Dengan sigap Aunur langsung mengeluarkan cater kecil dari saku bajunya. Pria didepannya tersenyum menyeringai, "Bagus, bearti kamu sudah bersiap untuk segala kemungkinan terburuk."
"Untuk masuk ke provinsi mimpi tidak mudah. Tidak banyak tahu apa yang menunggu di pintu masuk provinsi yang dibuat berjarak 2 km dari pintu masuk provinsi sesungguhnya. Keberanian, kejujuran, mental akan diuji dan masih banyak lagi tapi hal yang terpenting ada tambahan pemeriksaan kesehatan. Kalau kamu sehat maka kamu boleh masuk tapi jika tidak kamu akan dikucilkan oleh semua provinsi karena semua provinsi tahu bagaimana ketatnya provinsi mimpi karena itulah mereka berkembang lebih pesat dari yang lainnya," jelas Alby.
"Kamu sudah punya senjata? Setidaknya itu hal dasar yang harus kamu miliki," kata Alby lagi.
"Senjata apa?"
"Senjata untuk melindungi diri sendiri. Senjata yang bisa melindungi diri sendiri apalagi nanti laki-laki dan perempuan akan melewati pintu yang berbeda. Tingkat pengujiannya juga disesuaikan dengan jenis kelamin karena pada akhirnya biasanya lelaki banyak yang mengejar mimpi untuk pekerjaan lapangan sehingga benar-benar diuji keberaniannya sedangkan perempuan diutamakan di kecerdasan otaknya. Meski pada akhirnya baik laki-laki dan perempuan akan mendapatkan pelajaran tentang keduanya," jawab Alby.
"Kalau senjata ada cutter kecil sama pisau kecil dan bubuk merica. Dari dulu ayah mengajarkanku untuk membawanya untuk berjaga-jaga dalam situasi apapun dan terbiasa sampai sekarang," sahut Aunur.
Aunur beruntung mendapatkan informasi dari Alby setidaknya dia bisa berjaga-jaga untuk situasi di sana nantinya.
Setelah melewati beberapa tempat pengujian kini Aunur berada di tempat pengujian terakhir yaitu pengecekan kesehatan terakhir. Meskipun awal mula sudah dilakukan pengecekan kesehatan tapi diakhir pun juga dilakukan untuk meminimalisir adanya orang sakit masuk ke dalam provinsi.
"Dia batuk dan demam. Antar dia sekarang ke perbatasan dan pastikan kamu tidak tertular. Jangan lupa sebelum itu kamu harus berdiam diri di rumah sementara jika tidak ada tanda-tanda tertular kamu boleh kembali ke sini." Orang didepan Aunur dibawa oleh orang berpakaian berjas hitam.
Aunur was-was karena jika sakit sekecil apapun maka perjuangannya untuk masuk ke provinsi ini akan gagal. Tenggorokan Aunur terasa gatal, dia ingin sekali batuk tapi berusaha ditahan.
Uhuk! Uhuk!
"Kamu ke sini!" Aunur ketakutan dia tetap diam di tempatnya lalu tiba-tiba orang berpakaian jas hitam mendekat. Aunur menutup mata karena ketakutan dan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."Mengapa kamu menutup mata?"
Aunur pun membuka matanya, "Aku mengantuk jadi sambil menunggu memejamkan mata sebentar."
Orang berpakaian jas hitam pun pergi membawa orang yang ada di belakang Aunur. Aunur pun bisa bernafas lega karena lolos di pemeriksaan terakhir.
"Hei." Dengan spontan Aunur pun memiting tangan orang yang menepuk pundaknya.
"Ini aku, Alby." Aunur pun segera melepaskan pitingannya.
"Maaf, kamu sih ngagetin aku. Main tepuk pundak orang sembarangan. Lagian ngapain kamu di sini," sahut Aunur.
"Ya maaf. Aku lupa sekarang harus hati-hati. Kamu belum tahu ya jika asrama kita bersebelahan jadi kita mudah untuk berkomunikasi sekarang tapi tetap harus hati-hati. Jangan mempercayai orang asing yang baru kamu kenal."
"Tolong ya beli kaca yang besar taruh didepanmu. Kamu juga orang asing yang baru dikenal." Aunur pun meninggalkan Alby memasuki rumah barunya di provinsi baru.
Jumlah kata : 509 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
BALGIOT
Fantasy"Belgliot!" Gadis yang lebih memilih menjadikan buku-buku didepannya sebagai penopang tidur terkejut dengan suara wanita parah baya yang memekikkan telinganya. Siapa lagi kalau bukan ibunya--Aynu. "Ibu berulang kali aku bilang jangan panggil Belglio...