1.1

9.5K 758 4
                                    


*

*

*

*

*

  3 Minggu berlalu, dan sudah terhitung 1 bulan Mata Hazel itu tak kunjung terbuka.

Dhafian sudah melewati masa kritisnya, dan sudah di pindahkan ke ruang rawat. Alat-alat yang terpasang di tubuhnya beberapa waktu lalu, sudah di lepas satu persatu.

Di sini, Arianna dengan Aiden berada di samping Dhafian. Mereka terus-menerus memanggil manggil Dhafian untuk segera bangun.

"Dhafian... Anak Mama, bayi mama, bangun yuk?" Lirih Arianna.

Sorot matanya terus menyendu, menangis pun, dia sudah tak bisa. Setiap harinya dia Selalu menangis ketika ada di dekat anaknya.

"Mama..."

Arianna menoleh. Aiden merangkul pundak sang mama. Mamanya belum tidur sejak kemarin. Bahkan Mamanya sudah jarang untuk tidur semenjak 1 bulan lalu.

"Mama sekarang pulang dulu ya? Mama pasti capek. Biar Aiden sama Kak Vely di sini yang jagain Ian"

Arianna hanya menggeleng. Aiden menghembuskan nafas pasrah. Mamanya sangat sulit untuk di bujuk.

Aiden lantas memutari brankar Dhafian, kemudian berdiri di sisi lain brankar itu.

"Adek... Adek gak mau bangun?adek mimpi apa sampai gak mau bangun? Adek tau? Kakak gak suka ngeliat adek bahagia, tanpa adanya kakak." Ucap Aiden sambil mengelus surai Dhafian.

Seperti mendengar perkataan sang kakak, satu jari Dhafian bergerak. Air mata mengalir dari pelipisnya.

Membuat Aiden sontak sedikit bahagia. Apakah dengan cara memanggil-manggil nya bisa membuat Dhafian segera bangun?

"Adek... Kakak tau adek denger kakak. Adek sekarang bangun yuk? Buktiin ke dunia kalo adek itu kuat"

"Adek.. yuk. Bangun? Adek gak kangen sama mama? Udah 15 tahun loh, kita gak ketemu"

Keduanya terus-menerus memanggil-manggil Dhafian. Berusaha untuk mengembalikan kesadaran anak itu.

Dan mereka ingin sesegera mungkin membuat Dhafian bahagia seakan-akan lupa dengan semua hal yang terjadi di masa lalu.



******



Leo masih senantiasa bermain-main dengan Seseorang yang membuat nya marah.

Pria paruh baya yang tempo lalu menabrak pangeran nya hingga membuatnya menutup mata dan enggan menampakkan mata hazelnya.

"Lo ga boleh mati, sebelum Dhafian bangun" ucapnya

Sedangkan pria itu hanya menatapnya dengan tatapan sayu. Dia sudah lemah. Di sekap sebulan dan tak di beri makan. Bisa bayangkan bagaimana lemasnya kan?

"T-tolong l-lepasin s-s-saya... K-kalau.. k-kalau perlu b-bunuh saja.."

Ucapan pria itu membuat Leo terbahak.

"Ngelepas Lo? Gak akan pernah. Dan untuk ngebunuh Lo, ada waktunya, tapi gak sekarang"

Leo pergi dari sana. Meninggalkan rumah ujung yang ada di area gedung tua tak berpenghuni.

Leo melihat ke arah jam nya, pukul setengah delapan. Sudah telat 15 menit, tapi dia tak perduli.

Leo segera menaiki motornya, dan melaju ke sekolahannya.
Dia Berniat kembali kerumah sakit, tapi pasti di sana ada mamanya.

DHAFIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang