0.17 Bonus Chapter 2

2K 103 0
                                    

Kabar bahagia yang dinanti-nanti akhirnya datang juga. Jaemin dinyatakan positif hamil. Mereka baru mengetahuinya sebulan setelah kunjungan orangtuanya hari itu. Begini ceritanya.
Mark bangun lebih dulu. Kala ia mengecek jam di ponselnya, ternyata masih jam setengah enam pagi. Mark yang masih mengantuk pun memilih untuk meneruskan tidurnya. Dia berbaring ke kanan, memeluk istrinya yang tidur memunggunginya. Tangan kirinya ia lingkarkan di pinggang Jaemin dan tangan kanannya ia selipkan dibawah leher Jaemin. Menarik diri untuk lebih dekat dan mendekap sang istri. Ia hirup wangi rambut Jaemin yang baru keramas semalam. 

Baru memejamkan matanya, Mark tersentak bangun kala merasa pergerakan kuat disampingnya. Jaemin terbangun dan berlari menuju toilet. Mark masih dalam mode kembali mengumpulkan nyawanya. Lalu terdengar suara muntah dari Jaemin dan tanpa menunggu lebih lama lagi, Mark bergegas menyusul Jaemin. Mendekati Jaemin yang berjongkok di depan closet. Ia kumpulkan rambut sang istri kebelakang agar tidak terkena muntahan. Tangan satunya menmijit tengkuk Jaemin. Tidak ada yang keluar kecuali air liur Jaemin.

"Sudah?" tanya Mark dengan lembut. 

Jaemin mengangguk, lalu Mark membantu Jaemin untuk berkumur. Merasa Jaemin terlihat lemas, Mark meraih tubuh Jaemin dan mengangkatnya. Membaringkan dengan perlahan di atas kasur. Mengambilkan minum untuknya. 

"Masih mual?" tanya Mark sambil membenarkan rambut Jaemin agar tak menutupi matanya. Belum juga Jaemin menjawab, ia sudah kembali muntah. Hanya air yang keluar dan membasahi selimutnya. Mark kembali memijit tengkuk Jaemin. Tangan kanannya menggenggam tangan Jaemin yang dibalas sangat erat.

"Kita ke rumah sakit saja ya? Tunggu sebentar aku ambilkan jaket untukmu"

Mark turun sambil membawa Jamein di gendongannya. Ada beberapa bibi pekerja yang menunggunya.

"Tolong siapkan mobil. Kita ke rumah sakit sekarang. Aku titip rumah sebentar ya" ucap Mark 

Hasil pemeriksaan dokter yang membawa kabar bahagia sudah tersampaikan. Bahkan sudah terdengar di telinga para orangtua. Tentu semua senang dengan kabar bahagia itu. Dan saat itulah Mark menjadi super protektif pada istrinya. Ia melarang Jaemin bekerja yang banyak menggunakan tenaga. Dia juga melarang Jaemin untuk memikirkan pekerjaanya. Untuk sementara biar wakilnya yang mengurusnya.

***

Selama kurang lebih sembilan bulan Jaemin mengandung, akhirnya ia melahirkan seorang putra yang sangat tampan. Kelahirannya melalui operasi caesar sebab kondisi Jaemin yang kurang baik untuk melahirkan normal. Lee Jungwon, nama dari putra pertama pasangan Lee Jaemin dan Lee Mark. Wajahnya rupawan dengan rahang tegas menurun dari ayahnya. Tawanya yang begitu candu. 

Mark menangis saat pertama kali diminta untuk menggendong bayi mungil itu. Tubuhnya yang begitu mungil membuat Mark sedikit takut. Takut-takut kalau menyentuhnya justru akan menyakitinya. Berkat bimbingan dokter dan perawat disana, Mark berhasil menggendong bayi itu dengan benar. Diberinya kecupan di dahi mungil yang masih memerah. Tak lupa ia berikan kecupan pula pada dahi sang istri yang telah berjuang.

"Gumawo" ucap Mark lirih saat mengecup dahi Jaemin.

Setelah dirawat selama dua hari, Jaemin akhirnya diperbolehkan pulang. Pergerakkannya masih sedikit dibatasi sampai luka operasinya benar-benar pulih. Dengan bimbingan dari orangtua, Mark dan Jaemin merawat putranya.

"Apa Wonie~ rewel?" Jaemin yang sedang menyusui putranya terkejut melihat Mark. Tak menyangka suaminya ikut terbangun padahal masih jam 2 pagi.

"Tidak. tadi aku terbangun karena haus. Lalu saat mengeceknya ternyata dia juga bangun. Prince Wonie~ tidak rewel kok daddy. Wonie~ juga tidak menangis saat terbangun tadi" ucap Jaemin dengan menirukan suara anak kecil. Mark tertawa kecil lalu mengelus lembut pipi putranya. Merengkuh dua kesayangannya dalam pelukan hangat.

***

Satu tahun usia Jungwon. Dia tumbuh menjadi bayi yang aktif. Ia sudah mulai bisa berjalan walau masih tertatih-tatih dan tidak lebih dari 5 langkah. Mark dan Jaemin semakin protektif pada putranya yang semakin aktif. Mereka nambahkan karpet gabus hampir di seluruh rumah agar saat putranya yang sedang senang-senangnya belajar berjalan itu tidak kesakitan saat terjatuh. Rumah mereka kini tidak pernah sepi. Setiap hari orangtua Mark dan Jaemin bergantian untuk berkunjung. Pun dengan anggota keluarga lainnya.

"Tidak"

"Ayolah~"

"Tidak sekarang oppa. Nanti dulu. Ish!"

Para orangtua yang tadinya sedang asyik menemani cucu mereka bermain pun menoleh ke arah pasangan yang berdebat kecil, Jaemin dan Mark. Jaemin yang berjalan lebih dulu dan Mark dibelakangnya yang merengek seperti anak kecil.

"Ada apa?" tanya ibu Mark

"Yang benar saja eomma. Masa oppa mengajak buat anak lagi. Padahal usia Wonie baru satu tahun. Kalau jadi jarak usianya terlalu dekat" ucap Jaemin mengadu

"Jaeminie benar Mark. Jarak usia yang terlalu dekat itu tidak baik" ucap ibu Mark membela menantunya membuat Mark merengut kesal.

"Memangnya kau ingin punya anak berapa Mark?" tanya ibu Jaemin

"Sebelas!" ucap Mark semangat yang dibalas tawa oleh para orangtua disana.

"Yang benar saja! Kau mau membuat tim sepak bola?" sungut Jaemin

"Kenapa? Bukankah itu bagus. Semakin banyak anak semakin banyak rezeki? Rumah kita juga jadi ramai nanti"

"Kau saja yang mengandung!" 

Jaemin melempar bantal sofa ke arah Mark. Para orangtua yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya. Jungwon yang belum mengerti hanya tertawa dan berceloteh tak jelas. Agaknya ia senang saat melihat wajah merengut daddynya.

"Arraseo. Kita tunda dulu punya anaknya. Tapi tetap beri aku jatah ya! Aku keluarkan diluar"

Jaemin menggeleng jengah dengan sikap suaminya. Memilih pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang. Do'a kan saja mereka tidak kebobolan dan memberikan Jungwon adik diusinya yang masih sangat dini hihihi ^^

~~~

Mian typo bertebaran

Votement juseyo^^

Seatap tak serumah [[End]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang