Bagian 1

21 7 9
                                    

330/365 usia bumi tidak lama lagi akan genap kembali bertambah satu tahun. Semua orang menanti pertambahan usia bumi sebagai lembaran baru atau awal baru dari kehidupan namun apakah yang sedang dirayakan manusia? Bumi yang dengan masa depan lebih baik atau bumi yang sudah semakin menua. Menua dari waktu ke waktu sampai tiada manusia yang dapat memprediksi apakah perayaan bertambahnya umur bumi bisa dirayakan kembali.

"Belgliot!" Gadis yang lebih memilih menjadikan buku-buku didepannya sebagai penopang tidur terkejut dengan suara wanita parah baya yang memekikkan telinganya. Siapa lagi kalau bukan ibunya--Aynu.

"Ibu berulang kali aku bilang jangan panggil Belgliot. Panggil aku Aunur ibu," kata gadis itu kesal telah diusik dalam tidurnya.

"Ibu memiliki hak memanggilmu Belgliot apa kau lupa nama lengkapmu Belgliot Aunur Aofha. Seorang gadis cantik yang menggembirakan yang menjadi cahaya penyelamat."

"Iya aku tahu ibu. Ibu mengatakan sudah ribuan kali ibu mengatakan sekali lagi aku kasih piring pecah," sahut gadis itu kesal. "ada apa ibu membangunkanku?"

"Bisa-bisanya kamu tidur dengan buku-buku ini. Apa kamu lupa sekarang belalang bermunculan dimana-mana kamu harus lebih giat lagi menyelesaikan semua ini. Ibu datang kemari untuk memberikan kamu tambahan buku lagi. Waktu kita tidak banyak, bumi sudah semakin menua. Bencana terjadi dimana-mana kita harus siaga," kata Aynu dengan wajah serius.

"Ibuku yang memiliki mata bercaya, cahaya yang semakin cantik membuat setiap orang terpana. Dengarkan anakmu ini ya, pemimpin negara kita sudah memikirkan semua yang terjadi dan menangani semua bencana dengan baik. Tugas kita cuma satu menjaga alam agar alam tidak kembali mengamuk dan mencari uang. Hidup harus realistis Bu tanpa uang kita bisa apa." Aunur memberikan pelukan hangat pada ibunya sambil mengusap-usap punggung ibunya memberikan ketenangan.

"Ibu tidak perlu khawatir. Kita berdua ada untuk saling menjaga dan hal yang terjadi pada ayah itu kehendak Tuhan. Seberusaha apapun kita menentang itu telah menjadi kehendaknya jangan pernah kaitkan lagi dengan belalang ya Bu." Buliran air mata mendesak keluar dari dua orang yang saling menyayangi. Mereka harus sama-sama kuat dan sama-sama menguatkan. Tidak ada hidup yang lebih baik tanpa ayah ataupun suami, semuanya berat.

"Kamu tahu nak bencana terjadi dimana-mana. Banjir, gempa, gunung meletus, tanah longsor dan masih banyak lagi bencana alam yang terjadi tahun 2020 ini. Memang benar setiap orang meninggal akan ada kelahiran baru tapi apa kamu tidak menyadari jika bumi sudah tua. Populasi manusia akan semakin berkurang seiring dengan terjadinya banyak bencana alam. Banyak orang yang butuh bantuan, butuh pengobatan. Apalagi bumi ini juga sedang terkena virus yang mematikan, ibu hanya berharap kamu bisa menjadi doktek. Bukankah itu impianmu dulu? Setidaknya jika tidak kamu dapat membantu mengobati orang-orang dan mengurangi jumlah kematian." Aynu memandang langit-langit rumah tanpa mau melihat ke arah putrinya. Setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan, dia lebih memilih melangkah kaki memasuki kamar. Menutupnya rapat-rapat dan memilih bergelung dengan kesepian setelah ketiadaan suaminya.

¥¥¥¥¥

"Dari mana ibu tahu mitos belalang masuk rumah itu membawa penyakit. Aku berkali-kali mencari tidak ada yang mengatakan jika belalang menjadi pertanda penyakit. Lihatlah ibu, itu semua hanya ketakutan pemikiran ibu saja yang berlebihan padahal itu tidak benar." Aunur meletakkan kertas-kertas hasil penelusurannya didepan ibunya. Aynu menghentikan keinginannya untuk memakan makanan di piring dan mengamati kertas-kertas yang disodorkan anaknya.

"Kamu tidak akan pernah memahami ini padahal ibu berharap memberimu nama Belgiot agar kamu bisa memahami apa yang tidak bisa dipahami semua orang. Baiklah jika dengan ini kamu akan percaya maka lihatlah tulisan ini. Dipercayai jika belalang membawa pertanda bencana dan tidak ada bencana tanpa penyakit." Aynu menunjukkan salah satu kertas pada Aunur.

"Ibu, apa yang benar dan tidak itu tergantung kepercayaan kita. Ini semua hanya mitos saja. Mitos akan menjadi nyata jika ibu mempercayainya. Jika ibu tidak mempercayainya semua itu tidak akan terjadi," kata Aunur dengan nada memohon.

"Ibu rasa kita sudah membahas semua ini berulang kali. Makanlah, suatu hari kamu pasti akan mempercayai ibu." Setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Tidak ada gelak tawa yang hangat lagi. Semuanya lenyap bersama perginya sang ayah. Sekarang hanya ada adu argumen, ibunya tidak pernah mau mengubah pendiriannya. Mungkin bagi Aunur ini akan lebih baik menjalani hari tanpa ayahnya agar tetap berwarna hanya saja itu akan terjadi ketika pemikiran kolot ibunya mau berubah.

Jumlah kata : 700 kata

BALGIOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang