Bagian 7

2 2 0
                                    

Suara piring pecah terdengar berkali-kali dari dalam rumah. Seorang gadis langsung berlari masuk menuju ke dalam rumah.
"Ma, sudah. Apa mama mau merusak semua barang di rumah ini?" tanya gadis itu menarik sapu dari tangan mamanya.
"Habis mama kesal sekali. Pokoknya mama tidak mau tahu dia harus pergi dari rumah ini!" Seorang wanita tua langsung terduduk menunduk menghapus air matanya.
"Iya, aku akan bawa dia pergi."
Tak lama setelah gadis itu keluar sang mama langsung menutup semua pintu rapat-rapat.
"Ma, jangan begini. Mama terlalu berlebihan hanya karena seekor belalang mama mau menghancurkan seluruh rumah. Ma, biarin aku masuk!" Gadis itu terus menggedor-gedor pintu memohon pada mamanya.
"Mama lebih ikhas barang-barang di sini hancur daripada membiarkan belalang itu masuk!"
Gadis itu tidak menyangka kepercayaan mamanya akan belalang tidak membiarkan hewan itu memasuki rumahnya walaupun sedetik. Kepercayaan namanya yang meyakini bahwa belalang menandakan akan ada orang sakit. Sampai gadis itu berpikir separno itukah mamanya?

Aunur terbangun mengusap keringat yang mengucur di dahinya. Aunur hanya bisa berharap semoga kedua orang tuanya baik-baik saja apalagi setelah kepergiannya.

Aunur segera membereskan barang-barangnya lalu berjalan menuju provinsi terdekat, kepercayaan.

Bug! Bug! Terlihat dua orang wanita saling berseteru. Saling menjabak, memaki bahkan melemparkan batu ke arah satu sama lain. Sedangkan orang-orang disekitarnya bukannya membela terlihat ikut berseteru. Mempertahankan pendapat atau prinsip yang dianggap benar.

"Aku sudah berbaik hati menolongku tapi mengapa kamu menularkan virus heh? Aku menyesal menyelamatkan nyawa sahabatku yang harus aku korbankan dengan nyawa putraku." Seorang wanita yang matanya sembab terus menjambak wanita satunya tidak peduli wanita itu kesakitan.

Melihat itu, hati Aunur tergugah untuk mendekat dan melerai sampai ada seorang kakek yang menghampirinya meminta tolong. "Tolong nak. Tolong kakek, kakek mau pulang."

Melihat kondisi kakek, Aunur pun mengantarnya ke rumah yang ditunjukkan kakek itu. Rumah kakek itu masuk ke dalam gang dan beberapa rumah terlihat kosong tidak berpenghuni. "Semua penghuninya pindah nak. Saat tidak ada lagi kepercayaan diantara para warganya maka yang terjadi hanya kerusuhan setiap hari. Daerah ini yang dulunya damai dan saling mempercayai, kini semuanya rusak hanya karena virus antah berantah."

"Orang-orang tidak lagi memperdulikan orang lain, kebanyakan ingin menyelamatkan dirinya dari virus ini dengan pergi ke tempat yang aman. Sedangkan sisanya ada yang ingin tetap bertahan di tanah kelahiran meski harus mati dan kesulitan. Ada pula yang bertahan untuk menguasai orang-orang bahkan kini kita harus mengikuti perintah pemimpin padahal dulu kita bisa hidup saling mempercayai meski tanpa pemimpin," jelas kakek itu lagi.

Aunur berusaha tetap biasa dengan bau yang menyengat, bau dari mayat manusia yang dibiarkan begitu saja tanpa diurus. Aunur harus tahan melewati itu semua sampai menemukan sebuah rumah yang berada dipojok paling belakang. Aunur dengan sigap merawat kakek itu dengan membuatkan makanan dan minuman. "Tinggallah di sini karena rumah ini paling aman dan untuk berjaga-jaga jika ditanya katakan saja kamu cucuk kakek Laylan. Nanti jika tiba-tiba kakek mati  segera pergilah dari sini dan bawa bungkusan yang kakek siapkan. Jangan pernah mengurusi urusan orang lain jika ingin selamat keluar dari sini," kata kakek itu yang kemudian menutupkan mata.

Jumlah kata : 509 kata

BALGIOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang