan untuk aku! Dia kira dia saja yang lapar?
Aku menepis semua rasa laparku dan kembali melanjutkan mimpi ku

Kring...kringg

Alarm ku berbunyi, menandakan aku harus kembali menghadapi realita. Ku matikan alarm ku dan melihat bahwa ini sudah pukul setengah enam pagi. Mata ku sulit sekali untuk diangkat. Oleh sebab itu, kuputuskan hari ini aku tidak mau pergi dinas dulu. Apalagi mengingat betapa memalukan nya aku harus bertemu Caca di kantor nanti! Ah sudah lah. Lebih baik aku sendirian di rumah.

"Ferry. Tolong kamu yang gantikan saya untuk ambil apel pagi ya. Saya lagi tidak enak badan." Perintahku kepada wakil ku.

"Siap, Komandan." Jawabnya di ujung telepon.

Aku melangkahkan kaki ku menuju meja makan. Alangkah terkejut nya aku, bahwa sudah terhidang 2 jenis makanan, yaitu Sup Tahu Bayam dan tempe orak arik.

"Ternyata tu anak bisa masak juga." Gumam ku sambil tertawa.

Tanpa berbasa basi, aku langsung mengambil piringku yang berisi nasi daj langsung melahap masakan Monra.

Enak juga, batin ku.

Setelah makan, barulah aku bisa melihat sekeliling dengan jelas dan nyata. Lantai sudah dibersihkan, piring sudah di cuci, dan kain sudah di jemur.

Aku tersenyum sumringah. Kusadari, ternyata Monra lebih cocok menjadi pembantu ku ketimbang menjadi isteri ku. Tiba tiba ponsel ku berdering

"GUE BISA GA SIH SEHARIIII AJA DIKASIH KETENANGAN." Gumamku sambil menjambak rambutku.

Kutarik napas, lalu kulepaskan, sambil ku ambil handphone ku dari saku celana ku. Papa menelpon! Ada apa lagi ini.

"Halo, Pa. Ada apa?" Tanya ku.

"Nanti Monra kamu antar ke sekolah, ya. Jangan sampe telat!" Kata Papa setengah berteriak.

He's Into His Pariban Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang