Tak kehabisan akal para orangtua itu membuat ide. Sebulan setelah pemberhentian penguntitan yang dilakukan oleh kedua orangtua Jaemin dan Mark, kini mereka merencanakan sesuatu lagi untuk mengawasi Jaemin dan Mark. Kali ini dengan memanfaatkan waktu yang mendekati hari ulang tahun ayah dan ibu Jaemin. Ya, kebetulan orangtua Jaemin lahir di tanggal dan bulan yang sama walau tahunnya berbeda. Saat ini Jaemin, Mark, orangtua Jaemin, dan orangtua Mark tengah berkumpul di kediaman Mark. Orangtua Jaemin sengaja mengundang orangtua Mark juga untuk sama-sama membujuk Jaemin dan Mark.
"Tapi eomma dan appa bukan anak kecil lagi. Apa perlu sampai dibuat pesta begitu?" tanya Jaemin. Dia sudah menolak berkali-kali setiap ibunya menyampaikan ide itu melalui telepon. Hingga akhirnya mereka datang sendiri ke kediaman Mark bersama orantua Mark pula yang ikut mendukung acara tersebut.
"Ya. Memangnya kalau orangtua tidak boleh mengadakan pesta begitu? Ayolah ini hanya untuk keluarga kita saja. Kalian, aku, ayahmu, orangtua Mark, dan kakek nenek. Hanya berenam. Tidak banyak bukan?" bujuk ibu Jaemin
"Justru karena hanya berenam itu. Haruskan sampai membuat pesta besar?"
"Tidak besar Jaeminie~"
"Tidak besar apanya? Lihat list yang eomma buat untuk hidangannya saja sudah sebanyak itu" ucap Jaemin kesal
"Aku akan membantu Jaeminie~ Kita lakukan bertiga. Kau, aku dan ibumu. Bagaimana?" timpal ibu Mark ikut membujuk
"Kenapa tidak pesan saja? Kita bisa buat beberapa menu dan sisanya bisa kita pesan. Seperti untuk kue dan camilan akan lebih menghemat waktu dan tenaga" usul Jaemin
"Tapi kan tidak senikmat kalau kita buat sendiri. Kalau buat sendiri kan lebih sehat dan kita bisa menyesuaikan degan selera kita. Kalau beli pasti kau tidak mau makan karena banyak susunya"
"Kan bisa request ke pembuatnya" sahut Jaemin
"Tidak! Lebih baik membuatnya sendiri" kukuh ibu Jaemin. Jaemin menghela nafas lelah. Ibunya memang keras kepala.
"Aku masih punya banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan malam ini. Selamat malam"
Jaemin berdiri setelah membungkuk sopan pada orangtuanya dan orangtua Mark. Mark yang melihat sikap sang istri yang kurang baik pun berniat mencairkan suasana.
"Maafkan Jaemin eommadeul, appadeul. Pekerjaan Jaemin sedang menumpuk beberapa hari terakhir ini. Dan sepertinya dia sedang lelah sampai bersikap kurang baik begini"
"Mark, boleh aku minta tolong padamu. Tolong bujuk istrimu ya? Ini mungkin hanya sekali seumur hidup dan kami benar-benar menginginkannya. Boleh ya?"
"Aku akan bicarakan dengan Jaemin lagi nanti" jawab Mark setengah hati. Dia tidak setuju tentu saja, tapi melihat raut wajah orangtua Jaemin terutama ibu Jaemin membuatnya tak tega
***
Pada akhirnya pesta itu tetap diadakan. Persiapannya sudah sejak 2 hari sebelum hari-H. Tapi Jaemin dan Mark baru ikut bergabung di hari-H. Karena telat bergabung, jadi orangtua Jaemin memaksa Jaemin dan Mark untuk tinggal disana selama 2 hari 1 malam yang mana malamnya adalah malam pesta itu berlangsung. Ucapan Mark soal pekerjaan Jaemin yang sedang menumpuk bukanlah kebohongan. Apalagi Jaemin yang semakin memadatkan jadwalnya karena harus izin 2 hari untuk acara orangtuanya. Mark hanya bisa membantu sedikit karena ia juga punya pekerjaan sendiri.
