1.0

11.4K 887 8
                                    


*

*

*

*

*

   Suara langkah kaki terdengar begitu nyaring di lorong rumah sakit. Evelyn Berlari dengan menggunakan pakaian Dokternya, raut wajahnya benar-benar tak terbaca. Kemudian dia segera memasuki ruang IGD, ruang dimana Dhafian berada.

Sedangkan di luar ruangan itu, Arianna tengah menangis untuk kesekian kalinya.
Nathan dan yang lain baru saja sampai di sana.

Mereka bingung melihat keadaan di sini. Kacau. Bahkan, Kakak pertama Nathan yang baru terlihat pun termenung, terduduk di dinding sebelah kiri pintu IGD.

Leo melihat Aiden yang sama kacaunya. Dia mendekati nya. Bertanya apa yang tengah terjadi di sini.

"Apa yang terjadi?"

Aiden hanya diam saja.

"Aiden. Dhafian kenapa?" Tanya nya lagi

Sekali lagi. Dia hanya diam.
Membuat Leo sedikit geram, sebab tak di jawab.

Dia ingin kembali melontarkan pertanyaan yang sama, namun sebuah tepukan di pundaknya membuat nya mengurungkan niat.

"Dhafian... Tiba-tiba aja kejang-kejang" jelas Nolan, yang menepuk pundak Leo.

Lemas, namun masih bisa di atasi oleh Leo.
Dia benar-benar diam, kemudian pergi begitu saja.

Alvis segera mengejarnya, meninggalkan Area yang tengah di Landa awan kelabu itu. Yang kemudian di susul oleh Zio Dan Azra.

Sedangkan Kafka masih terdiam di tempatnya setelah mendengar perkataan Nolan. Dia sama dengan Leo, lemas namun masih bisa di atasi.

Berbeda dengan 2 perempuan yang ikut bersama mereka. Nadia dan Lauren sudah terduduk, menangis di lantai dengan bersender kan dinding di belakangnya.
Tentu saja dengan Rangga yang akan senantiasa menenangkan mereka berdua.

Matahari mereka kini tengah meredup secara perlahan. Tergantikan dengan awan mendung, yang siap menjatuhkan bulir-bulir Air bening.

Mereka semua berdoa agar matahari mereka kembali cerah seperti sebelumnya. Mereka menginginkan kehangatan anak itu lagi. Merindukan Mata berbinar bak Berlian yang di terpa sinar matahari.

Sungguh, mereka ingin dia kembali sekarang. Belum siap untuk menerima kenyataan, jika nantinya matahari mereka pergi dan tak akan kembali.

Sedangkan di dalam sana, Evelyn tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan kesadaran Dhafian.

Tampak raut wajahnya sangat serius menjalani operasi. Tak ingin membuat kesalahan sedikit pun. Dan dia juga berdoa di dalam hati untuk meminta keselamatan adiknya pada Tuhan.

'Adek.. Adek harus bangun, adek gak boleh ninggalin kita lagi. Kakak mohon.. adek, Kita Gak mau kehilangan adek lagi. Kakak mohon dek..'

******

Leo pergi keluar dari rumah sakit. Dia sudah mengganti pakaian pasiennya dengan pakaian kasual yang di bawakan oleh Petra.

"Leo!"

Leo tak menghiraukan panggilan Alvis yang terus memanggilnya sedari tadi.

"Leo! Dengerin gue!"

Alvis menarik paksa pundak Leo hingga menghadap ke arahnya. Dapat terlihat, wajahnya benar-benar bercampur aduk. Khawatir, marah, sedih.

"Gue tau, Lo marah Sekarang. Marah karena Dhafian harus mengalami kecelakaan ini dan karena Lo gak bisa mencegah kejadian ini terjadi. Dan Lo khawatir, Lo sedih, Lo takut Dhafian gak balik lagi ke kita. Gue tau Le. Tapi Lo harus ngendaliin emosi Lo. Gak boleh gini"

DHAFIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang