0.15

2.7K 135 4
                                    

Plak~

Wajah Mark tertoleh cepat. Pipinya panas dan perih. Baru saja ia membuka pintu salah satu ruang inap, belum juga mengucapkan sepatah kata, ia sudah dihadiahi tamparan dan tatapan tajam. Ditatapnya orang yang menamparnya yang tak lain adalah ibunya sendiri. Dari tatapannya Mark bisa tau ada begitu banyak yang ibunya rasakan. Marah, kecewa, sedih, tapi juga ada kelegaan disana. Menerawang kebelakang, ada ayahnya, dan orangtua Jaemin. Lalu pandangannya ia alihkan ke ranjang pasien. Ada istrinya disana dengan mata terpejam dan wajah pucat.

"Kemana saja kau Mark! Kuhubungi berkali-kali tidak bisa. Semua orang mencarimu. Tidak taukah kau kalau istrimu sedang sakit! Dan kau malah meninggalkannya sendirian dirumah dan meliburkan seluruh pekerja rumah hari ini?" cerca ibu Mark. Ayah Mark menghampiri sang istri dan menenangkannya

"Sudah-sudah! Kita dengarkan penjelasannya dulu. Duduk Mark" ucap ayah Mark

Mark duduk di kursi yang ada di salah satu sisi meja dimana di depannya orangtuanya dan orangtua Jaemin duduk berhadapan.

"Kau kemana seharian ini? Sampai-sampai ibumu menelponmu puluhan kali tapi tak ada jawaban sama sekali" tanya Ayah Mark memulai

"Tadi aku pergi ke Busan karena suatu pekerjaan appadeul, eommadeul. Maaf, aku tidak sempat membuka ponselku"

"Sepenting itu sampai kau melupakan istrimu?" sahut ibu Mark

"Dari kapan kau pergi?" tanya ayah Mark

"Pagi buta. Saat aku pergi Jaemin masih tidur" jawab Mark jujur

"Apa kau tidak tau kalau istrimu sakit? Ini cukup parah dan seharusnya sebelum hari ini setidaknya ada sedikit keganjalan darinya. Apa kau tidak menyadarinya?" tanya ayah Mark.

Mark menggeleng takut-takut. Ia juga ragu pasalnya beberapa hari terakhir ia dan Jaemin sama-sama sibuk sendiri sehingga jarang memerhatikannya.

"Jaemin, sakit apa?" tanya Mark 

"Radang usus buntu, asam lambung naik, tekanan darahnya rendah, dan demam tinggi" jawab ibu Jaemin yang sejak tadi hanya menyimak dalam diam.

"Jaemin sudah dioperasi siang tadi untuk usus buntunya" tambah ayah Jaemin

"Jujur aku kecewa padamu Mark. Aku tidak tau apa yang akan terjadi pada putriku jika temannya tidak datang dan mengecek kondisinya. Tapi aku juga tak bisa menyalahkanmu. Aku tau Jaemin tipe orang yang lebih suka menyembunyikan sakitnya dan kau juga memiliki pekerjaan. Meski begitu aku tak berharap kejadian ini terulang lagi" ucap ayah Jaemin

"Maafkan aku appadeul, eommadeul. Aku tidak bisa menjaga Jaemin dengan baik"

"Jadikan ini sebagai pelajaran untuk kedepannya. Lebih baik lihat istrimu dulu. Tadi dia menanyakanmu" ucap ibu Mark

Mark mengangguk. Dengan langkah pelan ia hampiri ranjang istrinya. Duduk disisi ranjang pasien. Tangannya menggenggam tangan kanan Jaemin yang terinfus deng hati-hati. Ditatapnya dalam wajah sang istri yang terlihat sayu dan masih pucat.

Tangan satunya mengusap lembut kepala sang istri. Ada perasaan bersalah karena tadi pagi dia tidak mengecek Jaemin dengan benar. Ia hanya melihat sekilas Jaemin yang tidur meringkuk dibawah selimut. Tanpa tahu kalau ternyata istrinya sedang menahan sakit. 

"Maafkan aku" 

Sebuah kecupan lembut di dahi ia berikan. Setetes air matanya mengenai pipi Jaemin. Mark tak tau mengapa ia merasa begitu bersalah pada Jaemin. Ini pertama kalinya Mark merasa begitu bersalah sampai dia meneteskan air mata. bahkan pada Haechan yang merupakan pacarnya pun, Mark belum pernah merasa sebersalah ini.

Seatap tak serumah [[End]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang