0.1

18.3K 1.3K 7
                                    

*

*

*

*

*

Kafka dan yang lainnya kini tengah berada di Kantin, menunggu Dhafian yang sejak tadi tidak kelihatan.

"Eh Ka, Dhafi kok gak keliatan si??? Belum keluar apa gimana?" Tanya Nadia bingung. Sebab mereka tak kunjung menemukan siluet manusia pendek itu.

Ya, Di antara Mereka berdelapan, Dhafian lah yang paling pendek.

"Coba Liat ke kelasnya" usul Zio yang di angguki Kafka.

"Gue ikut" Lauren Menyusul Kafka yang belum jauh.

"Udah kayak ekor aja ngikut-ngikut" heran mereka.

***

Buagh!!!!

Dug!!

Duak!!!!

Di gudang itu penuh dengan suara-suara pukulan.

Dia, Tengah memukuli Dhafian yang tak sengaja memergoki nya yang ingin Melakukan sesuatu yang tidak tidak pada seorang murid Perempuan.

"Ini peringatan terakhir gue. Jangan bilang ke siapa pun soal ini. Atau Lo, bakal habis di tangan gue" Ancam nya.

Dhafian hanya meringis sakit. Sangat sakit sekujur tubuhnya di pukuli Oleh Leo, Si berandal sekolah yang tengah kalap.

Karena kehadiran Dhafian, dia gagal melakukan nya.

Puas sudah dirinya memukuli Dhafian, lantas dia segera berlalu dari sana. Mulai sekarang, Dhafian akan menjadi mainan barunya.

Dhafian masih terdiam di tempatnya, menetralkan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Baju nya yang awalnya berwarna putih bersih, kini penuh dengan bercak merah dan noda sepatu.

"Awh.... Shh ..." Ringisnya ketika tangan sebelah kanannya tak sengaja membentur kursi.

"Kayaknya terkilir deh..." Gumamnya

Dia berusaha Berdiri, berjalan secara perlahan ke arah UKS. Sedikit terhuyung akibat kepala nya yang sangat amat pusing.

Dokter UKS pun terkejut melihat keadaan Dhafian.

"Dhafi? Kamu kenapa? Habis di pukulin?" Tanya Emy, si dokter UKS seraya memapah Dhafi ke Kasur.

"Iya buk, gak sengaja Numpahin minuman ke baju nya" jelas Dhafi. Dia masih sayang nyawa.

Emy segera mengambil kotak P3K dan mengobati luka-luka di wajah hingga tubuh Dhafi. Bahkan tangan Dhafi pun di perban.

"Ada lagi yang sakit?" Tanya nya

Dhafian hanya menggeleng.

"Yasudah, saya tinggal dulu, saya bawain teh hangat, sekalian saya izinkan ke guru yang ngajar di kelas kamu, kalo kamu gak masuk" Ucap Emy sebelum Pergi.

Dhafian hanya mengangguk saja. Untung saja dia menggunakan kaos dalam, sehingga baju kotornya bisa dia lepas.

Dhafian lebih memilih tidur, Kepalanya amat sangat pusing, karena di benturkan ke dinding oleh Leo.

Tak butuh waktu lama, Dhafi sudah Mengarungi Lautan mimpi. Efek dari obat yang di beri Emy tadi.

***

Kafka dan Yang lainnya masih mencari keberadaan Dhafi. Dia tak ada di sekolah.

DHAFIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang