0.11

1.4K 123 5
                                    

Jaemin dan Mark sama-sama menghela nafas berat. Sarapan yang tadinya terasa menyenangkan kini jadi suram setelah selesainya panggilan dari orangtua Jaemin. Belum juga ada satu minggu setelah acara anniversary pernikahan orangtua Mark, mereka harus meninggalkan rumah ini lagi untuk menginap di tempat lain.

Ya, orangtua Jaemin baru saja selesai menghubungi putrinya. Alasan yang membuat mood Mark dan Jaemin buruk adalah permintaan kedua orangtua Jaemin. Mereka meminta agar Jaemin dan Mark menginap di kediaman orangtua Jaemin. Katanya sebagai balasan karena saat upacara kemarin mereka sulit untuk menghubungi Jaemin dan tidak bertemu selama berhari-hari. Padahal salah mereka sendiri yang menolak undangan orangtua Mark.

Tak tahukah mereka kalau Mark dan Jaemin sedang banyak pekerjaan. Mereka sendiri yang membuat pekerjaan Mark dan Jaemin kian menumpuk. Ingin mengembangkan perusahaan menjadi lebih besar bahkan sampai mau menikahkan kedua putra-putrinya. Juga tuntutan tersirat agar keduanya semakin mengembangkan perusahaan. Saat keduanya sudah pasrah lalu menurut dan sekarang sedang berjuang untuk memenuhi kemauan para orangtua, justru mereka sendiri yang menghambat.

"Aku jadi curiga kalau mereka memiliki maksud lain" ucap Mark

"Memang. Mereka ingin memastikan kita tidur dalam satu ruangan dan pastinya mereka ingin segera memiliki cucu bukan? Diacara kemarin orangtua oppa selalu saja membahas soal bayi, kehamilan, dan sejenisnya. Aku tau itu bukan sekedar candaan" ucap Jaemin. Mark mengangguk setuju. Ayahnya juga mendesaknya untuk segera memiliki keturunan. Kepala Jaemin dan Mark penuh dengan keinginan orangtua tentang perusahaan juga keturunan. Rasanya keduanya ingin menyerah saja.

"Aku akan membujuk appa dan eomma untuk menunda undangannya. Pekerjaanku sedang menumpuk dan aku tak bisa terus menerus meninggalkannya kalau ingin target kita segera sampai. Bagaimana dengan oppa?" tawar Jaemin

"Aku setuju. Mungkin 2 atau 3 hari kedepan baru bisa. Dengan begitu aku bisa sedikit memadatkan jadwalku agar tidak kewalahan diakhir" jawab Mark setuju

"Baik, 3 hari dimulai hari ini kurasa tepat. Semoga rapat dan pertemuanku bisa dimajukan" ucap Jaemin.

Tiga hari telah berlalu. Jaemin dan Mark benar-benar disibukkan dengan urusan pekerjaan mereka. Mereka terpaksa dan memaksakan diri agar pekerjaannya tetap berjalan sesuai target dan bisa memenuhi keinginan kedua orangtua Jaemin. Selama tiga hari itu intensitas Jaemin dan Mark bertemu menjadi sangat minim. Jaemin dan Mark sama-sama sibuk dan pulang larut. Mereka memilih makan malam di kantor sehingga saat sampai rumah hanya perlu mandi lalu mengistirahatkan diri. 

Paginya masih rutin untuk sarapan bersama walau suasananya berbeda. Biasanya meja akan penuh dengan makanan dan terjadi cukup banyak interaksi, tapi berubah menjadi meja penuh berkas dan laptop menyala. Mereka hanya sarapan dengan menu sederhana yang bibi masakkan. Jaemin tidak sempat untuk memasak.

Mark dan Jaemin sampai di kediaman orangtua Jaemin saat malam sudah larut. Hampir pukul 12 mobil mereka sampai. Keduanya tau kalau itu kurang sopan sebab bertamu diatas jam 10. Tapi keduanya sama-sama memikirkan pekerjaan dan baru sempat sehingga nekat berangkat malamnya padahal sama-sama sedang lelah. Beruntung perjalanan aman dan selamat walau memakan waktu yang lebih lama sebab Mark mengendarai dengan sedikit lambat. Dia mengantuk sehingga perlu berhati-hati agar tak menimbulkan kecelakaan.

"Kami benar-benar lelah eomma, appa. Boleh kami segera istirahat. Kita lanjutkan pembicaraan besok" ucap Jaemin saat sambutan kedua orangtuanya berlanjut dengan pembahasan random.

"Baiklah. Silahkan istirahat kalau begitu. Kami sudah mengganti kasur single di kamarmu menjadi yang lebih besar agar muat untuk kalian berdua" ucap ibu Jaemin. 

Jaemin mengangguk mengerti lalu keduanya berpamitan untuk tidur. Mereka sudah menyempatkan mandi saat akan kemari. Selain untuk membersihkan diri juga agar sedikit mengusir kantuk agar mereka aman saat berkendara. Jaemin dan Mark mengganti pakaian dengan pakaian tidur lalu masuk kedalam selimut dan merebahkan diri.

Seatap tak serumah [[End]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang