Bab 7: Sour Escape

135 13 3
                                    

"Widihhh. Foto foto kita udah dikirim nih lewat Email." Kata Sastra sambil menggeser geser kursor laptop nya.

"IH BENERAN? COBA LIAT DONG." Respon ku tak kalah semangat. Bagaimana tidak? Ini foto pertama ku menggunakan kamera.

Sastra memperlihatkan satu persatu hasil dari foto foto prewedding kami tempo hari yang lalu.

Kring... kring... kring...

Belum saja semua foto kami lihat, Sastra sudah mendapat telepon.

"Siap. Saya kesana sekarang." Kata Sastra tanpa aku mengetahui apa sesungguhnya isi dari telepon tersebut.

"Gue pergi dulu. Pilihin aja 4 foto terserah lu. Abis itu foto yang udah lu pilih, kirim lagi ke Email pengirimnya. Ntar tu foto bakalan dicetak jadi kartu undangan." Tanpa menunggu respon ku, Sastra pergi sambil membawa kopel dan barret nya.

Aku menggeleng geleng kepala melihat betapa sibuknya Sastra sekarang ini. Mondar mandir seperti setrika tak bertuan.
Aku melanjutkan kegiatan ku memilih milih foto. Tiba tiba, terdapat foto di mana Sastra terjerembab di pasir pantai karena ku dorong.
Aku tertawa sejadi jadi nya. Menurutku, ini gambar yang cukup lucu untuk dimasukkan di kartu undangan. Karena, orang orang pasti tidak ada yang curiga dengan 'pernikahan' kami yang sesungguhnya bukanlah pernikahan.
Setelah berpikir panjang, akhirnya aku memilih 1 foto dimana Sastra berpura pura bermain gitar, 1 foto Sastra menggigit tangan ku, 1 foto dimana kami pura pura berlari di pantai, dan foto paling iconic adalah foto Sastra terjatuh. Wajahnya saat terjatuh, mirip sekali dengan Radju dalam serial Upin Ipin.

Seusai aku memilih foto dan mengirimkan nya kepada alamat Email yang diperintahkan Sastra, aku masuk ke kamar Sastra untuk menikmati kasur nya yang empuk. Tingkahku sekarang tak lebih seperti pembantu yang ditinggal majikan. Tak ada Sastra di rumah membuat hidupku tenang, damai, dan bahagia.

3 pesan dari Sastra Siagian.

Tak biasa nya Sastra mengirimiku pesan. Aku langsung membaca pesan Sastra.

Sastra Siagian
Mon, gw ga balik smpe bsk.
Gw udh blg ke percetakan kalo undangan harus selesai besok siang.
Sore nya lu anterin undangan nya, ya?
Gue suruh Yoga buat anterin lu.

Monra Damanik
Yoga siapaan?

Sastra Siagian
Anggota gw
Diem aja gausa bacot. Jam 4 bsk dia jeput lu.

"ANJING."  Kata ku sambil membanting handphone ku keatas kasur. Baru sadar tindakan ku membanting handphone tidak cocok dilakukan dengan ku yang tidak mampu membeli handphone. Aku langsung menciumi handphone ku dengan rasa bersalah.

Aku menghela napas berat. Bagaimana bisa aku disuruh mengantar undangan? Sementara aku tau bahwa tamu undangan nya akan banyak. Anak itu benar benar!

_________________________________________

Tepat seperti yang dijanjikan Sastra, tepat pukul setengah satu siang, kartu undangan sudah dicetak. Aku tidak tau ada berapa banyak kartu undangan ini. Bayangkan saja! Ada satu karung kartu penuh kartu undangan!
Aku kemudian melihat kartu undangan yang berisikan foto aku dan Sastra. Kembali lagi aku tertawa melihat Sastra terjerembab. Aku tidak tau sampai kapan aku bisa menertawakan ini.
Saat aku melihat foto kami berdua, ada satu sinar di hati ku yang aku tak tau apa makna nya. Kami terlihat nyata. Jujur, walaupun aku sering bertengkar dengan Sastra, kuakui bahwa aku bahagia dan tidak kesepian lagi.

He's Into His Pariban Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang