"Alai diginjang ni saluhutna i: I ma haholongan ni roha i ; ai do rahutrahut ni nasa harimpason"
"Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan."
-Kolose 3: 14-==================================
"Harus banget kita kayak gini?" Kata ku sambil menghela napas dan menatap Sastra dengan perasaan pasrah namun emosi.
"Diem." Jawab Sastra dengan mata setengah terkatup.
"Lo fetish?" Tanya ku jujur.
Sastra terkejut dan menarik diri nya menjauh.
"AHHH JANGAN GERAK, EGE! Tangan gue sakit kena borgol." Keluh ku sambil meringis.
"Udah lo tidur aja. Jam 3 kita ke salon. Dalam 1 menit ini gue kedenger suara lo, awas aja lo." Ancam Sastra tak berdosa.
Akupun diam. Tak sampai satu menit, tiba tiba Sastra kembali bergerak gerak gelisah.
"Lo beneran udah 18 tahun kan?" Tanya Sastra.
"Iya lah. Gue tau gue imut, makanya kayak anak 15 tahun kan?!" Jawabku bersemangat.
"First of all, lo jelek. Second of all, lo burik! Gausah ke geer an. Gue cuma takut dibilang pedofil ntar." Kata nya.
Aku kembali diam. Malas rasanya meladeni orang nyinyir ini. Tak lama, mulutku menguap tanda mengantuk. Sanking ngantuknya, aku tidak peduli dengan tangan yang mengikatku ini. Setelah itu, pandanganku pun menggelap.
Author's POV
Tepat pukul 3 subuh, alarm handphone Sastra berbunyi menandakan mereka harus bangun untuk berdandan. Kebetulan, Sastra dan Monra keduanya tidak susah untuk bangun. Tapi, alangkah terkejut nya Sastra saat melihat Monra sedang bersandar di bahu nya dengan meneteskan banyak air liur. Sehingga membuat bahu Sastra terasa basah.
"Lo jorok banget. Cepetan ganti baju! Entar kita telat." Omel Sastra.
Monra yang cepat bangun tetapi lama dalam 'mengumpulkan nyawa'. Ia membatu di sofa sehingga membuat Sastra berkali kali meneriaki nya.
Setelah melalui banyak drama, akhirnya mereka tiba di tempat salon."Lo norak banget nyuruh bangun jam segini. Tukang salon nya aja belum bangun. Ah udah ah! Gue gamau tau, lo yang gedor pintu. Gue laper ga ada tenaga." Kata Monra jenuh.
"Ya iya lo diem. Gue lagi mikir bangunin mereka gimana cara nya." Jawab Sastra.
"Kan udah gue bilang dari tadi pe'a! Lo gedor pintu nya. Lagian lo jadi manusia kikir banget tau ga?! Kan bisa makeup artist nya disuruh dateng ke rumah."
"Bukan masalah pelit nya, Mountea! Kalo orang lelet tu ya lelet aja." Sastra menyangkal.
Sretttt...
Pintu ruko salon tiba tiba di buka. Pemilik salon pun meminta maaf atas ke lalaian mereka.
"Maaf, Bang, Kak. Silahkan masuk."
"Gapapa, Kak. Tolong bikin dia secantik mungkin." Ungkap Sastra.
Sastra tidak terlalu banyak di dandani. Ia hanya dipulas sedikit bedak lalu memakai jas dengan dasi berwarna merah. Sedangkan Monra, ia di kamar rias di tempat yang khusus dan membuat Sastra menunggu setengah jam lama nya.
Setelah menunggu cukup lama, Monra melangkahkan kaki nya keluar dari kamar rias. Rambut nya sudah di sasak dengan menggunakan perhiasan rambut berwarna perak. Pipi nya kemerahan diikuti dengan bibirnya yang semerah bunga mawar kering. Tubuhnya yang tinggi membuat kebaya merah yang ia pakai tampak anggun dan membuatnya tampak seperti Putri Indonesia.
Sastra berdecak kagum. Ia memandang Monra cukup lama seperti orang bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's Into His Pariban
RomanceNIKAH KONTRAK DENGAN PARIBAN!?!??!?! Sastra Hamonangan Siagian adalah seorang perwira lulusan Akademi Militer. Kepintaran, jabatan, dan wajahnya yang bersahaja membuat ia sangat pemilih dalam urusan memilih pasangan hidup. Oleh sebab itu, di usia ny...