Hari ini adalah hari pernikahan Mark dan Jaemin. Sebuah pernikahan megah dimana ribuan atau mungkin sampai jutaan orang yang hadir. Tamu yang hadir kebanyakan adalah kolega dari dua perusahaan besar milik Jaemin dan Mark. Tak lupa beserta para pegawai perusahaannya. Keluarga dan teman terdekat justru tidak begitu banyak. Ah, jangan lupakan awak media yang datang dan meliput pernikahan mereka.
Mark dan Jaemin sama-sama mengukir senyum tanpa henti sejak tadi. Bukan senyum bahagia, itu hanya sekedar topeng belaka.
"Kenapa harus ada media segala" keluh Jaemin pelan. Mark sempat meliriknya sebentar, namun ia tak menanggapi meski mendengar jelas gumaman Jaemin. Sejujurnya, ia juga tak suka dengan diundanganya media. Tapi semua rencana pernikahan ini bukan Jaemin maupun Mark yang menentukan. Melainkan kedua orangtua mereka. Jaemin dan Mark hanya mengikuti alur dan menghadiri jadwal sesuai dengan arahan mereka.
Jeno dan Haechan juga hadir. Sejak acara berlangsung, keduanya memilih duduk di sudut yang agak jauh dari panggung pengantin. Tapi masih memungkinkan keduanya untuk melihat Mark dan Jaemin. Jika ada yang bertanya pada keduanya, mereka hanya menjawab kalau mereka kenalan Mark dan Jaemin. Beruntung hubungan Jeno-Jaemin dan Haechan-Mark tidak banyak tau. Orang-orang yang tahu tentang hubungannya sudah Mark dan Jaemin minta untuk tutup mulut.
Mark dan Jaemin berkeliling. Menyapa satu persatu meja-meja penting. Mark dan Jaemin sama-sama memperkenalkan pasangannya pada koleganya. Jaemin dan Mark harus memasang topeng tebal agar mereka tak curiga dengan pernikahan keduanya. Disetiap pemberhentian mereka, selalu ada awak media yang menyorot keduanya. Memotret guna membuat berita untuk bisnis mereka.
"Bisa kita istirahat sebentar oppa. Kakiku sudah lemas" bisik Jaemin setelah mereka selesai berbicara dengan beberapa kolega. Belum sepenuhnya, saking banyaknya tamunya
"Tentu. Kita istirahat saja di meja keluarga kita" ucap Mark setuju. Dia merasakan gandengan Jaemin sedikit berat. Mark tau kalau Jaemin tidak berbohong sebab ia juga mulai merasa pegal. Apalagi Jaemin dengan sepatu hak tingginya.
Kedatangan keduanya disambut hangat oleh para orangtua. Di meja itu tidak hanya ada orangtua dari kedua mempelai, ada nenek kakek dan beberapa kerabat lainnya.
"Aigoo, kemarilah sayang. Kalian pasti lelah ya berkeliling" ucap ibu Jaemin
"Apa sudah semua kolega yang kalian temui?" tanya ayah Mark
"Sudah banyak, tapi belum semuanya" jawab Mark. Setelah memastikan Jaemin duduk dengan benar, Mark mengambilkan minum untuk Jaemin.
"Minum dulu" ucap Mark menyodorkan air putih. Jaemin menerimanya dengan senyum dan tak lupa mengucapkan terimakasih.Dari sudut sana, Haechan dan Jeno masih terus mengamati. Termasuk saat Mark memberikan minum ke Jaemin. Tak hanya itu. Mark juga melepaskan heels Jaemin dan menggantinya dengan sandal cantik yang ia titipkan pada pelayan.
"Apa-apaan itu?! Kenapa harus seperhatian itu" gerutu Jeno
"Pencitraan. Kau tidak lihat media yang sejak tadi menyorot mereka berdua. Itu hanya topeng belaka. Mark masih mencintaiku dan aku sering diperlakukan lebih dari itu" balas Haechan sengit
"Tidak harus sampai memasangkan sandal juga. Tolong ingatkan pacarmu kalau Jaemin masih milikku" ucap Jeno kesal
"Terserah. Kau ternyata pencemburu sekali"
"Kau yang aneh kalau tidak cemburu saat pacarmu memperlakukan wanita lain seperti itu"
"Karena aku mendapat lebih dari itu makanya aku diam. Dan jelas kalau itu hanya sekedar pencitraan. Ah, kau menyebalkan" Haechan pergi meninggalkan Jeno. Dia memilih mengambil makanan dan menikmatinya daripada terus memperhatikan Mark dan Jaemin yang membuatnya semakin panas. Haechan akui dia juga cemburu seperti Jeno. Kekasih mana yang tidak cemburu kala kekasihnya bermesraan dengan orang lain. Apalagi menikah begini.
