0.7

1.6K 136 4
                                    

Jaemin dan Mark sudah pindah di rumah pribadi Mark. Mark dan Jaemin memakai 2 kamar yang terpisah. Jaemin di lantai 2 dan Mark di lantai 1. Tapi seluruh barang-barang mereka hanya ada di satu kamar utama yang ditempati Jaemin. Sedangkan Mark tidur di kamar tamu. Alasan keduanya tetap menempatkan semua barang dalam satu kamar adalah untuk antisipasi jika kedua orangtuanya datang. Meski para orangtua tau kalau Mark dan Jaemin hanya menikah karena 'terpaksa' tapi mereka tetap saja kukuh untuk segera memberi cucu. Jika kelakuan keduanya ini ketahuan sudah pasti keduanya akan diomeli seharian penuh dan mungkin saja mereka merencakan berbagai cara agar Jaemin dan Mark tidur dalam satu kamar.

"Selamat pagi. Aku baru saja mau mengetuk pintu untu mengambil pakaianku" ucap Mark yang kini berdiri di depan kamar utama dengan bathrobe. Dia sudah mandi di kamar tamu tadi. Niat hati ingin mengetuk dan membangunkan Jaemin, tapi ternyata Jaemin sudah siap. Bahkan sudah rapi dengan kemeja dan celana kantornya. Hanya kurang jas dan dia sudah siap. Dan juga rambutnya yang belum sepenuhnya tertata.

"Ne. Selamat pagi. Aku sudah terbiasa bangun pagi. Silahkan oppa. Aku mau buat sarapan" ucap Jaemin mempersilahkan. Jaemin turun dan menuju dapur.

Sarapan pun di mulai. Mark menikmati sarapan yang di buat Jaemin. Mark akui Jaemin cukup mahir dalam memasak. Tak kalah dengan kekasihnya, Haechan. Atau kalau boleh jujur sedikit lebih enak masakan Jaemin.

"Nanti kuantar ke kantormu" ucap Mark. Jaemin mengangguk. Dia paham kalau Mark melakukannya agar membangun citra keluarga bahagia di depan publik. 

"Aku yang membereskan dan mencucinya. Kau bersiap sana" ucap Mark saat melihat Jaemin hendak mencuci piring. Mark menunjuk rambut Jaemin yang masih dicepol asal.

Perjalanan ke kantor Jaemin sedikit lebih jauh di bandingkan dengan ke kantor Mark dari kediaman mereka. Pun dengan arah yang sebenarnya berbeda. Mark harus memutar dulu jika mengantar Jaemin. 

"Terimakasih. Maaf merepotkanmu oppa. Nanti pulang aku akan naik taksi saja Jika ada yang tanya kenapa tidak dijemput aku hanya tinggal beralasan kalau kau masih ada urusan di kantor" ucap Jaemin tak enak karena merasa merepotkan.

"Aniya. Aku akan menjemputmu. Appa dan eommaku akan datang nanti" ucap Mark memberitahu. Jaemin mengangguk paham. Selain untuk membuat citra bagus, ternyata juga karena nanti ada orangtuanya. 

***

Sore harinya, saat Mark dan Jaemin sampai di rumah, kedua orangtua Mark sudah tiba. Mereka menunggu di ruang tamu. Ibu Mark sudah memasak beberapa menu sambil menunggu sang putra dan menantunya pulang.

"Selamat sore eomma appa. Maaf membuat kalian menunggu lama. Tadi sedikit macet jadi sedikit terlambat" ucap Jaemin memberi salam kepada mertuanya.

"Kwencana. Aku malah bisa memasakkan kalian lebih dulu" ucap ibu Mark. Dia memeluk Jaemin dan mengelus lembut pipi menantunya

"Kalian berangkat dan pulang bersama ya? Aigoo manis sekali penganti baru ini" ucap ayah Mark senang.

Di kamar, Jaemin dan Mark sedang berganti pakaian. Jaemin yang memakai kamar mandi disana sedangkan Mark memilih mengganti di dekat kasur. Toh, dia lebih cepat dibanding Jaemin jadi tak perlu takut kalau Jaemin akan melihatnya. Tidak mungkin keduanya harus ke kamar tamu. Orangtuanya akan curiga dan bertanya banyak hal lalu berakhir menceramahi sepanjang malam. Intinya keduanya sama-sama lelah dan tak ingin mendengar ocehan kedua orangtuanya.