Acara pesta malam harinya berlangsung lancar. Mereka baru bubar setelah pukul 1 dini hari. Tapi tentu orangtua Jaemin dan Mark punya rencana. Mereka sengaja tak tidur dan memilih menguping di depan kamar Jaemin. Sebelum bubar tadi mereka sempat menyinggung lagi soal keturunan.
"Ahh.. shhh... lebih kuat oppa" Sekitar 20 menit mereka menguping hingga akhirnya terdengar suara Jaemin yang sedang mendesah? Keempat orangtua itu tersenyum puas, berpikir rencana mereka berhasil dengan sedikit menuntut tentang keturunan dan meminta nenek dan kakek Jaemin untuk memberi petuah soal keturunan. Tak tau saja kalau yang sebenarnya adalah Jaemin yang mendesah keenakan karena dipijit Mark sebab sebelumnya ia mengeluh pegal.
***
Tiga hari setelah pesta itu. Hari ini Mark keluar bersama Haechan. Mereka membuat janji temu untuk menikmati salah satu tempat wisata yang cukup jauh dari kediamannya. Dia sudah bilang pada Jaemin semalam bahwa ia akan pergi jauh dan memintanya untuk tidak menghubunginya jika memang bukan hal yang penting. Pagi buta sebelum Jaemin bangun, Mark sudah dulu pergi.
Kencan Mark dan Haechan pun berlangsung dengan baik. Mereka menghabiskan waktu hingga matahari terbenam. Keduanya memilih sebuah pantai indah yang cukup sepi. Sama-sama meninggalkan ponsel di mobil dan menikamti indahnya alam. Begitu keduanya sudah siap untuk pulang, Mark baru menyalakan ponselnya. Dahinya mengernyit kala melihat banyaknya panggilan masuk. Ada sekitar 2 panggilan tak terjawab dari Jaemin dan yang mengejutkannya adalah ada lebih dari seratus panggilan tak terjawab dari ibunya. Tapi, Mark hanya mengecek saja tanpa berniat menelponnya balik atau membaca pesan yang masuk.
"Ada apa?" tanya Haechan bingung saat melihat Mark yang terlihat sedikit gusar
"Ada seratus panggilan tak terjawab dari eomma. Entahlah, aku punya firasat tidak baik. Kita langsung pulang saja ya?" jawab Mark
"Apa tidak lebih baik oppa menelpon eomma dulu?"
"Tidak perlu, nanti saja. Kalau penting pasti eomma sudah menghubungi Jaemin. Lagi pula itu sudah siang tadi. Mungkin Jaemin sudah menanganinya" jawab Mark
Setelah mengantar Haechan pulang, Mark bergegas menuju rumahnya. Membuka pintu cepat dan segera mencari Jaemin. Tapi rumahnya sepi, ia tak menemukan Jaemin dimana-mana. Padahal ia melihat semua mobil ada di garasi. Karena tak kunjung menemui Jaemin, Mark berusaha menelpon Jaemin. Panggilannya segera dijawab tak lama.
"Jaemin, kau dimana? Tadi eomma menelponku, apa ad-" Mark segera memberondong Jaemin dengan pertanyaan, namun ucapannya terhenti kala suara yang menjawab bukan istrinya.
"Pergi ke rumah sakit Haewon sekarang! Suami macam apa kau ini?!"
Tut~
Panggilan diakhiri begitu saja.
"Eomma?" gumam Mark bingung.
TBC
Mian typo bertebaran
Votement juseyo^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Seatap tak serumah [[End]]
RomanceDua orang yang merupakan sepasang suami istri. Menikah bukan karena cinta melainkan karena bisnis. Keduanya tinggal dibawah atap yang sama, ditempat yang orang-orang sebut sebagai rumah. Tapi rumah itu hanya menampung raganya. Tidak keduanya jadikan...