"Laylan, keluar!" Suara teriakan orang-orang terdengar ramai dari luar rumah.
Aunur yang sedang tidur pun terbangun mendengar suara teriakan orang-orang. Aunur segera bergegas memberesi barang-barangnya lalu menyembunyikannya di bawah lantai seperti perintah kakak Laylan.
"Maaf ada apa ya memanggil kakek saya? Kakek sedang istirahat didalam apalagi kondisinya sedang tidak sehat," kata Aunur yang keluar membukakan pintu menemui orang-orang di luar.
"Aku mendengar ada orang asing yang masuk ke provinsi ini. Menurut peraturan baru provinsi ini, orang baru dari luar provinsi di larang masuk. Sudah cukup banyak warga di provinsi ini yang mati dan kami tidak ingin orang luar membawa virus yang lebih mematikan," kata seorang laki-laki yang sudah berumur tiga puluhan.
"Sungguh pak. Saya ini cucu dari kakek Laylan. Sejak adanya virus ini orang-orang semakin tidak terkendali bahkan sudah tidak bisa lagi mengenali warganya sendiri. Bukankah ini provinsi kepercayaan? Dimana saling mempercayai selalu dijunjung tinggi. Jika antar warga tidak lagi saling mempercayai lalu bagaimana akhir dari provinsi ini pak?" tanya Aunur.
"Kami tidak bisa hanya mempercayai ucapanmu. Ayo cek ke dalam rumah dan jika menemukan barang-barang yang mencurigakan segera saling memberi tahu," perintah seorang bapak lainnya.
Semua orang pun langsung masuk ke dalam rumah dan mengecek semua sudut ruangan yang ada. Mengobrak-abrikan barang-barang untuk menemukan hal yang mereka cari. Terlihat semua orang yang datang keluar dengan tangan kosong. Kakek Laylan pun ikut di bawa keluar.
"Ayo kek katakan dimana orang asing yang kakek temui saat ada pertengkaran. Saya lihat kakek berbicara padanya," tanya seorang perempuan paruh baya.
"Memang benar ada orang asing tapi aku langsung memintanya pergi dari provinsi ini. Aku juga warga provinsi ini, sudah menjadi kewajibanku untuk mematuhi peraturan yang ada apalagi ini tanah kelahiranku," jawab Kakek Laylan.
"Baiklah kek, kita mempercayai perkataan kakek mengingat kakek adalah sesepuh terpercaya di provinsi ini." Orang-orang pun pergi meninggalkan rumah kakek Laylan setelah mengacaukannya.
"Maafkan saya ya kek. Saya tidak tahu jika kedatangan saya ke sini malah menyusahkan kakek," kata Aunur sambil membantu kakek Laylan kembali ke kamar. Aunur keluar kamar lalu masuk kembali membawa makanan di nampan.
"Kakek istirahat saja, ini Aunur masakan. Setelah kakek maka lalu kakek bisa minum ramuan racikan Aunur. Aunur tinggal dulu ya kek soalnya mau membereskan barang-barang yang diobrak-abrik oleh warga," kata Aunur saat mengantar makanan.
"Nak, sebelum matahari terbit kakek harap kamu segera meninggalkan provinsi ini dan bawa barang-barangmu. Jangan tanya kenapa tapi ini menjadi perintah yang harus kamu ikuti," kata Kakek Laylan sambil memakan makanannya.
Aunur pun langsung bergegas memulai membereskan barang-barang di rumah kakek Laylan. Setelah selesai beres-beres rumah, Aunur langsung mengganti baju cucu kakek Laylan dengan bajunya sebelumnya. Aunur pun mengambil barang-barangnya yang telah disembunyikan sebelumnya. Aunur pergi ke kamar kakek Laylan untuk berpamitan.
"Kakek, Aunur mau pamit pergi ya. Terima kasih sudah diterima tinggal di rumah ini dan dilindungi dari warga provinsi. Aku sangat berhutang budi pada kakek," kata Aunur.
"Kakek," panggil Aunur karena melihat tidak ada respon. Aunur pun berusaha membangunkan kakek Laylan tapi tidak ada respon. Aunur pun mengecek nadinya ternyata sudah tidak ada. "Maafkan saya ya kek," kata Aunur sambil menangis.
"Dobrak pintu rumahnya! Kakek itu telah membohongi kita semua." Aunur pun segera keluar dari rumah lewat pintu belakang.
"Dia membunuh kakek Laylan," teriak seorang warga.
"Kita bakar saja rumahnya!" Aunur menatap rumah Kakek Laylan yang sudah dilahap si jago merah.
Jumlah kata : 560
KAMU SEDANG MEMBACA
BALGIOT
Fantasy"Belgliot!" Gadis yang lebih memilih menjadikan buku-buku didepannya sebagai penopang tidur terkejut dengan suara wanita parah baya yang memekikkan telinganya. Siapa lagi kalau bukan ibunya--Aynu. "Ibu berulang kali aku bilang jangan panggil Belglio...