**
*
*
*
Gelap.
Itu yang pertama kali muncul di Indra penglihatan Dhafian.
Dia benci itu.
Sebab, Gelap mengingatkan dia akan kejadian 3 tahun lalu, saat dia dan orang tuanya mengalami kecelakaan.Dhafi mengerjapkan mata guna menetralkan pencahayaan yang masuk ke indra penglihatannya kala penutup mata itu di buka.
"Sudah sadar bocah?"
Suara itu, paman nya.
Dhafian sedikit gemetar kala mendengar suara itu. Segala kenangan-kenangan buruk langsung menyerangnya, menyerbunya dengan bertubi-tubi."Kalau aku berbicara jawab!!" Sentak Ilham
Membuat dhafi kaget.
"I-iya.." cicitnya.
"Nah.. jadi... Kau tak merindukan paman mu ini heum?" Tanya Ilham sembari menelisik keseluruhan tubuh keponakannya ini.
"Kau jadi semakin berisi Sekarang"
Dhafian hanya diam saja. Takut untuk menjawab, hanya berharap seseorang datang menolongnya, dan membawanya pergi dari sini.
Ilham yang melihat keponakannya menjadi pendiam dari sebelumnya hanya berdecih dan menjadi bosan.
Dia kemudian keluar dari tempat itu meninggalkan dhafi sendirian.
Seperginya Ilham, Dhafi bernafas lega. Di depan paman bejatnya itu, dia tak sanggup hanya untuk menghirup oksigen.
"Ayah.. bunda... Tolong Dhafi..." Lirihnya
"Kafka... Leo..." Dia berharap teman-temannya selamat mengingat dia melihat mereka terkapar kemarin.
Dhafi berharap tak kehilangan mereka. Hal terbesar yang di takutinya sekarang adalah kehilangan.
Dhafi Tak ingin merasakan yang namanya kehilangan lagi. Itu menyakitkan.Dhafi mengedarkan pandangannya. Melihat keseluruhan tempat dia di sekap sekarang. Ruangan dengan nuansa abu-abu gelap. Tak ada barang lain selain sebuah sofa, meja kecil dan juga lemari.
Dhafi harus berusaha keluar dari sini. Dia berusaha sekuat tenaga melepas ikatan pada tangannya. Kalau tak salah ingat, gelang yang di beri Kafka beberapa bulan lalu memiliki ujung bandul yang runcing dan sedikit tajam.
Walaupun kecil kemungkinan itu bisa membuat nya lepas, ia harus mencobanya. Siapa tahu bisa?
Butuh waktu yang sangat lama untuk membuat ikatan tali itu terlepas.
Dia dapat melihat pergelangan tangannya memerah akibat ikatan yang sangat kuat.Untungnya saja tak ada yang memasuki ruangan ini selama Dhafi berusaha melepaskan ikatan.
Dhafi segera melepas ikatan pada kakinya dan mencari jalan keluar dari sana.
Sial.
Pintu terkunci.
Kini hanya satu jalan keluar. Jendela berukuran sedang yang berada di atas lemari lah yang tak memiliki jerjak.
Dhafi menarik bangku tempat dia terikat tadi, kemudian memanjatnya. Dan melepas penutup pada kaca itu.
Untungnya tubuh Dhafian kecil, jadi bisa muat di jendela ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
DHAFIAN
Teen FictionOrang tuanya yang telah meninggal ternyata menyimpan rahasia besar tentang dirinya. Dhafian Adiasta Seorang pemuda pendek yang tampan berwajah manis nan menggemaskan Berumur 16 tahun yang harus merasakan pahit dan keras nya dunia di umurnya yang mas...