Mark dan Jaemin melanjutkan berkeliling dengan Jaemin yang memakai sandal pemberian Mark. Sampai akhirnya keduanya sudah selesai dan menemui tamu lainnya. Yang keduanya tuju tentu Jeno dan Haechan yang sudah berpindah tempat dengan meja penuh makanan. Letaknya pun lebih tersembunyi dan tidak tersorot kamera. Pintar sekali memilih tempat. Mark yakin kalau itu milik Haechan melihat Jeno masih menikmati makanan dengan santai sedangkan Haechan tangannya sudah belepotan.
"Mian baru bisa menemui kalian. Tapi sepertinya kalian menikmati makanannya" ucap Mark
"Lebih baik makan ini dari pada makan hati" sahut Haechan
"Mianhae. Tapi kita kan sudah bahas sebelumnya" Mari abaikan Mark dan Haechan yang mulai berdebat. Mari beralih pada satu pasangan lagi yang saling melempar senyum hangat.
"Lelah?" tanya Jeno dengan lembut
"Ne. Rasanya setelah ini aku mau berbaring satu minggu kedepan" jawab Jaemin dengan senyuman. Mereka hanya bisa bertukar ucap. Tidak bisa bersikap lebih seperti sentuhan selain jabatan tangan. Itu untuk menghindari gosip lainnya.
***
Jaemin dan Mark sudah sampai di hotel yang dipesankan para orangtua yang letaknya tak jauh dari lokasi resepsi pernikahan digelar
"Kata eomma kamarnya hanya ada satu tempat tidur. Kau bisa memakainya. Aku akan tidur di sofa saja" ucap Mark
"Aniya. Tidur saja di kasur. Oppa pasti lelah. Toh hanya tidur, tidak melakukan apa-apa" tolak Jaemin
Keduanya masuk ke dalam kamar dan erhenti tepat di samping ranjang. Terperangah melihat kasur yang dihiasi bunga mawar berbentuk love dan ada handuk berbentuk angsa yang berhadapan yang membentuk love juga.
"Mereka benar-benar menginginkan malam pertama ternyata" ucap Jaemin lesu
"Kau mandi duluan. Aku akan bereskan ini" ucap Mark
"Apa itu tak apa? Oppa kan juga lelah" ucap Jaemin tak enak
"Kwencana" Jaemin pun menurut.
***
Mark dan Jaemin untuk sementara akan tinggal di rumah keluarga Mark sebelum nanti akan menempati rumah Mark sendiri. Pagi ini mereka sudah berkumpul untuk sarapan. Orangtua Jaemin pun turut hadir untuk menikmati sarapan bersama keluarga setelah Mark dan Jaemin resmi menikah
"Kalian mau honeymoon kemana? Appa ada rekomendasi di Hawaii. Appa juga punya kenalan disana jadi dia bisa membantu kalian" ucap ayah Mark mengawali
"Atau ke Swiss? Paris? Tenang saja soal biaya. Kami para orangtua yang akan membiayainya" sahut ibu Jaemin semangat
"Kami sudah sepakat untuk tidak pergi honeymoon sekarang" ucap Mark tegas
"Wae?!" para orangtua berteriak bersama. Terkejut dengan jawaban Mark
"Bukankah appadeul dan eommadeul menikahkan kami karena urusan bisnis? Jadi kami sepakat akan fokus ke perusahaan dan mengembangkannya menjadi lebih lagi sesuai harapan kalian sejak awal" ucap Jaemin dingin.
Entah karena ia memang terlalu lelah dengan padatnya acara pernikahan kemarin atau dia memang tak suka dengan pembicaraan ini. Mark bahkan sedikit terkejut dengan nada Jaemin yang dingin. Selama dia mengenal Jaemin biasanya Jaemin berucap hangat apalagi dengan para orang tua.
"Maafkan aku. Aku lelah karena acara kemarin jadi tak sadar dengan nadaku yang kurang mengenakkan" sahut Jaemin cepat kala melihat respon mereka
"Ini rumah tangga kami dan kami sudah sepakat untuk itu. Jadi kuharap eommadeul dan appadeul tidak menentang keputusan kami" ucap Mark menambahi Setelah itu tidak ada yang berbicara. Mereka melanjutkan sarapan dengan suasana yang sedikit canggung.
"Kami berangkat lebih dulu karena harus ke kantor. Ah, aku dan Jaemin juga akan pindah ke rumah ku sore ini. Jadi tidak perlu menunggu kami. Kalau appa dan eomma ingin bertemu datang saja ke rumahku" ucap Mark memberikan informasi
***
TBC
Mian typo bertebaran
Votement juseyo^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Seatap tak serumah [[End]]
RomanceDua orang yang merupakan sepasang suami istri. Menikah bukan karena cinta melainkan karena bisnis. Keduanya tinggal dibawah atap yang sama, ditempat yang orang-orang sebut sebagai rumah. Tapi rumah itu hanya menampung raganya. Tidak keduanya jadikan...