"Ku kira kau sudah turun oppa" ucap Jaemin saat dia keluar dari kamar mandi dan masih melihat Mark di dalam kamar tersebut

"Appa dan eomma bisa curiga kalau kita tidak turun bersama" ucap Mark

Keduanya lalu turun bersama dan duduk berhadapan dengan kedua orangtuanya. Acara makan malam? (atau mungkin bisa disebut makan sore karena hari belum begitu malam) pun dimulai. Jaemin memerankan istri dengan baik. Ia melayani Mark selayaknya pasangan pada umumnya dan itu tak luput dari pandangan orangtua. Mereka senang melihat perhatian pasangan muda itu. Tindakan Jaemin terlihat begitu natural. Dia tak sepenuhnya pura-pura. Dalam benak Jaemin, dia melakukannnya dengan pikiran bahwa ia menghormati Mark yang lebih tua darinya.

"Ngomong-ngomong kalian benar-benar tak mau pergi honeymoon?" tanya ayah Mark hati-hati. Ayah dan ibu Mark pun melirik pada Jaemin untuk melihat responnya

"Bukan tidak. Mungkin belum. Pekerjaan kami cukup menumpuk karena persiapan pernikahan kemarin. Kami juga memiliki rencana untuk mengembangkan perusahaan. Untuk sementara kami akan fokus dulu dengan itu. Bukankah ini yang appa dan eomma inginkan?" jawab Mark

"Ya, tapi apa kalian tidak mau memiliki keturunan? Biasanya kan kalau sudah menikah lalu ber-" ucapan ibu Mark berhenti kala mendapatkan perubahan raut wajah menjadi datar dari putranya. Dia juga melirik Jaemin yang makan dan tak mengeluarkan suara sejak tadi. Agaknya tak tertarik dengan pembicaraan ini.

"Oke-oke. Eomma tidak ikut campur walau sebenarnya eomma sangat ingin segera menimang cucu" ucap Ibu Mark dengan suara yang semakin lirih. Makan malam/sore itu kembali berlanjut dengan sedikit canggung. Mark mengalihkan pembicaraan dengan membicarakan hal lain.

***

Dua minggu berlalu setelah pernikahan Jaemin dan Mark digelar. Mark rutin mengantar jemput Jaemin. Hampir setiap pulang, mereka tidak segera ke rumah melainkan ke restoran dan memesan private room. Mereka benar-benar makan tapi tidak berdua saja. Ada Haechan dan Jeno. Jadilah double date dalam private room.

Setiap pagi Jaemin juga rutin membuatkan sarapan untuk Mark. Mark yang awalnya tidak biasa sarapan berat karena biasanya ia hanya sarapan dengan selembar roti saja, kini mulai terbiasa. Wangi harum masakan Jaemin selalu berhasil membuat seleranya meningkat dan perutnya akan meraung hebat.

Mengenai pekerjaan rumah, Mark sudah membayar beberapa orang termasuk penjaga dan sopir. Tentu bukan sembarang orang, Mark hanya memilih orang-orang yang menurutnya dapat dipercaya tentang rahasia rumah tangganya.

"Oppa, hari ini kau tidak perlu mengantarku. Tidak perlu menjemputku pula. Aku berangkat sendiri karena nanti ada rapat dengan kolega dan sepertinya aku pulang malam. Orang-orang kantorku tidak akan membicarakanmu karena mereka tau ada tamu penting hari ini" ucap Jaemin

"Kalau begitu biar ahjussi Nam yang mengantarmu" ucap Mark 

"Ne. Terimakasih"

Rutinitas sarapan mereka memang tidak begitu banyak obrolan. Hanya beberapa obrolan penting yang mayoritas tidak jauh-jauh dari hal bisnis. Dari hari ke hari, pembicaraan mereka mulai santai dan tidak selalu tentang bisnis. Keduanya sama-sama mulai mengakrabkan diri dan saling menggali informasi pribadi.

***

TBC

Mian typo bertebaran

Votement juseyo^^

Seatap tak serumah [[End]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang