0.5

14.3K 1.1K 31
                                    


*

*

*

*

  Dhafian tengah berjalan di koridor sembari membawa buku cetak yang dia bawa untuk di letakkan di ruang guru.

"Dhafian Adiasta"

Mendengar namanya di panggil, lantas dia menoleh. Terlihat sosok pria bertubuh tinggi dengan rahang nya yang terlihat tegas, bermata elang, dan alis yang sedikit tebal.

Nampak asing di matanya. Sebab dia lumayan mengenal orang-orang sekolah ini.

Jangan salah, dia memang bukan dari kalangan atas. Tapi dia cukup terkenal karena parasnya dan kepintaran nya.

Karena itu, tak jarang juga orang-orang datang ke kelasnya entah hanya untuk memberinya "hadiah".

Bukan hadiah yang mahal atau aneh. Hanya seperti bekal yang sederhana atau sebotol susu.

Karena mereka tahu, Dhafian akan menolak hadiah mahal dari mereka.

Tapi Tetap saja, hadiah-hadiah kecil nan sederhana itu tetap di tolak oleh Dhafian.

Orang yang tadi memanggil Dhafian mendekat kemudian melihat Dhafian dari atas hingga bawah.

Membuat Dhafian sedikit risih.

"Ada perlu apa? Kalo ga penting gue pergi. Gue sibuk" Ucap Dhafian ketus.

Dapat dia lihat sorot mata orang yang memanggilnya tadi sedikit kasihan mungkin? Entah lah.

Tapi tetap saja, Dhafian tak suka di kasihani. Walaupun memang hidup nya pantas untuk di kasihani sih.

Dhafian segera beranjak dari tempatnya. Namun sekali lagi suara berat itu memanggilkan namanya. Namun dengan tambahan di belakang namanya.

"Dhafian Adiasta Dragomir"

Dhafian kembali menoleh ke belakang, menatap aneh orang yang kembali memanggil nama lengkapnya.

"Maksud? Jangan seenak jidat nambahin nama orang" kesal Dhafian

Membuat orang itu terkekeh.

"Gilak atau gak waras ni manusia?" Benak nya.

"Bukan menambahi. Tapi.. kalau seandainya itu beneran nama Lo gimana?" Ucapnya.

"Jangan ngadi-ngadi. Orang tua gue gak ada yang punya nama Dragomir-dragomirnya. Aneh bener, dragomir" Ucapnya dengan lantang.

Membuat anak itu menampakkan wajah datarnya dan menghela nafas.

"Kenalin, Gue Nathan. Calon kakak Lo. Atau lebih tepatnya, kakak kandung Lo?" Nathan memperkenalkan diri.

"Ngelawak Lo? Gue gak punya saudara, gue anak tunggal dari bunda sama ayah gue." Balas Dhafian.

"Cepat atau lambat Lo bakal tau kebenarannya" akhir Nathan.

DHAFIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang