1.7

8.5K 822 21
                                    


*****

Senyum tak pernah luntur dari wajah Dhafian selama perjalanan kembali ke sekolah.

Sungguh. Dia sangat-sangat senang. Akhirnya, dia bisa kembali melakukan kegiatan normal nya. Walau pun tak terlalu normal.

Gerbang sekolah sudah terlihat. Dan sudah tertutup. Dhafian melihat ke arah jam berwarna biru muda, pemberian Aiden barusan, yang bertengger di tangannya.

Sudah pukul setengah 9. Dia membelalak. Di telat lebih dari 1 jam.

Apakah mereka di perbolehkan masuk pukul segini?

"Abang.." panggil Dhafian pada Aiden.

"Hm? Kenapa dek?" Jawab Aiden.

"Gerbang nya.. udah di tutup. Kita boleh masuk nggak ya?"

Aiden hanya melirik, melihat sang adik yang terlihat bingung, berkutat dengan pikirannya.

Aiden hanya tersenyum, kemudian mengusak rambut sang adik gemas.

"Adek takut gak di bolehin masuk?" Tanya nya. Dan Dhafian mengangguk.

Membuat sebuah tawa kecil terlepas dari Aiden.

"Astaga adek.. adek lupa? Sekolah nya punya kita. Nggak ada yang bakal marahin kita" Jelas Aiden.

Dhafian menatap sang kakak tak percaya.

"Jadi... Kalo Semisalnya Dhafian ngelawan guru... Dhafian ngga bakal di marahin?" Tanya nya dengan wajah polos.

Oh ayolah, jantung Aiden sudah lemah sekarang. Sepertinya jantung nya akan segera meledak di dalam sana karena Dhafian.

"Engga bakal adek.. mereka bakal mikir berkali-kali buat ngelakuin itu kalau nggak mau kehilangan pekerjaan. Memang nya.. adek bakal ngelakuin itu?"

Dhafian menggeleng. Dia anak yang baik, tak melawan guru, kesayangan semua guru, pintar pula. Mustahil dia akan melakukan itu.

"Yaudah yaudah, Kita turun sekarang" Aiden segera keluar dari mobil dan Memutar.

Membuka pintu Mobil dan menggendong Dhafian. Dhafian tentu saja memberontak.

"Abang!! Turunin!!"

"Ngga boleh adek..."

"Turunin!!!"

"Nggak boleh"

"Ih!! Yaudah, jangan deket-deket Ian!"

Dhafian ingin meminta gendong pada Nolan yang berada di sebelah Aiden. Namun di hentikan.

"Oke-oke, Abang turunin. Tapi sogok dulu Abang biar nggak Abang aduin ke mommy"

"Oke!!"

Aiden tersenyum riang. Kemudian menunjuk ke arah pipinya.

"Ngapain?"

"Cium dulu Abang, baru Abang turunin. Kalo nggak yaudah. Selamat tinggal fungsi kaki~"

Dhafian hanya mendengus kesal. Kemudian dengan secepat kilat mencium pipi abangnya.

DHAFIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang