Aunur masih berdiam di dekat Giany sambil memperhatikan gerak-geriknya. Aunur berusaha mendengarkan perkataan Giany dan berusaha berbicara padanya.
"Kak, ada apa sebenarnya? Mengapa kakak ingin menghancurkan semua orang? Semua orang yang kakak maksud siapa?" tanya Aunur.
Mendengar pertanyaan Aunur, Giany menghentikan tariannya. Dia terdiam lalu menundukan kepala lalu menatap dengan tatapan tajam. Aunur ketakutan tapi tetap berusaha tenang agar dapat menguasai suasana.
"Cinta! Kepercayaan! Mimpi! Kasih sayang! Semuanya hilang!" Giany tertawa terbahak-bahak lagi. Tidak lama kemudian petugas berkumpul didekat Giany.
"Tolong jangan mendekat. Sana pergi menjauh," perintah petugas pada Aunur.
"Lepaskan aku!" Tak lama kemudian petugas berhasil menangkap Giany.
£££££
Deretan orang yang memeriksakannya diri sudah berderet seperti ular panjang. Warga harus memeriksakan diri untuk mematuhi perintah dan agar tidak dikucilkan masyarakat. Setelah kejadian itu seperti menjadi kewajiban untuk menempelkan hasil pemeriksaan di kamar. Tujuannya agar temannya yang lain tidak takut jika berkomunikasi dengannya. Meski tanpa harus melakukan itu sudah bisa diketahui jika orang yang berhasil masuk kamar adalah orang yang sehat. Kini di pintu masuk ada konfirmasi hasil tes kesehatan jika sehat boleh masuk. Selain itu orang yang sakit atau terdeteksi terkena virus akan langsung dibawa ke rumah sementara.
"Istirahat dulu, Aunur." Seorang perempuan sebaya Aunur memberikan botol air putih padanya.
"Bagaimana aku bisa istirahat? Lihatlah berapa banyak orang yang memeriksakan kesehatannya sampai kita harus ditarik menjadi staf darurat untuk membantu administrasi," keluh Aunur.
"Sudah bukan menjadi rahasia lagi. Semua orang di sini dibebaskan untuk meraih mimpinya masing-masing setelah melalui pelatihan hanya saja hukumnya wajib bagi warga pelatihan untuk membantu jika ada keadaan darurat. Seperti kejadian ini tapi prinsip utama provinsi mimpi selain membantu terwujudnya mimpimu juga memastikan kesehatan tetap pada urutan nomer satu," sahut perempuan itu.
"Iryska, aku tahu tentang itu. Setiap warga harus hafal betul setiap peraturan di sini dan bukan hanya hafal tapi menerapkannya. Aku saja harus pontang-panting untuk menghafalkan peraturan yang seperti daftar belanjaan," keluh Aunur.
"Cuma sudah satu hari berjalan tapi warga yang mendaftar seperti tidak ada habisnya. Mengapa mereka memperbolehkan pemeriksaan selama 22 jam," kata Aunur lagi.
"Itu tertulis di peraturan juga Aunur. Untuk kesehatan jika dalam keadaan darurat maka pemeriksaan akan dibuka selama 22 jam. Tentunya warga yang akan memeriksakan diri harus mendapatkan izin dari petugas asrama. Sudahlah makan dulu, mengapa kita malah membahas peraturan. Kita hanya mempunyai waktu 2 jam untuk istirahat maka gunakanlah sebaik-baiknya," sahut Iryska sambil memberikan makanan dan minuman pada Aunur.
"Beruntung makanan yang diberikan enak jika tidak, aku akan menyesal mengikuti peraturan," sahut Aunur sambil menyantap makanannya.
"Setidaknya kamu juga bersyukur karena tidak perlu mengantre seperti warga lainnya yang harus mengatur jadwal untuk periksa." Tiba-tiba seorang laki-laki duduk diseberang Aunur dan Iryska sambil membawa makanannya.
Aunur yang sudah mengetahui itu siapa hanya menatap sebentar lalu melanjutkan untuk memakan makanannya.
£££££
"Aunur, tunggu!"
"Aku duluan ya. Aku tahu ada yang harus kamu selesaikan," kata Iryska yang meninggalkan Aunur.
"Aunur, percayalah padaku. Jangan seperti ini, mengapa kamu terus mengacuhkanku saat makan tadi. Bukankah kita harusnya saling berbagi informasi bukan saling mendiamkan seperti ini," kata Alby berusaha berbicara dengan Aunur.
"Aku tidak marah padamu. Hanya saja semuanya buntu apalagi tidak ada petunjuk lagi. Aku pergi dulu karena waktu istirahat sudah habis," sahut Aunur lalu meninggalkan Alby.
Jumlah kata : 531 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
BALGIOT
Fantasy"Belgliot!" Gadis yang lebih memilih menjadikan buku-buku didepannya sebagai penopang tidur terkejut dengan suara wanita parah baya yang memekikkan telinganya. Siapa lagi kalau bukan ibunya--Aynu. "Ibu berulang kali aku bilang jangan panggil Belglio...